Perjalanan Berat dan Haru Melepas Orangutan di Hutan Kalimantan

Cerita dari pelepasliaran orangutan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kalimantan.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 27 Nov 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2017, 20:00 WIB
Pelepasliaran orang Utan
Proses pelepasliaran orangutan di Kalimantan (Foto: International Animal Rescue (IAR) Indonesia)

Liputan6.com, Pontianak - International Animal Rescue (IAR) Indonesia bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat dan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) melepasliarkan empat orangutan (Pongo pygmaeus) di Resort Mentatai, kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.

Keempat orangutan ini terdiri dari dua orangutan hasil rehabilitasi yang bernama Vijay dan Lisa serta dua orangutan liar induk dan anak bernama Mama Laila dan Lili.

Vijay merupakan orangutan jantan berusia sekitar enam tahun yang yang diselamatkan dari rumah warga di Tanjung Baik Budi, Ketapang, Kalimantan Barat pada November 2015. Ketika diselamatkan, Vijay belum lama dipelihara warga.

Vijay masih menunjukkan sifat asli orangutan, sehingga dia tidak memerlukan masa rehabilitasi yang lama. Di Pusat Rehabilitasi IAR Ketapang, Vijay menunjukkan perilaku alami yang bagus. Vijay sudah mahir memanjat, membuat sarang, mencari makan sendiri serta tidak suka dekat dengan manusia.

Perilaku positif yang sama ditunjukkan juga oleh Lisa, orangutan betina berusia kurang lebih enam tahun yang masuk ke pusat rehabilitasi IAR Indonesia pada Januari 2015. Meskipun Vijay dan Lisa tidak memerlukn waktu yang lama untuk rehabilitasi, proses rehabilitasi ini bisa memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

"Lama proses rehabilitasi ini tergantung masing-masing individu. Ada yang cepat belajar, ada pula yang membutuhkan waktu yang lama," kata Program Direktur IAR Indonesia, Karmele Sanchez dalam keterangan tertulis yang diterima di Pontianak, Sabtu, 25 November 2017.

Mama Laila dan Lili adalah orangutan induk dan anak yang diselamatkan oleh IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar, September 2017. Mama Laila dan Lili diselamatkan dari perkebunan warga di Jalan Tanjungpura.

Mereka keluar dari habitatnya karena hutan tempat tinggal mereka yang semakin menyempit karena pembukaan hutan untuk logging dan perkebunan. Hutan yang semakin sempit berarti ruang hidup dan jumlah pakan yang semakin sedikit. Kondisi inilah yang memaksa mereka keluar dari habitat aslinya untuk bertahan hidup.

Kegiatan pelepasan orangutan ini membutuhkan waktu, tenaga, dan kemampuan yang sangat besar dari seluruh tim staf IAR, pihak TNBBBR, dan seluruh masyarakat sekitar yang membantu.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Perjalanan Berat

Pelepasliaran Orangutan
Proses pelepasliaran orangutan di Kalimantan (Foto: International Animal Rescue (IAR) Indonesia)

Tim pelepasliaran berangkat dari Pusat Rehabilitasi IAR di Ketapang, pada Senin dini hari, 20 November 2017. Sebelumnya, Mama Laila dan Lili dibius terlebih dulu oleh tim medis sebelum dimasukkan ke dalam kandang transportasi. Pembiusan ini perlu dilakukan karena Laila dan Lili merupakan orangutan liar.

Perjalanan ditempuh selama 17 jam menggunakan mobil dari Ketapang menuju Kantor Seksi Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya di Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi. Setelah itu, tim beristirahat satu malam sebelum melanjutkan perjalanan keesokan paginya.

Perjalanan dilanjutkan lagi menggunakan mobil menempuh medan offroad selama empat jam dan dilanjutkan dengan menyusuri Sungai Mentatai dengan perahu selama satu jam. Tim kemudian melanjutkan perjalanan menuju titik pelepasan pertama dengan berjalan kaki selama 1 jam.

Mama Laila dan Lili dilepaskan hari itu juga di titik pelepasan pertama, sedangkan Vijay dan Lisa melanjutkan perjalanan selama tiga jam. Mereka kemudian diistirahatkan selama satu malam di kandang habituasi yang berada di dalam kawasan TNBBR.

Mereka diistirahatkan untuk menurunkan tingkat stress mereka selama perjalanan dan membiarkan mereka beradaptasi terlebih dulu dengan lingkungan di sana. Dalam kegiatan ini, tim pelepasan dibantu oleh beberapa porter dari desa-desa penyangga di sekitar kawasan TNBBBR.

“Kami sangat bersyukur dengan adanya warga Mawang Mentatai dan Dusun Nusa Poring yang bisa membantu kami membawa kandang ini menuju titik pelepasan,” ujar Argitoe Ranting, Manager Survey Release and Monitoring.

Mereka dengan luar biasa membantu kami membawa kandang seberat itu melewati gunung dan sungai sejauh lebih dari 9 kilometer di dalam hutan. Tanpa mereka kami tidak akan bisa melakukan kegiatan pelepasliaran ini.

Kesokan paginya tim melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh empat kilometer masuk lebih jauh lagi ke dalam kawasan. Sesampainya di titik pelepasan, Vijay dan Lisa segera dilepaskan. Pembukaan kandang dilakukan bersama-sama oleh perwakilan staf Balai TNBBBR. BKSDA Kalbar, Polsek Menukung, dan IAR Indonesia.

Karena Lisa dan Vijay merupakan orangutan hasil rehabilitasi, IAR Indonesia menerjunkan tim monitoring untuk memantau perkembangan kedua orangutan ini di alam bebas selama 1-2 tahun. Tim monitoring yang berasal dari desa-desa penyangga kawasan taman nasional ini akan mengikuti orangutan dari bangun tidur sampai tidur lagi.

"Kegiatan monitoring ini dilakukan untuk memastikan kondisi mereka di alam bebas. Tim juga akan memastikan mereka mampu bertahan hidup di alam dan akan melibatkan tim medis bila kondisi orangutan dirasa kurang bagus," kata drh. Adi Irawan, Manager Operasional IAR Indonesia. Tim monitoring merupakan warga desa penyangga di kawasan TNBBBR yang sudah terlatih untuk melakukan kegiatan monitoring orangutan.

Hutan Alami

Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dipilih menjadi tempat pelepasliaran orangutan karena hutannya yang masih alami dan bagus. Survei dari tim IAR Indonesia menunjukkan jumlah pohon pakan orangutan yang berlimpah. Selain itu statusnya sebagai kawasan Taman Nasional akan lebih mampu menjaga orangutan ini dan habitatnya sebagai kawasan konservasi.

Dari kajian yang pernah dilakukan juga oleh tim ahli dari YIARI, di resort Mentatai yang termasuk dalam kawasan TNBBBR, tidak ditemukan keberadaan orangutan dan dinyatakan orangutan di sana telah punah dalam 20-30 tahun terakhir.

"Harapannya kegiatan pelepaslian ini akan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat di sekitar Taman Nasional," ucapnya.

Kepala Balai TNBBBR, Heru Raharjo berharap kerja sama dengan IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar dapat terus berlanjut. "Harapan kami semakin banyak orangutan yang bisa hidup bebas di habitat alami mereka, akan semakin baik dan untuk menjamin para orangutan ini bisa hidup aman dan layak, kami melakukan berbagai kegiatan seperti monitoring, survei tumbuhan pakan, survey fenologi, survey satwa pesaing, daya dukung dan lain sebagainya," kata Heru Raharjo.

Ada beberapa individu tidak cukup beruntung untuk dapat kembali ke alam bebas. Beberapa dari mereka terlalu lama dipelihara dan mendapat perlakuan yang salah, sehingga mereka secara permanen kehilangan kemampuan untuk bertahan hidup. Ini berarti mereka tidak akan pernah bisa dilepasliarkan seumur hidup mereka.

Heru Raharjo berharap kerjasama ini bisa berkembang khususnya yang terkait dengan sosial kemasyarakatan. seperti pemberdayaan masyarakat sekitar, kebijakan mempekerjakan staf lokal dari masyarakat setempat dan juga pelatihan keterampilan dibidang pertanian dan perikanan untuk masyarakat setempat.

Diharapkan dengan adanya pelibatan masyarakat lokal, akan semakin meningkat dukungan masyarakat dalam upaya pelestarian dan konservasi orangutan di TNBBBR, disamping memberikan manfaat nyata secara ekonomi dan budaya bagi masyarakat setempat.

Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor, berharap kepada masyarakat Kalimantan Barat agar lebih peduli terhadap kelestarian orang-utan maupun satwa liar dilindungi lainnya.

"Hal ini bisa dilakukan dengan tidak lagi memelihara maupun melakukan perburuan satwa liar dilindungi karena dapat mengakibatkan punahnya satwa liar yang merupakan bagian dari ekosistem kita," kata Sadtata Noor.

Sadtata Noor mengimbau, agar masyarakat yang masih memelihara satwa liar dilindungi agar segera menyerahkannya ke kantor BKSDA Kalbar.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya