Ironi Pasien Kanker yang Gagal Berobat Alternatif

Kisah yang dialami wanita penderita kanker payudara, alami payudara bernanah, berdarah dan lepasnya puting susu saat berobat alternatif.

oleh Umi Septia diperbarui 14 Nov 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2017, 06:00 WIB
Kenali Gejala Kanker Payudara Sesuai Stadium
Ilustrasi kanker payudara

Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita berusia 43 tahun memilih untuk menjalani pengobatan tradisional ketimbang tindakan medis saat didiagnosis kanker payudara stadium 3B pada 2008. Tak disangka, hal ini menjadi petaka dan membuat dirinya harus mengalami kondisi yang kian memburuk. Salah satunya, dia harus mengalami lepasnya puting payudara.

"Pada 2008, wanita yang disembunyikan identitasnya itu melakukan pemeriksaan fertilisasi. Saat itu, dia diberitahu ada benjolan di payudara kanannya," ucap dr. Santi.

Setelah didiagnosis, wanita berinisial A tersebut dirujuk ke Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais, Jakarta. Setelah melakukan biopsi, dokter mengatakan bahwa wanita tersebut terkena kanker payudara stadium 3B. Dokter menyarankan untuk melakukan kemoterapi, radiasi dan operasi dengan biaya Rp80 juta rupiah.

"Akibat keterbatasan biaya dan gagal mengurus kartu gakin (keluarga miskin), dia memilih pengobatan herbal. Saat itu, dia memilih pengobatan herbal di Cisarua dan diberi daun-daunan untuk ditempel di payudara," lanjut dr. Santi.

 

Saksikan video menarik berikut :

 

 

Pengobatan herbal

Dr. Santi menjelaskan, selain dedaunan untuk ditempel, wanita tersebut juga diberi daun-daunan untuk diminum. Daun tersebut terdiri dari daun sirsak, daun sirih merah dan kulit manggis. Ironisnya, saat menjalani pengobatan herbal, benjolan pada payudara wanita tersebut justru semakin membesar dan memerah hanya dalam beberapa minggu.

"Tak hanya itu, dalam beberapa bulan benjolannya terus pecah. Akhirnya dia memutuskan berhenti dan mencari pengobatan lain," kata dr. Santi.

Setelah gagal menjalani pengobatan alternatif di Cisarua, wanita tersebut mencoba peruntungan pada pengobatan alternatif di kasawan Kelapa Gading. Di sana, dia mendapatkan ramuan obat yang digodog (direbus) dengan dosis tiga bungkus perhari.

"Awalnya sehari tiga bungkus, lalu meningkat menjadi lima bungkus, naik lagi menjadi sepuluh bungkus hingga terakhir mencapai tiga puluh bungkus perhari," papar dr. Santi.

Keluar darah dan nanah hingga puting copot

Setelah meminum ramuan godog nan pahit tersebut, bukan kesembuhan yang didapatkan, payudara wanita tersebut justru kian memburuk. Tak hanya itu, payudara wanita tersebut juga mengeluarkan darah dan nanah.

"Untuk mengatasinya, dia mengonsumsi bermacam-macam jus, antara lain jus lidah buaya, melon dan susu. Tapi yang didapatkan justru payudaranya semakin memburuk, puting susunya lepas. Tak hanya puting, bagian benjolannya pun satu persatu lepas dengan sendirinya," kata dr. Santi.

Yang lebih ironis, terapis herbal yang menanganinya tersebut justru mengatakan hal buruk yang dialaminya itu merupakan proses menuju kesembuhan. Lebih parah lagi, wanita tersebut diminta bersabar hingga dua tahun.

"Setelah dua tahun, luka payudara tersebut mengering. Namun, masalah lain justru dirasakan sama dia. Perutnya membesar, susah bernapas dan tidak bisa berjalan," ucap dr. Santi.

Untungnya, saat dia disarankan kembali berobat ke dokter, dia menurutinya. Hal itu berbarengan dengan peluncuran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada 2013. Sejak saat itu, wanita tersebut berhasil ditangani dan bertahan hidup hingga sekarang.

Kisah ini diceritakan oleh dr. Santi Gultom, koordinator penyintas dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) pada Senin, (13/11/2017) saat menghadiri acara seminar bertema Cerdas Menyikapi Herbal Untuk Terapi Kanker di Gedung BPOM, Jakarta Pusat.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya