Karangasem - Gunung Agung selama seharian kemarin terlihat "malu" menampakkan diri. Puncak gunung lebih sering tertutup mendung. Sesekali terlihat tampak asap kawah solfatara bertekanan lemah warna putih dengan intensitas tipis membumbung setinggi 100 – 500 meter.
Menariknya, setelah letupan freatik Gunung Agung, Selasa lalu, 21 November 2017, kegempaan vulkanik dangkal dan dalam juga terus menurun drastis.
Advertisement
Baca Juga
Sejak Kamis malam, 23 November 2017, pukul 00. 00 – 18.00 atau selama 18 jam, hanya terjadi gempa vulkanik dangkal 5 kali, vulkanik dalam 5 kali, dan tektonik lokal sebanyak 1 kali.
Namun, yang perlu tetap diwaspadai adalah munculnya gempa tremor Gunung Agung secara terus menerus (microtemor).
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat terjadi 3 kali gempa tremor dengan amplitudo 2 -4 mm (dominan 2 mm).
Baca berita menarik lainnya dari JawaPos.com di sini.
Gempa Tremor Terus-menerus, Apa Penyebabnya?
Gempa tremor terjadi dini hari hingga menjelang subuh. Tepatnya pukul 00.20 – 01.04, kemudian pukul 01.30 – 03.30, disusul pukul 03.57 – 04.28.
Terkait munculnya gempa tremor secara terus-menerus ini, Kasubbid Mitigasi Gunungapi Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana, menjelaskan gempa tremor terus-menerus muncul akibat pergerakan fluida magmatik.
"Magma masih berusaha menuju ke permukaan," ungkap Devy kepada Jawa Pos Radar Bali, Kamis.
Selaras dengan Devy, Lesto Prabhancana, Narasumber Kebencanaan dan Mitigasi Bencana Kementerian Pekerjaan Umum, menyebut gempa tremor mengindikasikan magma terus berjalan mencari celah ke permukaan.
Namun, meski terjadi tremor tidak perlu panik. Sebab, gempa tremor yang muncul ampiltudonya serta intensitas masih kecil, yakni di bawah 4 mm.
"Untuk erupsi magma butuh kekuatan besar. Yang menjadi perhatian ketika amplitudonya di atas 10 – 15 mm," terang Lesto.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement