Warga Semarang Harap Bersiap, Setiap Tahun Kunjungan Turis Tambah 100 Ribu Orang

Pembangunan manusia Semarang adalah menemukan karakter sendiri dan mengemasnya agar dikenal dunia. Dampak ekonomi adalah bonus.

oleh Edhie Prayitno IgeFelek Wahyu diperbarui 26 Mar 2018, 12:32 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2018, 12:32 WIB
bule batik 1
Wisatawan asing berusia lanjut lebih telaten saat belajar membatik di Sanggar Batik Semarang 16 Meteseh Tembalang Semarang. (foto : Liputan6.com / edhie)

Liputan6.com, Semarang - Pariwisata Semarang diyakini mampu menjadi magnet kunjungan tingkat dunia. Keyakinan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi itu didasari banyaknya even selama tahun 2018.

Pawai Ogoh-Ogoh adalah salah satu yang diandalkan. Hendi menjelaskan pawai Ogoh-Ogoh ini penting ditunjukkan ke tingkat dunia untuk menunjukkan bahwa Semarang memiliki toleransi yang tinggi. Pawai ogoh-Ogoh hanya kemasan dan simbol toleransi keberagaman.

"Bagaimana mengemas nilai lokal, sehingga mendatangkan dampak positif bagi masyarakat. Salah satunya ya pariwisata. Targetnya menjadi kelas dunia," kata Hendi, Senin (26/3/2018) kepada Liputan6.com.

Pariwisata akan menjadi pintu masuk Kota Semarang mengangkat dirinya. Pada 2011 wisatawan dari luar negeri ada 2,4 juta. Tahun 2016 sudah naik menjadi 4 juta. Meskipun pelan, setiap tahun ada kenaikan sekitar 100 ribu.

"Tentu fasilitas dulu belum seperti sekarang. Sekarang dengan difasilitasi wi-fi kecepatan tinggi dan tingginya pengguna media sosial, mudah-mudahan warga dan semua yang berkunjung bisa membantu promosi apa pun tentang Semarang," kata Hendi.

 

Ambil Peluang, Segera

Kemeriahan Karnaval Ogoh-Ogoh dan Budaya Kota Lama Semarang
Anak-anak mengarak Ogoh-Ogoh selama atraksi Karnaval Seni Budaya Lintas Agama di kawasan Jalan Pemuda Semarang, Minggu (25/3). Lima ogoh-ogoh yang didatangkan dari Bali ikut memeriahkan acara ini. (Liputan6.com/Gholib)

Selain pawai Ogoh-Ogoh yang memang memiliki nilai penting dan strategis, ada juga Semarang Night Carnival dan penataan Kota Lama. Menurut Hendi, even dan destinasi wisata yang dijual bukan sekadar untuk menjual kepentingan pariwisata.

"Ada nilai yang ditawarkan dan jika bisa dimonetasi menghasilkan secara ekonomi, masyarakat pasti akan menemukan kearifan lokal dan mati-matian menjaganya. Ini salah satu strategi pembangunan manusia melalui pariwisata," kata Hendi.

Semarang Night Carnival (SNC) bukan sekadar karnaval malam hari. Lima negara dipastikan mengikuti, dan SNC ini menjadi even yang dinanti karena tiap tahun selalu muncul kreativitas-kreativitas liar.

Pada November-Desember di desa Wisata Kandri, Gunungpati, akan dikunjungi 1000 wisatawan asing. Diharapkan dalam program live in ini selain menjual keunikan dan budaya lokal, juga warga bisa mempelajari gaya hidup pelancong asing.

"Agriculture, pertanian, peternakan tentu akan lebih produktif jika warga menemukan modernisasi sendiri. Salah satunya ya dengan bergaul dengan para pelancong itu. Itu kalau mereka punya ilmu pengelolaan," kata Hendi.

Hendi berharap dukungan warga kota yang sudah sangat baik akan terus membaik dan lebih baik lagi. Semua kesempatan yang ada, diharapkan bisa disambut dan diambil pada kesempatan pertama, sebelum kota-kota lain.

"Saya optimistis. Yang utama adalah membangun karakter diri. Dampak ekonomi adalah bonus. Jika warga kota berkarakter baik, tak usah ragu dengan masa depan. Semesta pasti sudah menyiapkan jalan terbaik bagi masa depan," kata Hendi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya