Ramadan, Benteng Belanda di Kampung JK Penuh Sampah Kelapa

Pada sore hari, Benteng Belanda sangat ramai dikunjungi masyarakat lokal dan pendatang yang ingin ngabuburit.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 16 Jun 2016, 18:03 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2016, 18:03 WIB
Sampah Kelapa
Sampah kelapa menumpuk di Benteng Belanda di kampung JK

Liputan6.com, Makassar - Bulan suci Ramadan merupakan momen dimana limbah kulit kelapa muda melonjak drastis di kampung Wapres Jusuf Kalla alias JK, yakni Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Khususnya di pasar-pasar tradisional dan pusat pembelian takjil Ramadan di Makassar.

Pemandangan tak sedap ini juga ditemukan di kawasan Benteng Fort Rotterdam, tempat bersejarah bekas benteng peninggalan Belanda. Pada sore hari, tempat ini sangat ramai dikunjungi masyarakat lokal dan pendatang yang ingin ngabuburit sekadar menghabiskan waktu menunggu saat berbuka puasa. Di benteng itu, banyak dijajakan es kelapa.

Meski dinilai berprestasi dalam pengelolaan sampah dibandingkan kota lain di Tanah Air, Kota Makassar yang berpenduduk 1,8 juta jiwa ini tetap saja mengalami masalah dengan tumpukan kulit kelapa muda.

"Bukan rahasia umum lagi, lonjakan sampah kulit kelapa muda di bulan Ramadan tetap meningkat dari biasanya," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa Sakka di Makassar, Sulsel, Rabu, 15 Juni 2016.

"Dan jumlah sampah yang masuk ke TPA tahun 2016 ini meningkat drastis karena hampir seluruh sampah yang berada di lorong atau gang di Kota Makassar semuanya dibuang ke TPA Tamangapa," sambung dia.

Baca Juga

 

Padahal, menurut dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) Nur Zakaria Leo, kulit buah kelapa alias sabut bernilai ekonomi tinggi. Kulit kelapa bisa kumpulkan dan dapat diolah menjadi serat alias coco fiber.

Serat itulah yang dicari pasar sebagai bahan baku jok mobil, furnitur, pot, geotekstil, maupun matras. Menurut dia, limbah buah itu juga dapat dibuat briket sabut kelapa. Selain itu, limbah juga bisa dimanfaatkan sebagai media tanam.

"Bisa dicoba karena briket sabut kelapa mampu lebih banyak menyimpan air. Di sisi lain, briket sabut kelapa yang memanfaatkan remah-remah serat," tutur Nur.

"Dari hasil penelitian, dalam jangka waktu 48 jam, briket sabut kelapa mampu menyimpan air hingga 3,8 mililiter per gram dengan kemampuan daya simpan awal 3,4 mililiter per gram. Dan otomatis untuk media tanam seperti kecambah dapat merangsang pertumbuhan dalamnya," ucap Nur.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya