Liputan6.com, Yogyakarta - Onde-onde lele menjadi salah satu inovasi camilan yang ditawarkan sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kepada warga di Dusun Salakan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Kudapan tradisional ini sekaligus menyuguhkan bentuk makanan baru dari ikan lele yang selama ini hanya digoreng atau dibakar saja.
"Kandungan protein yang dimiliki ikan ini cukup tinggi," ujar Zulistiya Pratika, salah satu mahasiswi UNY, beberapa waktu lalu.
Seporsi ikan lele mengandung gizi yang cukup banyak, antara lain 220 miligram asam lemak omega-3 dan 875 miligram asam lemak omega-6. Selain itu lele juga mengandung 15,6 gram protein yang akan memenuhi semua kebutuhan asam amino yang dibutuhkan tubuh.
Advertisement
Baca Juga
Kandungan fosfor pada ikan lele mencapai 167 miligram per 100 gram terbukti lebih tinggi ketimbang telur yang hanya 100 miligram. Fosfor bemanfaat untuk memberi kekuatan dan energi dalam metabolisme lemak dan pati, menjadi penunjang kesehatan gusi dan gigi, membantu sistesis DNA, serta membantu penyerapan atau pemakaian kalsium.
Menurut Zulistiya, kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberi inovasi pengolahan ikan lele, mengingat ada rencana budidaya lele di wilayah itu. Pelatihan membuat onde-onde lele tersebut dipandu oleh Suwarmi, salah sati praktisi olahan lele.
Perempuan yang berdomisili di Margokaton Seyegan Sleman itu mengatakan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan onde-onde lele, meliputi, 1 kilogram tepung terigu, setengah kilogram gula pasir, dua sendok makan baking powder, 300 gram mentega, dua sendok teh vanili, dua sendok teh garam halus, dua butir telur, 750 gram wijen, dua liter minyak goreng dan 250 gram ikan lele.
Cara pembuatannya ikan lele direbus lalu dihaluskan dengan blender selama 15 menit. Kemudian, masukkan gula, telur, mentega, garam, vanili dan kocok sampai putih. Setelah itu, masukkan tepung terigu, baking powder, dan ikan lele yang telah diblender dan diuleni sampai adonan kalis.
"Selanjutnya adonan tadi dibuat menjadi bulatan kecil-kecil, dicelupkan dalam air dan dilumuri wijen hingga merata lalu adonan digoreng hingga matang berwarna kekuningan dan siap disajikan," ucap Suwarmi.
Salah satu peserta pelatihan, Nopita, mengaku kegiatan ini berguna karena masyarakat belum tahu alternatif cara mengolah lele.
"Semoga bisa ada juga pelatihan pengolahan lele yang lain seperti pengolahan kulit lele menjadi krispi atau kepala lele yang diolah menjadi kerupuk," kata Nopita.