Detik-Detik Penculikan Bocah Sabita di Malang

Komplotan penculik bocah Sabita Malang dinilai sudah lama memantau kondisi rumah.

oleh Zainul Arifin diperbarui 23 Okt 2016, 16:42 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2016, 16:42 WIB
Bocah Sabita
Bocah Sabita korban penculikan di Malang (Liputan6.com / Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Mata kanan Kumakyah masih jelas terlihat lebam. Ia mendapat luka itu setelah dianiaya dua pria tak dikenal yang menculik bocah berusia 3,5 tahun, Sabita Mahfudia Laila warga Dusun Nongkosewu, Desa Karangnongko, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Kumakyah pun menuturkan kejadian penculikan tersebut. “Saya dipukul berkali – kali di wajah, tengkuk belakang juga dipukul keras dan dicekik saat teriak minta tolong,” kata Kumakyah di rumahnya di Malang, Minggu (23/10/2016).

Sabita merupakan anak bungsu pasangan suami istri Satrio Pamungkas dan Yuyun Maulidyah. Sedangkan Kumakyah adalah pekerja rumah tangga dan sudah dua tahun bekerja untuk pasangan suami istri yang juga masih tetangganya itu. Sabita diculik dua pria tak dikenal pada Sabtu, 22 Oktober sekitar pukul 12.15 WIB.

Kumakyah mengaku tak mengenali dua wajah penyerangnya. Saat kejadian itu, ia mengidentifikasi seorang di antara pelaku bertubuh kurus tinggi berpeci dengan masker di wajahnya. Seorang lagi lebih pendek dan berkulit putih bersih. Dari informasi yang didapat, pelaku datang menggunakan mobil Nissan March warna abu-abu.

“Orang yang masuk ke dalam rumah cuma dua, tapi saya tak tahu apakah di dalam mobil ada orang lagi atau tidak,” ucap Kumakyah.

Jika mengacu pada jenis mobil yang ditumpangi para pelaku, Kumakyah menduga mereka sudah memantau situasi rumah cukup lama. Sebab, sejak empat hari terakhir mobil itu sering terlihat parkir di tepi jalan di dekat rumah. Kumakyah melihat mobil itu setiap pulang menjemput Sabita ke sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) sekitar pukul 09.00 pagi.

“Sejak empat hari terakhir ini sepulang jemput Sabita, mobil itu selalu ada. Bagasi belakang terbuka, pintu depan sedikit dibuka. Wajah pengemudinya tak jelas, tapi ia seperti duduk di kursi dengan posisi sedikit melorot seperti tengah istirahat,” ujar Kumakyah.

Pagi sebelum penculikan itu terjadi, Kumakyah tak melihat mobil tersebut. Siang hari saat kejadian itu, Kumakyah mengaku berada di dapur. Tiba-tiba terdengar suara salam dari seorang pria di pelataran rumah.

“Saya keluar menjawab salam itu. Pria yang pakai peci bilang mau antar pupuk pesanan pemilik rumah. Dia juga bertanya ada siapa saja di rumah dan saya jawab hanya berdua dengan Sabita,” kata Kumakyah.

Ia pun menunjuk satu sudut dimana mereka bisa meletakkan pupuk. Seorang di antara pelaku kemudian meminta minuman ke Kumakyah. Baru menjejakkan kaki beberapa langkah, seorang pelaku bertumbuh pendek tiba-tiba mendekap sambil memukuli wajah Kumakyah. Karena meronta dan berteriak minta tolong, pelaku semakin kalap menghajarnya.

“Pelaku yang kurus langsung masuk dan membopong Sabita yang tidur di kasur depan televisi. Saat saya masih teriak, Sabita diletakkan ke bawah dan mereka menghajar serta mengikat saya pakai lakban,” cerita Kumakyah.

Kepolisian setempat terus melakukan pengejaran terhadap pelaku. Barang bukti yang diamankan hanya sisa lakban yang dipakai untuk menyekap Kumakyah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya