Perjuangan Siswa Menembus Hutan 47 Km Ikut UNBK

Selain menghadapi soal-soal UNBK, para siswa ini juga 'dipaksa' untuk menaklukkan komputer yang selama ini namanya saja jarang diucap.

oleh Aldiansyah Mochammad Fachrurrozy diperbarui 13 Apr 2017, 07:30 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2017, 07:30 WIB
Para Siswa Pinogu Terabas Hutan Demi UNBK
17 siswa SMA Pinogu ini harus menempuh perjalanan jauh demi ikut UNBK. (Liputan6.com/Aldiansyah Mochammad Fachrurrozy).

Liputan6.com, Gorontalo - Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) kelompok sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah (MA) serentak digelar sejak Senin, 10 April 2017 kemarin. Di Gorontalo, tercatat 7.759 siswa SMA dan 1.771 siswa MA yang menjadi peserta ujian nasional, termasuk 17 siswa asal SMA Negeri Pinogu, Bone Bolango.

UNBK kali ini sangat berbeda bagi 17 siswa SMA Pinogu. Tak cuma sekadar menghadapi soal-soal ujian nasional yang berbasiskan komputer, mereka juga harus menghadapi jauhnya perjalanan hanya untuk sampai ke lokasi UNBK.

Ke-17 siswa ini harus "numpang" UNBK di SMK Negeri 1 Suwawa yang jaraknya sangat jauh dari Pinogu. Berhubung para siswa ini harus UNBK di SMK Negeri 1 Suwawa, mau tak mau mereka harus berjalan kaki ke sana.

Untuk ke Suwawa dari Pinogu tentu juga bukan perkara mudah. Sintia dan rekan-rekannya harus menembus hutan belantara sejauh 47 kilometer (km) dengan jalan kaki, hanya demi bisa mengikuti UNBK.

Pinogu memang wilayah terisolasi. Tidak ada akses jalan ke sana. Jalan kaki adalah cara paling baik untuk dari dan ke Pinogu.

Bagi warga yang baru pertama ke Pinogu, jalan kaki akan ditempuh dengan waktu sampai 12 jam. Namun bagi para siswa, rute Pinogu-Suwawa dapat ditempuh dalam enam jam saja. Waktu tempuh itu lebih cepat karena mereka memang sudah terbiasa berjalan kaki.

Ditemani guru dan sejumlah orangtua siswa, mereka tetap semangat berjalan kaki. Beberapa kali mereka berhenti di tengah hutan untuk sekadar istrahat. Setalah itu lanjut lagi berjalan kaki.

Di Suwawa, modal yang mereka bawa dari Pinogu untuk UNBK cuma satu, yakni semangat. Semangat mereka benar-benar tak padam sejak menerabas hutan sejauh 47 km. Semangat itu menunjukkan bahwa siswa-siswi Pinogu tak mau kalah bersaing dengan para siswa di kota.

Sampai di Suwawa mereka juga menyempatkan diri untuk melakukan simulasi UNBK melalui laboratorium komputer milik SMK Negeri 1 Suwawa. Meski hanya sekali simulasi, bukan berarti menyurutkan semangat mereka dalam mengikuti UNBK sekaligus menaklukan komputer. Ya menaklukan komputer, karena selama ini mereka memang tidak pernah menyentuh atau menggunakan komputer.

Hari pertama UNBK pun tiba. Mereka dengan serius mengikut UNBK. Menurut pengakuan salah satu siswi SMA Pinogu, Sintia Damilu, ia dan rekan-rekannya bisa melalui UNBK pada hari pertama dengan baik.

"Alhamdulillah tidak ada kesulitan saat UNBK mata pelajaran Bahasa Indonesia," ujar Sintia saat ditemui di Suwawa, Selasa 11 April 2017.

Ia mengatakan, tata cara mengisi jawaban UNBK dengan komputer bisa dilakukan dengan maksimal. Ia sendiri bangga sudah bisa menggunakan komputer, sebuah peranti elektronik canggih yang mungkin selama ini namanya saja jarang mereka ucap atau dengar.

Kendati hanya sekali simulasi UNBK lewat komputer, namun para siswa asal Pinogu ini optimis untuk lulus 100 persen. Mereka juga tetap berdoa agar mimpi mereka lulus bisa terwujud.

"Insyaallah kami tetap lulus 100 persen," ujar Sintia.

Kini atas dasar pengalaman itu, Sintia dan teman-temannya ini berharap agar kelak adik-adik kelas mereka bisa lebih siap lagi dalam menghadapi UNBK di tahun-tahun berikutnya.

Sebab, tak dipungkiri keterisoliran Pinogu masih menjadi mimpi buruk yang entah kapan akan terbuka untuk bisa setara dengan wilayah-wilayah lain di Gorontalo. Karena di tengah mimpi buruk itu, Pinogu yang kaya dengan sumber daya alam, berupa hasil pertanian tersebut juga menyimpan bibit-bibit sumber daya manusia yang unggul pada tataran usia-usia sekolah.

Keinginan masyarakat Pinogu untuk maju memang sangat besar, khususnya bagi anak-anak usia sekolah. Keinginan itu tergambar dari semangat dan tidak kenal lelah yang telah ditunjukkan 17 siswa SMA Pinogu dalam mengejar mimpi saat mengikuti UNBK ini.

Hari ini, keterbatasan, keterisoliran, maupun ketidakmengertian akan komputer membuktikan bukan menjadi penghambat untuk meraih mimpi. Setidaknya hal itu telah dibuktikan oleh 17 siswa SMA Pinogu dalam UNBK kali ini.

 




Gaptek Bukan Halangan

Para Siswa SMA Pinogu Saat Sebelum UNBK
Selain menghadapi soal-soal UNBK, para siswa ini juga 'dipaksa' untuk menaklukan komputer yang selama ini namanya saja jarang diucap. (Liputan6.com/Aldiansyah Mochammad Fachrurrozy).

Bagi para siswa SMA Negeri Pinogu, ujian nasional kali ini memang merupakan ujian plus-plus. Mereka tak saja berhadapan dengan soal yang menguras otak, tapi juga 'dipaksa' bisa menggunakan komputer. Sebab ujian nasional yang mereka ikuti kali inii berbasis komputer.

Untuk siswa asal Pinogu, komputer merupakan barang langka sekaligus mewah bagi mereka. Jangankan untuk belajar tentang komputer baik software maupun hardware, barang elektronik multifungsi ini juga tak ada di sekolah mereka. Sekalipun ada pasti juga tidak digunakan, sebab wilayah Pinogu hingga kini tidak dialiri listrik PLN.

Namun semangat anak-anak Pinogu pantut diacungi jempol. Meski gagap teknologi, mereka tetap percaya diri bisa menaklukkan UNBK sekaligus komputer.

Memang untuk UNBK, SMA Pinogu masih harus bergabung dengan sekolah lainnya di Bone Bolango. Sekolah yang baru beroperasi sejak 2014 itu belum diizinkan menyelenggarakan UNBK secara mandiri. Para siswa ini kemudian 'numpang' di SMK Negeri 1 Suwawa untuk ikuti UNBK.

Sebelumnya pihak sekolah memang baru memberikan gambaran tentang penyelenggaraan UNBK yang menggunakan komputer. Namun praktiknya, try out atau simulasi UNBK dengan komputer baru sekali dilakukan.

Tentu hal itu berbeda dengan siswa-siswi di wilayah kota atau pusat kecamatan yang lebih maju. Siswa-siswa di sana menjalani uji coba UNBK dengan komputer hingga tiga kali, kontras dengan siswa SMA Pinogu.

"Kami tidak pernah ikut try out, tapi insya Allah tetap lulus 100 persen," ujar Sintia.

Menghadapi UNBK, mereka memang hanya sekali mengikuti simulasi, itu pun dilakukan di laboratorium SMK Negeri 1 Suwawa. Saat simulasi, barulah mereka tahu tentang fungsi-fungsi komputer dan cara menjawab menggunakan komputer.

Simulasi itu dilaksanakan hampir seharian pada Sabtu 8 April 2017 lalu atau H-2 pelaksanaan UNBK. Simulasi baru bisa dilakukan hari itu, karena para siswa ini baru tiba di Suwawa dari Pinogu pada Jumat 7 April 2017.

"Pelatihan mengisi jawaban di Komputer dibelajarkan kepada kami Sabtu kemarin," kata Sintia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya