Liputan6.com, Makassar - Tradisi mengobrol sembari minum kopi terutama saat pagi hari, bukan hal baru bagi warga suku Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan. Di mana pun mereka berada, terlebih saat melancong ke daerah di luar Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Namun, ada kehangatan di balik keberadaan ratusan kedai atau warung kopi (warkop) yang tersebar di sudut-sudut Makassar atau berjuluk Kota Daeng. Beragam tema obrolan pagi tersaji bersama secangkir kopi susu ataupun kopi hitam.
Pantauan Liputan6.com, hanya warung kopi Aweng Palu di Jalan Cendrawasih yang menggunakan bahan bakar arang. Selebihnya, baik franchise kedai kopi dengan merek internasional maupun lokal yang kini merambah pusat perbelanjaan, menggunakan elpiji.
Advertisement
Baca Juga
Dirintis sejak tahun 1953, Warkop Aweng sebelumnya sudah punya tujuh cabang di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Bahkan, tempat kongko warga Kota Palu ini sudah ada di Singapura. Terakhir, usaha warkop Aweng kini melebarkan sayap hingga Makassar.
Padahal, bertandang ke Kota Makassar tidak akan lengkap tanpa mengunjungi warkop sembari menikmati secangkir kopi khas Toraja yang bahan baku kopinya pun tidak didatangkan jauh-jauh. Sebab, Kabupaten Toraja dan Kalosi dikenal sebagai penghasil kopi kelas dunia yang jaraknya tidak jauh dari Makassar.
"Yang jadi pembeda dari ratusan warkop lainnya di Makassar dari Warkop Aweng Palu adalah bahan bakarnya menggunakan arang," ucap Ismail, peracik kopi Aweng Palu kepada Liputan6.com, Kamis, 12 Januari 2017.
Sementara itu, Wahab pengunjung Warkop Aweng Palu mengaku tak sulit mencari warung kopi di Makassar. Namun mencari warkop yang unik itu baru ada di Warkop Aweng Palu yang bahan bakar untuk pemanas kopinya menggunakan arang.
"Bagi warga Kota Palu memang sudah tak asing lagi dengan Warkop Aweng. Tapi di Makassar hanya Warkop Aweng yang tidak gunakan gas elpiji sebagai bahan bakarnya untuk meracik kopi kepada pelanggannya," Wahab menjelaskan.
Keberadaan jumlah warung kopi di Makassar, cukup berkembang karena hal itu ditopang oleh fasilitas pendukung seperti Wi-Fi atau jaringan nirkabel gratis dan live music.
"Selain itu cita rasa kopi dan kualitas racikannya selalu terjaga. Tentunya hal itu jadi tantangan bagi para pemilik warung kopi untuk menarik pelanggan tetap datang ngopi di warkopnya," Wahab memungkasi.