Liputan6.com, Bitung - Sebanyak 5.200 butir peluru aktif ditemukan di Kecamatan Girian, tepatnya di Kelurahan Girian Atas, Lingkungan IV, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Amunisi ini awalnya ditemukan lima buruh bangunan yang tengah bekerja.
Para buruh itu sedang menggali tanah untuk membuat pondasi rumah milik Keluarga Tengker-Tingon. Saat ditemukan pada Selasa, 31 Januari 2017, benda-benda itu berada di dalam kotak besi yang sudah berkarat.
"Kami sementara menggali tanah pakai sekop. Tiba-tiba dapa kotak besi kong langsung ambe. Pas periksa ternyata isinya peluru," kata Dikson Sabanari, salah satu buruh bangunan yang pertama menemukan peluru itu.
Advertisement
Baca Juga
Alhasil, penemuan ini langsung membuat Dikson tersentak. Terlebih selain dia, empat buruh lainnya, yaitu Noval Sabanari, Anjali Maributu, Elias Tamengge, dan Jofandi Maributu, juga mendapati benda serupa. Mereka menemukan kotak lainnya yang juga berisi peluru.
Kiky Tengker selaku pemilik rumah yang mempekerjakan Dikson Cs, membenarkan penemuan itu. Dia mengetahui kejadian itu setelah diinformasikan salah satu buruh.
"Saya langsung meneruskan informasi ini ke polisi," ujar dia.
Di lain pihak, polisi bergerak cepat merespon laporan ini. Personel Polres Bitung yang dipimpin Kasat Reskrim AKP Afrizal Nugroho, serta Kapolsek Matuari Kompol Ferry Manopo, tim dari Brimob Polda Sulut juga turun lapangan. Setelah memasang garis polisi, mereka mencari kotak yang lain.
Upaya itu membuahkan hasil. Dengan menggunakan metal detector, petugas menemukan semua kotak yang berisi peluru. Total ada 26 kotak yang didapat, sebagian di antaranya sudah dalam keadaan terbuka.
Terkait penemuan ini, Kapolres Bitung AKBP Philemon Ginting mengatakan saat ini semua kotak berisi peluru sudah dibawa petugas Brimob.
"Itu tupoksi (tugas, pokok, fungsi) mereka jadi biar mereka yang tangani. Kita cuma membantu saja karena kebetulan lokasinya di sini," kata dia.
Adapun dari pemeriksaan sementara, peluru-peluru itu diduga peninggalan zaman perang. Namun perang apa yang dimaksud, sejauh ini belum bisa dipastikan.
"Kalau dibilang peninggalan zaman perang dengan Belanda, agak meragukan juga. Sebab, peluru itu kemungkinan besar dibuat tahun 1950an, yang mana masa penjajahan sudah selesai," kata dia.
"Bisa saja waktu pemberontakan Permesta, tapi itu juga tidak masih perlu pendalaman," katanya menambahkan, seraya menyebut senjata yang cocok dengan peluru itu, yakni 303 MK7 kaliber 12.7 MM.