Liputan6.com, Yogyakarta - Jogja Independent (Joint) menerima 14 pendaftar yang akan maju dalam pemilihan wali kota dan wakil walikota Yogyakarta pada Pilkada 2017 melalui jalur independen. Latar belakangnya beragam, seperti pengusaha, profesional, dan akademisi.
Emmi Yuniarti Rusadi tercatat sebagai pendaftar termuda dengan usia 25 tahun 9 bulan. Perempuan lulusan S2 UGM Urban Planning ini menilai pembangunan di kota Yogyakarta cenderung kebarat-baratan dan melupakan nilai-nilai budaya.
Menurut dia brand Jogja Istimewa terasa hambar. Ia mengusung revisi brand jika nanti lolos seleksi dalam konvensi.
"Melihat semua itu, branding yang kami bawa adalah Jogja lebih istimewa," ujar dia di Yogyakarta, Jumat (1/4/2016).
Emmy menyatakan faktor usia bukan halangan untuk terlibat dalam pembangunan Kota Yogyakarta melalui politik. Menurut dia, yang terpenting adalah ide dan inovasi kandidat.
Untuk itu, ia mengajak para generasi muda aktif dalam pilkada. Hal itu perlu dilakukan karena Kota Yogyakarta memerlukan partisipasi kalangan muda.
"Anak muda memiliki energi yang lebih powerful. Jadi, harus melihat kota Yogyakarta membutuhkan partisipasi mereka. Saya coba sebagai anak muda brave aja untuk melakukan terobosan," ujar dia.
Baca Juga
Perempuan kelahiran Magelang itu tidak ingin sekedar ikut tren anak muda yang mulai berkontribusi di masyarakat. Menurut dia, keikutsertaan dirinya itu sebagai sumbangsihnya sebagai generasi muda. Ia pun sadar akan menghadapi beratnya persaingan.
"Saat ini juga muncul gelombang besar jika pemuda itu bisa melakukan sesuatu, tapi bukan berarti saya mengikuti tren. Ya kita lihat saja," tegas dia.
Ia mengaku lawan-lawannya dalam pencalonan memang lebih senior dari dirinya. Walaupun begitu, ia ingin memberikan kekuatan penyeimbang dari kalangan anak muda dalam pencalonan wali kota dan wakil walikota melalui Joint.
"Target kami tidak terlalu muluk. Tapi, kami cukup optimistis ada hal yang bisa disumbangsihkan untuk pemuda dan demokrasi," ujar dia.
Menurut dia, ada permasalahan dalam pembangunan Kota Yogyakarta. Hasil analisisnya ada dua hal, yaitu tingkat frustasi warga Yogya terhadap pembangunan yang dinilai autopilot dan warga Yogya mulai aktif dalam menentukan pemimpinnya.
"Contohnya kita bisa melihat moratorium pembangunan hotel itu tidak berjalan sesuai dengan plan. Ini menjadi teguran besar bagi kita, khususnya dalam pembangunan fisik," kata dia.
Seleksi Jogja Independent
Koordinator Sekretariat Joint Yustina Neni mengatakan 14 pendaftar yang sudah mengembalikan formulir itu terdiri dari berbagai kalangan. Mulai dari akademisi, pengusaha, sineas hingga mahasiswa. Paling muda dari para pelamar itu ada yang masih muda.
"Para pelamar ini beragam senang sekali kami di sekretariat karena ada yang mahasiswa. niatnya luar biasa. Seniman ada juga. Kebanyakan wali kota ada yang daftar wakil wali kota juga," ujar dia.
Neni mengatakan nantinya para pelamar ini akan mengikuti beberapa tahap-tahap selanjutnya yaitu mulai dari technical meeting hingga konvensi. Saat konvensi nanti juga akan dihadiri para ketua RW di Jogja.
Jadwalnya, tanggal 31-2 April verivikasi kelengkapan administratif, kemudian 1-4 April technical meeting bagi calon pelamar yang berkasnya sudah masuk.
Kandidat Jogja Independent diperkenalkan ke publik pada 3 April, kemudian uji publik pada 30 April, dan konvensi 7-14 April, dan selanjutnya pengumuman.
Advertisement