Liputan6.com, Kupang - Darren Gavriel Agus Boling, bocah dua tahun meninggal dunia saat mendapat perawatan medis di RS Siloam Kupang, Nusa Tenggara Timur pada, Minggu, 17 Desember 2017 sekitar pukul 20.07 Wita.
Kematian bocah laki-laki yang berdomisili di Kelurahan Fatululi, Kota Kupang ini menyisakan banyak kejanggalan bagi pihak keluarga. Pihak keluarga menduga, Darren meninggal karena diduga dokter salah diagnosis.
Daniel mengatakan, Darren menderita demam dan panas tinggi sejak Jumat, 15 Desember 2017, yang menurut dugaan mereka Darren diserang demam berdarah (DBD). Selain panas tinggi, ada darah keluar dari hidung.
Advertisement
Bahkan, ketika diberi susu, Darren muntah disertai bercak darah. Ironisnya, dokter yang menangani Darren mangatakan tidak ada gejala demam berdarah dan menyarankan hanya dilakukan rawat jalan.
Baca Juga
"Kami langsung bawa ke RS Siloam sore itu juga. Dari gejala kami orang awam saja tahu jika itu gejala DBD, tetapi dokter mengatakan lain, sehingga kami kembali ke rumah," ujar juru bicara keluarga, Daniel Boling kepada Liputan6.com, Kamis, 21 Desember 2017.
Dia mengisahkan, saat dibawa ke RS Siloam, Darren langsung dimasukkan ke UGD dan ditangani oleh dokter piket saat itu. Setelah hasil sampel darahnya keluar, dokter tersebut mangatakan jika tidak ada gejala DBD dan menyarankan hanya dilakukan rawat jalan.
"Kami diberikan surat kontrol kembali pada hari Senin," tutur Daniel.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dianggap Cuma Mimisan
Saat keluarga bertanya soal adanya darah yang keluar melalui hidung dan muntah, dokter menjelaskan jika darah tersebut hanyalah mimisan biasa akibat panas tinggi.
"Kami diberi obat penurun panas dan atas saran dokter tersebut kamipun membawa pulang Darren," kata Daniel.
Namun, sejak kembali ke rumah, kondisi Darren semakin lemah. Atas kesepakatan keluarga, pada hari Minggu Darren kembali dilarikan ke RS Siloam.
Darren dimasukkan ke UGD dan dicek darah oleh seorang dokter bernama, Joseph. Namun, keluarga dikagetkan oleh informasi dari dokter yang menjelaskan jika Darren positip DBD dan masuk fase kritis.
"Kami kaget karena tiba-tiba Darren dinyatakan positif DBD. Bahkan, saat itu dokter Joseph sempat bertanya kepada kami, mengapa baru dibawa ke rumah sakit dan kami menjelaskan bahwa kami sudah pernah berobat namun disuruh rawat jalan karena bukan DBD," jelas Daniel.
"Mendengar penjelasan dokter tersebut kami merasa sangat bingung, karena waktu itu baru hari Minggu, kan disuruh kontrol hari Senin. Katanya Darren semakin kritis dan sekitar pukul 20.07 Wita, pihak RS. Siloam menyatakan Darren sudah meninggal dunia," imbuh Daniel.
Advertisement
Pihak Keluaga Ancam Proses Hukum
Pihak keluarga berencana menyurati pihak RS Siloam untuk meminta klarifikasi.
"Jika tidak ada niat baik maka kami akan tempuh proses hukum," tegas Daniel.
Dia menambahkan, apapun upaya yang ditempuh keluarga, tidak akan mengembalikan Darren, namun kejadian ini perlu dipublikasikan agar bermanfaaf dan menjadi pelajaran bagi para orangtua agar tidak mengalami kejadian yang sama.
"Memang sangat sakit kehilangan orang yang sangat dicintai, namun bagaimanapun kami tidak mau orang lain turut menjadi korban," pungkas Daniel.
Sementara itu, Direktur RS Siloam Kupang, dr. Hans Lie, M.Sc mengatakan akan bertemu dengan pihak keluarga.
"Mohon bantuannya, keluarga dapat bertemu dengan RS. Nanti kita hubungi keluarga, kami ingin bertemu dengan keluarga," katanya.