Ossy, Sebuah Arena Pertempuran antara Kemiskinan dan Semangat

Tubuh Ossy menjadi sangat kurus. Rambut di kepalanya juga sudah rontok. Semangat hidupnya yang masih mampu membuatnya bertahan. Inilah potret pertarungan kemiskinan, penyakit, dan daya juang.

oleh Edhie Prayitno IgeFelek Wahyu diperbarui 05 Apr 2018, 05:02 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2018, 05:02 WIB
ossy
Sutomo telaten menyuapi Ossy. Bukan hanya kebutuhan makan, semua keperluan alamiah harus dilakukan di atas kasur. (foto: Liputan6.com / felek wahyu)

Liputan6.com, Kendal - Ossy Mardhiati Utami, remaja 14 tahun warga desa Tunggurejo RT 02 / RW 01 Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, setahun terakhir menghabiskan waktu di tempat tidur. Ia berhenti sekolah dari SMP Negeri 1 Kendal.

Badannya semakin kurus. Kepalanya juga tak lagi tumbuh rambut. Ossy sakit. Ia didiagnosis terkena kanker tulang.

Menurut Sutomo, sang ayah, gejala penyakit yang menyerang putri cantiknya itu sangat mendadak. Ia hanya merasa kakinya sakit usai mengikuti kegiatan sekolah.

"Bahkan pulangnya sampai diantar. Ia anak yang aktif. Ia ikut kegiatan lomba di sekolah. Saat itu ia terjatuh," kata Sutomo kepada Liputan6.com, Rabu, 4 April 2018.

Ossy selain cantik, ceria, juga jago olahraga. Ia termasuk anak cerdas sehingga bisa diterima di SMP Negeri 1 Kendal. Sutomo bercerita bahwa tak ada tanda-tanda sang putri akan sakit parah.

"Mungkin pas lomba itu kondisinya pas drop digerogoti kanker. Jadi ketika terjatuh, tak sengaja terinjak temannya. Kakinya bengkak. Sejak itu kondisinya merosot drastis," kata Sutomo.

Rumah yang ditempati Sutomo, bukanlah sebuah rumah besar yang memenuhi syarat layak huni. Rumah itu kecil saja, berdinding papan. Ossy sehari-hari berbaring di kasur yang tak lagi pernah dijemur sehingga keras.

Di kasur itu, Ossy merangkai harapan dan keinginan. Di kasur itu pula ia makan, minum, buang air besar, buang air kecil, dan juga beraktivitas lain.

"Enggak apa. Semua saya layani dengan ikhlas. Ossy anak saya, Ossy butuh ayahnya," kata Sutomo.

Saat disuapi makan, dilayani minum, mandi, atau kebutuhan alamiah lain, Ossy selalu terlihat menahan nyeri. Selalu seperti itu, sebagai ayah, Sutomo sering menitikkan air mata melihat penderitaan anaknya yang didera kanker tulang.

"Jika bisa, mungkin saya saja yang merasakan nyerinya," kata Sutomo.

 

Kasih Sayang Tanpa Batas

Ilustrasi Kanker Tulang
Ilustrasi kanker tulang pada tengkorak manusia. (Sumber Wikimedia Commons)

Ingin merawat Ossy secara total, Sutomo memutuskan berhenti kerja sebagai buruh pabrik. Ia merasa tak mau jadi beban perusahaan dengan banyak izin, sementara Ossy di rumah menunggu.

"Saya akan merawat dan mendampinginya 24 jam. Keperluan alamiah pribadi Ossy kan enggak bisa dijadwalkan," kata Sutomo.

Sutomo dan Ossy sempat merasa tenang karena sebagai warga miskin keluarga itu sudah masuk dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat Kabupaten Kendal. Namun, siapa sangka jika program itu meski cukup membantu tapi tak bisa paripurna menyelesaikan masalah kesehatan Ossy.

Sejak Ossy didiagnosis terkena kanker tulang, Sutomo langsung mengupayakan terapi. Berbagai terapi sudah Ossy jalani.

"Karena sudah tak bisa jalan, semua terapi yang disarankan langsung dijalani. Mulai kemoterapi dan alternatif lain. Enam kali sudah Ossy menjalani kemoterapi hingga rambut di kepalanya rontok," kata Sutomo.

Ossy sendiri tak mau menyia-nyiakan kesungguhan dan kasih sayang ayahnya. Dari sorot matanya terpancar semangat untuk sembuh. Motivasinya sederhana, bisa membantu ayahnya menemani adiknya bermain.

"Saya ingin sembuh. Saya yakin pasti sembuh. Nanti saya bisa bermain lagi dengan adik dan teman-teman," kata Ossy.

 

Saling Jaga Hati, Jaga Semangat

Stiker `Ayah, Ibu, Anak` dan 3 Mobil Termahal Dunia
Stiker `ayah, ibu, anak` di mobil masih menjadi sorotan pembaca setia Liputan6.com.

Pancaran semangat di sorot mata Ossy tak mampu menahan air matanya. Demi mengingat pengorbanan sang ayah yang 24 jam siap melayani keperluannya, tiba-tiba air mata Ossy mengalir.

"Maaf saya sedang batuk. Kalau pas batuk, rasanya badan sakit semua. Nyeri rasanya," kata Ossy.

Ossy dengan terbata-bata bercerita. Ia mengangankan dan menginginkan keluarga yang utuh seperti yang ada di stiker-stiker mobil. Namun, harapannya tak mungkin terwujud. Orangtuanya sudah bercerai, sang ibu bekerja di luar negeri sebagai TKW. Yang bisa ia lakukan adalah menjaga semangat agar ayahnya juga bersemangat.

Sutomo tak mau kalah. Ia menjaga harapan dengan senantiasa bersikap optimis. Terutama di depan Ossy. Kegundahan dan kegelisahan Sutomo hanya terlihat ketika sedang sendirian.

"Saya yakin masih ada jalan. Entah dari mana. Yang utama bagi saya adalah biaya pengobatan Ossy," kata Sutomo.

Sutomo bercerita sedikit bahwa untuk biaya pengobatan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selalu saja ada dermawan. Rata-rata para dermawan yang datang ke rumahnya mengetahui dari media sosial.

"Bahkan ada komunitas sedekah yang membantu membiayai Ossy kemoterapi di RS Muwardi Solo. Untuk biaya perjalanan saja sudah sangat besar kan? Saya enggak ingin menjadi parasit. Saya enggak tahu harus bagaimana, tapi saya yakin pasti ada jalan," Sutomo menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya