Trik Pemkab Brebes Bikin Puluhan Ribu Anak Kembali Sekolah

Angka anak tidak sekolah (ATS) di Brebes, Jawa Tengah, sangat tinggi. Mereka tersebar di 17 kecamatan dan 297 desa atau kelurahan.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 24 Sep 2017, 22:02 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2017, 22:02 WIB
Putus Sekolah
Pemerintah Kabupaten Brebes, bersama unsur pimpinan daerah dan elemen masyarakat melakukan penggalangan dana dalam kegiatan bertajuk Gerakan Kembali Sekolah (GKB) di Pendopo Kabupaten (Liputan6.com, Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Brebes - Angka anak tidak sekolah (ATS) di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, diperkirakan mencapai puluhan ribu. Mereka tersebar di 17 kecamatan dan 297 desa atau kelurahan. 

Pemerintah Kabupaten Brebes, bersama unsur pimpinan daerah dan elemen masyarakat menggalang dana dalam kegiatan bertajuk Gerakan Kembali Sekolah (GKB), Rabu malam, 20 September 2017, di Pendopo Kabupaten Brebes.

"Saya tidak hafal angkanya, tapi jika satu kecamatan saja jumlah ATS-nya lebih dari dua ribu, pasti ada puluhan ribu ATS se-Kabupaten Brebes," ucap Kepala Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Baperlitbangda) Kabupaten Brebes, Angkatno, di Pendopo Kabupaten Brebes. 

Ia menjelaskan, kegiatan yang dikemas dalam acara gala dinner ini, untuk menyukseskan peluncuran program GKB, yakni mengembalikan 1.000 anak ke sekolah.

Adapun penggalangan dana melibatkan dunia usaha dan dunia industri di tingkat lokal, regional, dan nasional.

"Para pengusaha, satuan pendidikan, SKPD, organisasi masyarakat, dan media diharap mendapatkan kesempatan untuk ikut berperan dalam mendonasikan sebagian dananya untuk membantu anak tersebut supaya bisa kembali bersekolah," kata dia.

Biaya Operasional Sekolah (BOS) kepada anak sebenarnya untuk menyediakan pendanaan biaya operasi non-personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

Sedangkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) diberikan sebagai penanda dan digunakan untuk menjamin serta memastikan seluruh anak usia sekolah (6-21 tahun) dari keluarga pemegang KKS untuk mendapatkan manfaat Program Indonesia Pintar.

"Hal itu bisa dimanfaatkan bila sang anak terdaftar di sekolah, madrasah, pondok pesantren, kelompok belajar (kejar paket A/B/C) atau lembaga pelatihan maupun kursus," ia menjelaskan.

Namun, pada realitanya, kata Angkatno, Kartu Indonesia Pintar hanya untuk anak dari keluarga miskin dan rentan, itu pun masih 25 persen dari total 40 persen penduduk yg terdata. Sementara sebagian mereka banyak yang belum terdata dan mendapatkan Kartu KIP tersebut.

Sementara itu, Kabid Pemerintah Sosial dan Budaya (Pemsosbud) Baperlitbanga Kabupaten Brebes, Khaerul Abidin mengatakan, penggalangan dana melalui GKB ini untuk memperkuat status anak yang tadinya tidak sekolah kemudian mau dikembalikan ke sekolah, baik dari tingkat formal maupun nonformal.

Dana yang terkumpul diperuntukkan kepada 1.000 anak dengan perincian biaya seragam sekolah, tas sekolah, sepatu anak, alat tulis sekolah, dan biaya transportasi bagi keluarga yang miskin.

Sasaran yang dikembalikan adalah mereka yang usia sekolah umur 7-15 tahun dengan kriteria belum sekolah, putus sekolah, dan tidak lanjut.

Kebanyakan alasan tidak sekolah menurut data Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM) yakni faktor ekonomi keluarga, budaya, motivasi anak itu sendiri, dan jarak sekolah menjadi penyebab selama ini.

Pada September 2017, sepakat mengembalikan 1.000 anak tidak sekolah kembali ke sekolah dengan kontribusi dana yang masuk per kecamatan berkisar 60 anak.

"Ini langkah awal untuk inisiasi pengembalian anak ke sekolah di tahun ini, target kita setelah ada peraturan bupati tentang percepatan tuntas wajar dikdas 9 tahun akan selesai pada tahun 2022," ia membeberkan.

Baperlitbangda dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga sudah mendata lewat SIPBM di 16 Desa di 5 Kecamatan pada tahun 2017 dan menghasilkan data sebanyak 3.454 anak yang tidak sekolah dengan berbagai alasan.

"Belum semua desa dilakukan pendataan SIPBM sehingga belum bisa diketahui secara pasti by name by addres secara keseluruhan, komitmen Pemerintah Kabupaten melalui penganggaran diharapkan ke depan semua desa yang belum didata SIPBM bisa dialokasikan dana terkait pendataan ini," ia memaparkan.

Target penggalangan dana lewat Gala Dinner adalah Rp 2 miliar. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengembalian ATS ke sekolah pada tahun ini. GKB juga menggalang dana secara online lewat www.kitabisa.com/fmppbrebes.

Bupati Brebes, Idza Priyanti telah mendorong perangkatnya untuk ikut menyukseskan program gerakan kembalikan bersekolah. "Ini menjadi tanggung jawab kita bersama," kata Idza Priyanti.

 Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya