Liputan6.com, Brebes - Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, meningkat. Selama Januari-September 2016 tercatat ada 854 kasus, padahal selama 2015 lalu jumlah hanya 632 kasus.
"Memang mulai bulan Januari-September ini tren DBD memang cenderung meningkat. Apalagi musim hujan seperti sekarang ini. Namun, peningkatan ini belum merupakan kejadian luar biasa (KLB) dan mudah-mudahan tidak KLB," ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, dr Sri Gunadi, di Brebes, Jateng, pada Selasa, 11 Oktober 2016.
Data Dinas Kesehatan mencatat dari 292 desa dan lima kelurahan, sekitar 90 persen di antaranya terdapat kasus DBD. "Fenomena ini terjadi karena faktor perilaku manusianya yang kurang menjaga lingkungannya, juga pola hidup nyamuk Aedes aegypti yang mulai bergeser dan berubah," kata dia.
Dr Sri Gunadi menjelaskan, pola hidup nyamuk Aedes aegypti berubah lantaran terjadi mutasi gen. Salah satu faktor penyebab adalah pengaruh musim.
"Sekarang ini nyamuk Aedes aegypti juga bisa hidup dan berkembang di dataran tinggi dan daerah air payau seperti di pesisir laut pantai utara (pantura). Hal itulah yang menjadi satu penyebab kasus DBD tersebar," beber dia.
Selain itu, kata dia, usia hidup nyamuk Aedes aegpyti saat ini lebih panjang hingga mencapai satu bulan. "Biasanya nyamuk Aedes aegypti itu mampu hidup hanya 15 hari, sekarang bisa hampir satu bulan," ujar dia.
Sementara, data Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes mencatat pada Januari-September 2016, lima orang meninggal akibat kasus DBD. Jumlah itu menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 12 orang.
Advertisement
Baca Juga
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Menurut Gunadi, sebuah wilayah bisa dinyatakan KLB bila jumlah kasus yang terjadi lebih dari dua kali lipat dari kasus di bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Untuk menekan jumlah kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Brebes, Pemkab Brebes gencar melakukan sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
"Kami juga melakukan inspeksi ke kecamatan/kelurahan dibarengi oleh pemeriksaan jentik dengan dipantau langsung oleh camat/lurah serta puskesmas setempat," kata dia.
Bahkan, setiap warga mulai dari lingkungan RT/RW juga melakukannya rutin setiap pekan. Harapannya, tutur dia, Kabupaten Brebes bebas dari jentik nyamuk demam berdarah.
"Kita harus bersama-sama mewujudkan Kabupaten Brebes bebas demam berdarah," ujar dia.
Gunadi menjelaskan kasus DBD diprediksi akan terus terjadi sepanjang tahun. Ini karena musim hujan masih terjadi yang memungkinkan adanya genangan air di beberapa tempat.
Menurut dia, untuk mencegah terjadinya kasus DBD ini dibutuhkan peran serta dari seluruh masyarakat dalam kegiatan PSN secara rutin setiap satu minggu sekali.
Dia berharap ada pembinaan dan pemantauan dari camat/lurah bersama dengan puskesmas setempat. Di antaranya dengan memantau pelaksanaan pemeriksaan jentik, memantau dan memastikan pelaksanaan 3M PLUS oleh masyarakat (menguras, menutup, mengubur/mendaur ulang barang bekas plus penggunaan bubuk pembunuh jentik, ikanisasi).
Terkait penanganan DBD, pria berkacamata ini menegaskan seluruh puskesmas di Kabupaten Brebes siaga 24 jam mewaspadai DBD.
Ia juga mengingatkan warga apabila ada keluarganya yang badannya panas tinggi, untuk segera dibawa ke Puskesmas atau klinik. Pasalnya, jatuhnya korban DBD umumnya karena korban terlambat dibawa ke puskesmas.
"Untuk pertolongan pertama, tolong diimbau makan makanan yang lunak. Intinya kekebalan tubuh harus dinaikkan, juga jangan lengah. Kalau panasnya sudah turun di hari ketiga, harus tetap dipantau karena ada virusnya," dia menandaskan.