Liputan6.com, Malang - Ratusan rumah di Desa Pujiharjo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur terancam sering kebanjiran akibat Kali Tundo yang mudah meluap. Hal ini disebabkan ketiadaan plengsengan atau tanggul di tepi sungai yang sudah mengalami sedimentasi atau pendangkalan.
Sepanjang Juli 2016 ini sudah dua kali banjir bandang merendam Desa Pujiharjo. Pertama, pada Jumat 8 Juli 2016, air bercampur material tanah merendam sekitar 70 rumah.
Selanjutnya, pada Rabu 20 Juli dini hari banjir merendam 106 rumah yang mengakibatkan sembilan di antaranya rusak berat dan 13 rumah rusak sedang.
Baca Juga
Baca Juga
Kepala Badan Penangggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Hafi Lutfi mengatakan, pendangkalan di Kali Tundo sudah cukup parah dan mengakibatkan air mudah meluap jika hujan lebat mengguyur.
"Harus ada tindak lanjut terkait pengamanan kali itu. Harus ada plengsengan untuk menahan tepi kali yang sudah mulai dangkal, terutama yang dekat rumah penduduk," ujar Hafi, Rabu (20/6/2016).
BPBD Kabupaten Malang telah memasang 100 kawat bronjong atau susunan anyaman kawat baja dan 50 karung pasir sebagai tanggul darurat. Dinas Pengairan Kabupaten Malang juga membantu memasang 150–200 kawat bronjong. Namun, antisipasi itu dinilai masih belum aman sepenuhnya.
Bencana banjir yang terjadi selama Juli ini mengakibatkan kerusakan pada fasilitas umum, seperti jalan desa sepanjang 400 meter rusak. Pipa penyalur air bersih di desa juga rusak berat dihantam air bercampur material lumpur. Taksiran sementara, kerugian material akibat bencana itu sebesar Rp 2 miliar.
Advertisement
"Kerugian itu belum termasuk kerusakan sawah ladang milik penduduk karena kami belum mendata secara pasti," ucap Hafi.
Brantas
Lima kecamatan di wilayah Kota Malang, Jawa Timur dinyatakan rawan bencana puting beliung maupun tanah longsor. Khususnya area yang berada di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Brantas.
"Kami imbau warga yang tinggal di sepanjang DAS Brantas ekstra waspada dan melakukan antisipasi sejak dini," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Jawa Timur J Hartono, seperti dikutip dari Antara, Kamis (21/7/2016).
"Sebab potensi bencana masih terus mengintai akibat kondisi cuaca, terutama hujan dengan intensitas tinggi dan suhu laut yang meningkat serta pengaruh angin timur," sambung dia.
Berdasarkan peta rawan bencana yang telah disusun BPBD, daerah yang dinyatakan masih rawan longsor meliputi Kelurahan Polehan, Madyopuro, Bareng, dan Kasin. Sedangkan daerah rawan puting beliung berada di wilayah kecamatan Kedungkandang.
"Kami minta agar warga cepat melapor apabila di wilayahnya terjadi bencana, sehingga bisa segera ditangani. Saat ini kami berusaha melanjutkan kegiatan terkait pengurangan risiko bencana," tutur Hartono.
"Pada pekan ini, kami akan melatih TRC (Tim Reaksi Cepat), simulasi pengungsi dan dapur umum dan beberapa hari lalu sudah simulasi penyelamatan air," lanjut dia.
Namun, dia menyatakan, BPBD tak bisa membantu perbaikan konstruksi bagi warga yang tempat tinggalnya terdampak bencana. Selain bukan termasuk tugas pokok fungsinya, BPBD juga tak memiliki anggaran untuk perbaikan bangunan tersebut.
Pada awal 2015, BPBD sudah mengajukan anggaran sekitar Rp 13 miliar untuk perbaikan infrastruktur. Jika cair, bantuan itu akan turun ke Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Pengawasan Bangunan (DPUPPB).
Perbaikan dengan dana itu juga tidak bisa sembarangan, sebab harus ditelusuri terlebih dahulu status tanah bangunan yang bakal dibantu perbaikannya itu. Jika status tanah tidak jelas, tidak bisa mendapatkan bantuan.
"Status tanah bangunan yang terdampak bencana itu harus jelas, kalau bermasalah otomatis tidak bisa mendapatkan bantuan," ucap Hartono.
Potensi bencana di Kota Malang diprediksi bakal terjadi hingga Oktober 2016 mendatang. Hal itu sesuai dengan prediksi awal mulai musim hujan tahun ini.
Advertisement