Sambut Hari dengan Merayakan Musim Panen Padi di Gorontalo

Acara yang digelar di petak sawah itu sebagai rasa syukur karena akan memetik jerih payah selama 3-4 bulan menanam, merawat, dan memanen padi.

oleh Andri Arnold diperbarui 12 Mei 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2018, 06:00 WIB
Panen
Para pengunjung berfoto di instalasi Jerami dilokasi Maa Ledungga, Pesta Panen Padi yang digelar oleh para petani dan seniman di Gorontalo. Foto: (Andri Arnold/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Langit cerah. Kumpulan ibu petani berjalan menuruni petak sawah. Setelah beberapa langkah mereka duduk. Nyiru yang mereka bawa diletakkan di antara jerami padi. Sesaat kemudian, mereka memperagakan menapih beras dengan diiringi musik tradisional.

Para ibu petani ini adalah warga Desa Huntu Selatan, Kecamatan Bulango Selatan, kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Mereka tengah memperagakan tarian Maa Ledungga. Tarian yang dalam bahasa Gorontalo artinya ‘telah tiba’. Kata ini dipakai merujuk pada datangnya musim panen padi yang disambut secara sukacita oleh para petani.

Selama beberapa hari, para warga di desa itu memang tengah mengelar pesta sederhana untuk meluapkan kegembriaan karena musim panen telah tiba. Acara yang digelar di petak sawah itu sebagai rasa syukur karena akan memetik jerih payah selama 3-4 bulan menanam, merawat, dan memanen padi.

"Maa Ledungga ini adalah pesta para petani sebagai kegembiraan akan datangnya musim panen,” kata O’o Sutoni, Sekretaris Camat Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango, Jumat (11/0/2018).

Bagi para petani di daerah itu, menanam padi membutuhkan prosesi yang panjang. Salah satunya, adanya kepercayaan bahwa sebelum menghambur benih (Mo Mulayadu) harus memperhitungkan hari dan jam paling baik.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

Doa dan Syukuran

Panen
Para anak anak petani desa Huntu Selatan, kabupaten Bone Bolango Gorontalo melakukan tarian Maa Ledungga untuk merayakan panen padi. Foto: (Andri Arnold/Liputan6.com)

Prosesi itu, akan diikuti dengan doa syukuran dan makan bersama petani dengan menu nasi kuning, tiliaya, telur dan ayam. Ini merupakan simbol kesuburan dan kesejahteraan bagi para petani. Prosesi itu akan dilanjutkan penanaman bibit, perawatan hingga panen padi.

Menurut Awal, salah satu petani didesa itu Maa Ledungga merupakan puncak ketika petani menanti dan bersuka cita memetik hasil dari usaha dan kerja keras.

"Namun setelah panen, sukacita petani tertunda karena harus memikirkan antrian digilingan padi, tengkulak dan persoalan lain," ungkapnya.

Kondisi itu menurutnya membuat para petani mengelar pesta pasca panen dengan  berkolaborasi bersama para seniman berbagai komunitas . Pesta yang  berlangsung dari tanggal 10-12 Mei 2018 itu akan menghadirkan sejumlah pentas seni seperti instalasi bambu dan jerami, musik tradisional, tarian petani dan pameran produk pertanian mengisi kegiatan tersebut. 

Maa Ledungga menjadi tema yang diangkat untuk membingkai pesta seni pasca panen kali ini. "Kegembiraan memanen padi itu milik siapa saja, wajib dibagi dan dirayakan bersama,” kata Awal memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya