Awan Panas Gunung Agung Bisa Capai 800 Derajat Celcius ‎

BNPB memasang sirine yang akan meraung-raung begitu Gunung Agung meletus.

oleh Dewi Divianta diperbarui 01 Okt 2017, 09:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2017, 09:00 WIB
Gunung Agung
Warga memantau aktifitas Gunung Agung di Pos Pemantauan Desa Rendang, Karangasem, Bali, Jumat (29/9). Petugas gabungan akan menyisir kawasan rawan bencana untuk mengevakuasi warga yang belum mengungsi. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Karangasem - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan bahaya dari letusan Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali. Bahaya utama adalah awan sangat panas yang meluncur dengan kecepatan tinggi.

Kepala‎ Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB‎, Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan awan panas memiliki suhu 600-800 derajat celcius dengan kecepatan menuruni lereng mencapai 200-300 kilometer per jam.

"Tentu ini berbahaya bagi masyarakat jika berada di dalam radius berbahaya," kata dia, Sabtu 30 September 2017.

Untuk itu sosialiasi kepada masyarakat, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan aparat setempat terus dilakukan agar mereka memahami bahaya dari Gunung Agung. BNPB juga memasang sirine di enam titik di sekeliling radius berbahaya dari Sirine ini dikenal dengan nama iRaditif (iCast Rapid Deployment Notification System) yang merupakan sirine mobile yang dapat dipindahkan dengan kendaraan.

BNPB mendatangkan secara khusus dari Gudang Peralatan BNPB di Sentul, Bogor ke Karangasem setelah Gunung Agung naik status Awas. Sirine Untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat jika Gunung Agung meletus dan membahayakan masyarakat, maka

"Bunyi sirine ini mampu menjangkau radius dua kilometer, bahkan dapat lebih jauh jika suara terbawa angin," kata Sutopo.

Ia menjelaskan, sirine ini adalah memberikan peringatan tanda bahaya dari letusan Gunung Agung kepada masyarakat. Sirine ini hampir mirip dengan sirine tsunami, namun dapat dipindahkan.

"Jadi bukan mendeteksi gunung akan meletus, tapi hanya mengabarkan bunyi sirine sebagai tanda ada bahaya," ucap dia.

Enam lokasi sirine terdapat di Polsek Selat, Polsek Rendang, Pos Polisi Tianyar, Polsek Kubu, Koramil Kota Karangasem, dan Koramil Abang. Mekanisme kerjanya manual. Sirine dibunyikan oleh petugas atau operator sirine setelah mendapat perintah dari petugas di Posko Utama Tanah Ampo, Karangasem. Posko terhubung dengan Pos Pengamatan Gunung Agung yang memberikan informasi tentang bahaya letusan.

Petugas posko didukung analisis data lainnya memberikan perintah kepada operator sirine untuk membunyikan sirine. Komunikasi dilakukan dengan radio komunikasi (HT) dan handphone.

"Agar terkoneksikan semua jaringan komunikasi antara operator sirine, posko, dan pos pengamatan Gunung Agung maka BNPB memasang beberapa repeater dan rig untuk radio komunikasi," tuturnya.

BNPB masih menyiapkan sistem pengendali otomatis untuk membunyikan sirine. Sistem pengendali otomatis ini sudah banyak dipasang pada sirine peringatan dini tsunami.

"Kendalanya adalah belum semua lokasi bisa dijangkau radio komunikasi," katanya.

Selain itu, BNPB telah memasang rambu-rambu peringatan bahaya di 54 titik. Rambu ini adalah pemberitahuan kepada masyarakat posisinya terhadap radius berbahaya Gunung Agung. Rambu peringatan ini tertulis 'Saat ini Anda berada di radius 9 kilometer dari puncak Gunung Agung'. Atau tulisan lainnya yang bertujuan memberikan peringatan dan himbauan kepada masyarakat.

Sejauh ini pengungsi Gunung Agung tercatat 143.840 jiwa dari 471 titik pengungsian di sembilan kabupaten/kota.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya