Liputan6.com, Jakarta - Pemilih golongan putih (golput) dinilai sulit untuk dideteksi dalam sebuah survei. Sehingga, banyak dari lembaga survei tidak sepenuhnya dapat menggambarkan hasil akhir dari pencoblosan karena adanya faktor pemilih golput.
Peneliti Lembaga Survei Alvara Research Center, Hasanuddin Ali menjelaskan, kedua paslon pun dapat dirugikan oleh para pemilih golput tersebut. Menurutnya, Paslon 01, Jokowi-Ma’ruf Amin dapat dirugikan oleh pemilih golput ideologis, sementara Paslon 02, Prabowo Subianto akan rugi karena pemilih golput apatis.
Baca Juga
Sebelumnya, Ali menganggap golput terbagi dalam tiga jenis. Yaitu ideologis, teknis, dan apatis.
Advertisement
"Pada pemilih golput ideologis, mereka secara sadar melihat dua kandidat tidak sesuai dengan ekspektasinya. Di satu sisi, dia (pemilih) tidak puas dengan kinerja Jokowi, di sisi lain dia tidak sreg dengan Prabowo-Sandiaga," tutur Ali di Upnormal Coffee Roaster, Raden Saleh, Jakarta, Selasa (26/3/2019).
Ali menjelaskan, pemilih golput teknis sendiri adalah mereka yang tidak memahami persoalan teknis dan waktu pemilihan. Yaitu, khususnya mereka yang berkendala pada syarat menjadi pemilih, seperti tidak memiliki KTP elektronik atau tidak masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Sementara, pemilih golput apatis didominasi oleh kaum milenial yang tidak peduli dengan proses pemilu.
Ali berujar, nantinya, Paslon 02 akan dirugikan jika jumlah pemilih golput apatis tinggi.
Sebab, beberapa hasil survei seringkali menyebut bahwa pemilih Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mayoritas adalah anak muda atau pemula dengan rentang umur 17-21 tahun.
"Kalau kita lihat, yang masuk dalam golput apatis itu kebanyakan dari pemilih pemula. Kalau kita lihat, pemilih pemula banyak, yang berikut yang paling dirugikan adalah 02 karena potensi suaranya akan berkurang," tukasnya.
Kemudian, Ali menilai Paslon 01, Jokowi-Ma’ruf Amin sendiri akan dirugikan oleh para pemilih golput ideologis yang tidak puas dengan kinerja capres petahana.
"Sehingga ada beberapa pemilih yang awalnya dia memilih Jokowi memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Sama seperti dengan bentuk kekecewaan," tandas Ali.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Golput Haram
Sementara, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan kepada publik supaya menggunakan hak pilih di Pemilu serentak 2019. MUI pun mengharamkan golput pada fatwanya. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani menerima pandangan fatwa golput MUI.
"Saya terus terang ini bukan setuju atau tidak setuju, saya bisa menerima pandangan seperti ini," kata Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3/2019).
Menurut Sekjen PPP itu, golput yang dimaksud oleh MUI adalah bagi orang-orang yang sengaja tidak mau memilih, padahal orang tersebut tidak berhalangan.
"Yang disebut golput dalam fatwanya ini yaitu saya punya hak pilih, saya tidak memiliki kesulitan menyalurkan hak pilihan karena saya terdaftar di DPT, atau tidak di DPT tapi saya punya e-KTP kemudian dibuat kemudahan pakai e-KTP saja sudah bisa (nyoblos)," kata Arsul.
Sementara, bagi yang terkedala hambatan, masih bisa dimaklumi jika tidak memilih atau golput. "Misalnya sakit, kemudian waktu pemilu ada hujan badai kalau dia melaksanakan itu membahayakan jiwanya. Itu baru (dimaklumi kalau golput)," tandasnya.
Reporter: Muhammad Genantan Saputra
Sumber: Merdeka
Advertisement