Surat untuk Gubernur agar Sekolah Tak Ditutup

Pemkab Malaka sudah menutup empat sekolah. Anak-anak di sana kini terancam putus sekolah.

oleh Ola Keda diperbarui 06 Mar 2017, 18:31 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2017, 18:31 WIB
Penutupan Sekolah di Perbatasan NTT, Surat Menyentuh Coba Ketuk Hati Gubernur
Penutupan Sekolah di Perbatasan NTT, Surat Menyentuh Coba Ketuk Hati Gubernur

Liputan6.com, Kupang - Anak-anak sekolah dasar di Dusun Wetalas, Desa Weulun, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terancam putus sekolah usai Pemerintah Kabupaten Malaka belum lama ini menutup Sekolah Dasar Negeri (SDN) Oevetnai.

Sejak 2017, Pemkab Malaka memang sudah menutup empat sekolah. Selain SDN Oevetnai di Desa Weulun-Kecamatan Wewiku, sekolah lain yang ditutup adalah SDN Kelas Jauh Kaberan Rai di Malaka Barat, SDN Neti Mataus di Haitimuk Kecamatan Weliman, dan SMAN Weliman di Kecamatan Weliman.

Penutupan itu dilakukan karena keempat sekolah dinilai tidak layak sebagai sekolah negeri. Padahal, sekolah-sekolah itu menjadi solusi dalam mengentaskan kurangnya pendidikan di daerah terpencil.

"Kita tutup sekolah-sekolah itu karena tidak layak, baik di bidang infrastruktur pendidikan, tenaga pengajar, dan jumlah siswanya," kata Bupati Malaka Stefanus Bria Seran.

Dengan penutupan sekolah tersebut, anak-anak itu terancam putus sekolah. Itu karena banyak orangtua enggan melepaskan anak-anak mereka bersekolah di tempat jauh.

Sejak saat itu, segala bentuk protes warga, bahkan aktivis, mulai mengalir dari segala penjuru. Termasuk dari media pendidikan Cakrawala NTT.

Belum lama ini, Pimpinan Umum Media Pendidikan Cakrawala NTT Gusty Rikarno bersama beberapa anggotanya terjun langsung ke lokasi menemui anak-anak dan warga Dusun Wetalas, Desa Weulun, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Malaka.

Ia lalu menulis surat terbuka untuk Gubernur NTT Frans Lebu Raya sebagai bentuk kekecewaannya terhadap kebijakan Pemkab Malaka yang menutup sekolah. Surat itu ditulis untuk mengetuk pintu hati orang nomor satu di NTT tersebut.

Berikut isi surat terbuka Gusty untuk Lebu Raya.

Yang terkasih Bp Frans  Lebu Raya ...
Memang kita se-kota tetapi sangat jarang bertemu. Jabatan Gubernur yang Bapa emban saat ini tentunya memikul banyak tanggung jawab. Bahagiaku saat mengetahui Bapa tetap sehat dan sangat menikmati rutinitas kerja yang padat dan berat itu.

Yang terkasih Bp Frans Lebu Raya ...Saya putra NTT. Penggagas berdirinya Majalah Pendidikan CAKRAWALA NTT. Sebuah majalah pendidikan pertama dan satu-satunya di NTT. Bahagiaku hingga saat ini, pernah beraudiensi selama tujuh menit dengan Bapa. Perjumpaan istimewa tiga tahun lalu itu berisi padat. Janjiku untuk ikut mengambil peran mendukung pembangunan daerah ini setelah keputusanku keluar dari tembok biara. Sudah lupa? Tidak apa-apa. Satu hal yang pasti, pesan Bapa masih terngiang di telingaku. "Tulis yang benar ya? Sebab apa yang tertulis tetap tertulis".

Yang terkasih Bp Frans Lebu Raya ...
Sudah tiga tahun kami mengembara, bergerak dan bersinergi. Membagi informasi tentang pembangunan pendidikan di daerah ini. Sudah berapa kali, kami ajukan surat permohonan audiensi. Jawaban yang selalu sama datang "kami sesuaikan waktu Bapa Gub, akan kami hubungi". Menulis surat ini adalah caraku yang terakhir, untuk berbagi cerita tentang NTT kita yang berpotensi.

Yang terkasih Bp Frans Lebu Raya ...
Terima kasih untuk kerjasama kita melalui Biro Humas Gubernur. Kami mendapat dukungan dana Rp. 20 juta setahun anggaran. Secara rutin (dua mingguan) kami mencetak majalah dalam rupiah Rp. 20 juta. Artinya pemerintah membantu biaya cetak satu edisi. Lalu? Kami sudah dan Insya Allah tetap rutin berproduksi. Kami adalah kumpulan orang muda bermodal mimpi dan mau berbagi. "Menyambut generasi emas NTT 2050 dengan membangun budaya literasi".

Yang terkasih Bp Frans Lebu Raya ...
Menulis surat ini, tidak sedang memohon bantuan anggaran lebih banyak lagi. Jika APBD kita tidak cukup, kami ingin tetap bekerja walau tanpa kerjasama dengan Biro Humas Gubernur. Kami sedang membangun budaya literasi. Membantu mendampingi para siswa dan guru untuk tekun membaca dan trampoline mmenulis. Sudah 132 sekolah dampingan kami seluruh NTT (khusus jenjang SMP & SMA/SMK).

Pernah dengar istilah "cuci gudang" di kampus? Itulah alasannya. Banyak anak NTT yang "tua" di kampus karena salah satu faktor yakni kesulitan menulis. Kami bersyukur, ada ratusan guru yang memperoleh kenaikan pengkat dari proses pendampingan dan wadah publikasi yang kami miliki. Puji Tuhan, efek dari kegiatan kecil ini, pemerintah Kabupaten Sumba Timur telah menetapkan daerahnya sebagai Kabupaten literasi pertama di NTT.

Yang terkasih Bp Frans Lebu Raya ....
Saya ingin bercerita banyak. Tapi, yah ... sudahlah. Kami tidak mau menggangu kesibukan Bapa. Kemarin (4/3/2017) saya mendapat kesempatan berbagi cerita ttg melestarikan Gerakan Literasi Bersama ratusan guru dan siswa di Larantuka. Berharap, tanah kelahiran Bapa nantinya menjadi Kabupaten literasi kedua. Kami ingin tetap bergerak, bersinergi dan berkolaborasi dengan semua hati yang menaruh peduli terhadap pendidikan NTT. NTT Bisa, Indonesia Jaya.

Yang terkasih Bp Frans Lebu Raya ...
Penutupan SDN Oevetnai oleh pemerintah Kabupaten Malaka membuat hatiku sakit. Mungkin dari sisi hukum dan aturan, keputusan itu tepat. Tapi untuk konteks pembangunan NTT, keputusan itu sangat mengganggu akal sehat dan nurani saya. Saya dan teman2 sudah kembali dari sekolah ini dan ingin lagi ke sana. Bukan untuk maksud memprovokasi masyarakat dan  membenci pemimpinnya sebagaimana yang dipikirkan beberapa orang goblok berotak jongkok selama ini.

Yang terkasih Bp Frans Lebu Raya ... Kami sedang menggalangkan gerakan orangtua asuh untuk pendidikan anak-anak NTT. Yah....merubah garis nasib NTT, hanya melalui pendidikan. (NTT bukan gudang TKI bermodal otot). Untuk itu, semua  masyarakat harus ikut peduli. Tercatat sudah 32 orangtua asuh (mayoritas anak muda) ikut peduli terhadap pendidikan anak2 SDN Oevetnai. Kaki mungil mereka harus beralas sepatu agar bisa menempuh jarak 2 km ke sekolah baru. Mereka harus berseragam bagus supaya tdk minder dengan teman-teman baru di sekolah baru. Mereka harus punya balpoint dan buku untuk menulis dan berbagai jenis bantuan lainnya.

Yang terkasih Bp Frans Lebu Raya ...
Sedikit lagi, Bapa harus meletakkan jabatan gubernur itu. Estafet ada di tangan orang muda. (Bdk. Petuah Bung Karno). Akh...ingin mendengar kembali kisah kecilmu saat di bangku  SD. Tidak menyerah pada tantangan dan keterbatasan. Kami sudah dan terus bergerak ..... Doakan kami dengan caramu. INDONESIA Jaya jika NTT Bisa.

Hormat dan doaku
Gusty Rikarno, S.Fil
Pimpinan Unum MEDIA Pendidikan CAKRAWALA NTT.

Demikian surat terbuka untuk Frans Lebu Raya selaku Gubernur NTT dari Gusty terkait penutupan sekolah yang mengancam anak-anak setempat putus sekolah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya