Tupai Raksasa Mulai Menghilang dari Hutan Balangan

Ukuran tupai raksasa bisa sepanjang satu meter. Orang harus mengendap-endap jika ingin menyaksikan sang tupai.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Feb 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2018, 13:00 WIB
20161213 Deretan Foto Satwa Terbaik Sepanjang Tahun 2016
Seekor tupai berdiri di sebuah pohon di Taman Valentino, Turin, (18/11/2016). (AFP PHOTO / MARCO BERTORELLO)

Liputan6.com, Balangan - Kawanan tupai raksasa di Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, kini sudah mulai jarang terlihat di wilayah tersebut. Warga setempat biasa menyebutnya tangkarawak

"Kami tidak tahu mengapa tupai yang panjangnya bisa mencapai satu meter itu menghilang, di hutan wilayah ini," kata Adie, seorang anggota pencinta lingkungan, Desa Panggung, Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan, Selasa (20/2/2018), dilansir Antara.

Menurut Adie, dulunya tupai yang berwarna kulit kuning kecokelatan tersebut sering terlihat berlompatan di dahan-dahan pohon. Sang tupai kerap mengeluarkan bunyi atau suara yang khas.

Tetapi, sejak sepuluh tahun terakhir, tupai yang rakus menyantap buah-buahan ini jarang terlihat. Warga bahkan sulit sekali kalau ingin menyaksikan keberadaan satwa endemik Kalimantan tersebut.

"Mungkin lantaran dianggap hama, karena suka menyerang tanaman kebun buah masyarakat, maka tupai itu banyak yang diburu, sehingga populasinya menjadi turun drastis," katanya.

Padahal, keberadaan satwa tersebut memperkaya keanekaragaman hayati setempat, dan bisa dipromosikan sebagai kawasan wisata yang menarik. Sebab, binatang itu selain unik dan langka dan sangat eksotis bila dipublikasikan kepada wisatawan.

Karena itu, kata Adie yang dikenal sebagai anggota pencinta lingkungan Forum Komunitas Hija (FKH) tersebut, pihaknya berusaha mencari lokasi hutan yang masih ada satwa tersebut.

Salah satu lokasi, yaitu hutan Watangan, Desa Panggung, itu pun jika ingin menyaksikannya harus berjalan pelan-pelan dan mengendap-endap. Bila tahu ada orang datang, maka satwa itu pun akan lari kencang menjauh.

Tetapi, jika ingin melihat secara dekat, menurut Adie, ada salah satu warga yang memelihara binatang tersebut, yaitu di Desa Wangkili, Kecamatan Awayan.

Warga tersebut tak sengaja menemukan anak tangkarawak yang jatuh dari pohon dan ditinggalkan induknya. Karena merasa kasihan lalu dipelihara dan sekarang sudah mulai besar atau setengah dewasa dan ditempatkan dalam satu kurungan besar di depan rumah.

Binatang yang menjadi peliharaan tersebut pernah lepas, tetapi tak mau menjauh dan masuk lagi ke dalam kurungan. Si tupai tak terbiasa mencari makan sendiri di hutan.

 

Pohon Raksasa Sebesar Pelukan 8 Orang Dewasa

Salam Pagi
Pohon kiara raksasa berusia 100 tahun di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Kelompok pemuda pencinta lingkungan Forum Komunitas Hijau (FKH) Citra Sanggam Balangan, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan (Kalsel), menemukan sebuah pohon raksasa saat jelajah hutan di Kecamatan Halong.

Saking besarnya, delapan orang harus berpegangan tangan untuk mengelilingi pohon raksasa tersebut.

Menurut Ketua FKH Citra Sanggam Balangan, Fahnor, pohon raksasa ini ditemukan tak sengaja ketika FKH menjelajah hutan. Mereka hendak mengindentifikasi tanaman buah-buahan endemik Kalimantan di kecamatan tersebut.

Setelah melihat sebuah pohon menjulang sangat tinggi atau pohon raksasa, mereka spontan mendekat. "Ternyata, pohon yang setelah didekati memang sangat besar," ucap Fahnor di Desa Panggung, Paringin Selatan, Senin, 19 Februari 2018, dilansir Antara.

Para pemuda itu tak mengetahui jenis pohon tersebut. Namun, diperkirakan adalah pohon kusi.

Pohon ini disarangi lebah di atasnya. Bahkan, ada bagian-bagian pohon yang berbekas orang naik, diberi paku dan bekas sabetan parang sebagai pijakan untuk menaiki pohon.

"Kita sempat berfoto di pohon yang tepatnya berada di Desa Mentuyan," kata Adie, anggota FKH Cita Sanggam.

Para pencinta lingkungan ini meminta pohon itu dilestarikan. Sebab, warisan alam yang tertinggal dan diperkirakan berusia ratusan tahun.

Mereka berharap pemilik lahan ikut memelihara tanaman langka itu untuk anak cucu, baik untuk pendidikan maupun penelitian. Mereka juga mengharapkan Pemerintah Kabupaten Balangan dan Pemerintah Provinsi Kalsel memperhatikan pohon itu, kalau perlu dibeli untuk dilestarikan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya