India Tawarkan Bantuan bagi Arya Bocah Obesitas, tapi...

Tawaran dari India untuk bocah pengidap obesitas Arya Permana didasarkan sistem dan metodologi yang dimiliki.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Jul 2016, 17:35 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2016, 17:35 WIB
20160630-Obesitas-Ariya-Permana-GMS
Ariya sayang emak, sayang bapak, terima kasih sudah mau sabar ngurusin Ariya. Kata bocah yang ingin bertemu dengan Presiden Jokowi dan pemain bola idolanya Timnas Indonesia Cristian Gonzales. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Bandung - Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Jawa Barat Netty Heryawan menuturkan, India menawarkan bantuan pengobatan untuk Arya Permana (10), bocah asal Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, yang mengalami obesitas.

"Setahu saya, dari tim dokter yang menanganinya semalam (negara yang menawarkan bantuan pengobatan) itu India karena India punya sistem dan metodologi. Mungkin juga mereka ingin melakukan uji coba," kata Netty Heryawan di Gedung Sate Bandung, dilansir Antara, Selasa (12/7/2016).

Namun, ia meyakini kemampuan tim dokter dari Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin (RSHS) Bandung tidak kalah dengan kemampuan dokter dari luar terkait penanganan medis untuk bocah obesitas tersebut.

"Menurut saya, dokter melakukan sesuatu lebih dahulu sebelum menyerahkan kepada pihak lain (dokter luar negeri). Masa menyerah sebelum berperang?" kata dia.

Netty mengatakan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan Badan Ketahanan Pangan, penderita obesitas di Indonesia menempati peringat ke-4 di dunia. Sementara, angka stunting (pendek akibat kurang gizi) menempati urutan ke-5 di dunia.

Ia menuturkan, hingga saat ini dirinya yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK terus berupaya mengoptimalkan peran posyandu untuk mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi lebih pada anak-anak.

"Sejauh ini, kita terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan kader posyandu dan pengelolaannya serta programnya. Tapi lagi-lagi kita berpacu dengan waktu, karena iklan di televisi pergeseran nilai dan lain-lain terus ada," kata dia.

Maka itu, ia menolak bantuan dana CSR (tanggung jawab sosial) dari perusahaan-perusahaan untuk posyandu berupa makanan pabrikan. Pendekatan yang dipilih adalah model atau paket pembinaan terhadap orangtua.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya