Sunda Wiwitan Turut Ramaikan Pawai Ogoh-Ogoh Jelang Nyepi

Selain penganut Sunda Wiwitan, kesenian Jatilan dari Yogyakarta dan Jawa Tengah turut meramaikan pawai ogoh-ogoh menjelang Nyepi.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 28 Mar 2017, 08:01 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2017, 08:01 WIB
Pawai ogoh-ogoh
Pawai ogoh-ogoh di Pura Eka Wira Anantha, Kota Serang, Banten. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Serang - Sejumlah penganut Sunda Wiwitan sebagai etnis Sunda Banten turut serta meramaikan pawai ogoh-ogoh di Pura Eka Wira Anantha yang berlokasi di Group I Kopassus, Kota Serang, Banten.

"Ada enam pura dari Banten berkumpul di sini, berdoa, setelah itu upacara persembahyangan. Ada juga umat Hindu, teman-teman Sunda Wiwitan. Ada juga pawai budaya atau pawai ogoh-ogoh, bukan hanya budaya Bali, tapi juga budaya lokal Banten," ucap Jero Mangku Nyoman Wara selaku Ketua Panitia Ogoh-ogoh Umat Hindu Bali, Senin, 27 Maret 2017.

Selain enam banjar dari enam pura yang ikut serta meramaikan pawai ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi, kesenian Jatilan dari Yogyakarta dan Jawa Tengah turut meramaikannya.

"Ogoh-Ogoh ini simbol dari negatif, makhluk halus apa pun, itu simbolnya. Semua makhluk diciptakan oleh Tuhan dan memiliki manfaat, umat Hindu harus hidup harmonis di dunia ini," ia menerangkan.

Selain melaksanakan pawai ogoh-ogoh, umat Hindu Banten pun melaksanakan proses Tawur Kesanga yang dipersembahkan kepada Bumi sebagai simbol ucapan terima kasih manusia kepada alam yang telah memberikan begitu banyak rezeki.

"Kalau di Sunda disebut biasanya Sedekah Bumi. Melaksanakan upacara Tawur Kesanga, artinya membayar," tutur dia.

"Karena kita sudah mengambil banyak kekayaan alam untuk kehidupan kita, mungkin di antara kita telah merusak alam, kita harus membayar agar keseimbangan alam kembali," Jero Mangku Nyoman Wara memungkasi.


Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya