Liputan6.com, Jambi - Tak kurang dari 200 personel TNI Kodim 0419/Tanjab kini bersiaga di kawasan pesisir timur Jambi. Setiap anggota bahkan diwajibkan melakukan penyisiran dan patroli.
Namun, mereka bersiaga bukan untuk persiapan perang, tetapi demi berjibaku dengan titik api jelang musim kemarau. Mereka bertugas untuk mengamankan terjadinya kebakaran, khususnya lahan gambut di dua kabupaten di pesisir timur Jambi, yakni Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dan Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim).
Dua daerah tersebut merupakan daerah dengan kawasan gambut terluas di Jambi. Hal itu menjadikannya paling rawan bencana kebakaran lahan dan hutan.
"Pasukan TNI ini diwajibkan berpatroli di kawasan rawan titik api di dua Kabupaten ini," ujar Kasdim 0419/Tanjab, Mayor Inf Firdaus, di Jambi, Kamis, 2 Juni 2016.
Menurut Firdaus, ratusan personel militer diperintahkan langsung Mabes TNI untuk memantau titik api. Korem Garuda Putih Jambi juga menurunkan perintah tersebut ke setiap Kodim di Jambi untuk mengawasi munculnya titik api di musim kemarau.
"Setiap kabupaten disiagakan 100 personel untuk mengawasi setiap titik api yang muncul. Kalau ada titik api langsung padamkan," kata Firdaus menegaskan.
Baca Juga
Kodim Tanjab menaungi teritorial Tanjabar dan Tanjabtim. Ke-200 personel yang ditugaskan itu tidak hanya ditugaskan untuk berpatroli di wilayah-wilayah yang rawan api, tapi juga berkoordinasi dengan pihak kecamatan, tokoh masyarakat, pemuda dan masyarakat.
Gubernur Jambi Zumi Zola sebelumnya menegaskan akan menghentikan izin perusahaan perkebunan yang terbukti tidak patuh dalam penanggulangan bencana kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Jambi. Ia mewajibkan setiap perusahaan memiliki persiapan dan peralatan dini dalam penanggulangan kebakaran.
Pada pertengahan 2015 lalu, Provinsi Jambi menjadi salah satu daerah bencana kabut asap terparah di Sumatera akibat kebakaran lahan dan hutan. Tercatat 30 ribu hektare lahan dan hutan di Jambi terbakar.
Sementara, 90 ribu warganya diketahui terpapar kabut asap selama lebih dari tiga bulan. Sejumlah fasilitas umum, seperti bandara, lumpuh. Banyak sekolah yang terpaksa meliburkan siswanya.