Terowongan Jalur Lori Era Belanda, Destinasi Baru di Kulon Progo

Warga Hargorejo Kulon Progo bergotong royong membuka jalur lori yang sudah lama tertimbun tanah. Temuannya di dalam terowongan itu sangat luar biasa.

diperbarui 18 Mei 2018, 07:03 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2018, 07:03 WIB
Warga Hargorejo Buka Terowongan Jalur Lori Mangaan
Penelusuran terowongan jalur lori di eks penambangan di Kliripan, Hargorejo Kokap. (KRJogja.com/Agus Sutata)

Kulon Progo - Setelah seorang pakar geologi dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta melakukan penelusuran, masyarakat membuka terowongan jalur lori di eks kawasan penambangan mangaan Kliripan di wilayah Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kulon Progo.

Kelompok Kerja (Pokja) Desa Hargorejo, Sri Widodo mengungkapkan pembukaan dikerjakan secara gotong royong oleh kelompok masyarakat Hargorejo, Kulon Progo.

Pantauan KRJogja.comtanah yang menutup terowongan sudah berhasil disingkirkan. Selain menyingkirkan tanah yang menutup terowongan, masyarakat melakukan pekerjaan pemasangan gorong-gorong saluran air di depan pintu terowongan.

"Pokja menginginkan eks kawasan tambang mangaan Kliripan bisa menjadi tujuan wisata sejarah dan pendidikan. Nantinya terowongan tersebut bisa dikunjungi untuk wisata," ujar Sri Widodo.

Seperti diketahui para pakar Geologi UPN Veteran Yogyakarta didampingi Pokja Desa Hargorejo melakukan penelusuran jalur lori di eks kawasan penambangan mangaan Kliripan di Desa Hargorejo, Kokap dan Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo.

Dalam penelusuran, banyak ditemukan terowongan berbentuk gua yang pernah dipergunakan sebagai jalur lori untuk mengangkut tambang mangaan di masa pemerintahan Belanda.

 

Baca berita menarik lainnya dari KRJogja.com di sini.

 

Cocok Jadi Lokasi Wisata Sejarah

Ilustrasi jalur kereta
Ilustrasi jalur kereta. (Liputan6.com/Felek Wahyu)

Di wilayah Anjir, Desa Hargorejo ditemukan terowongan sedalam kurang lebih 100 meter dan terowongan di Gunung Penthul sepanjang 80 meter. Ketinggian terowongan sekitar tiga meter dengan lebar 2,5 meter.

Kedua terowongan tersebut merupakan satu jalur lori untuk mengangkut mangaan dari lokasi penambangan sampai ke Stasiun Kereta Api (KA) Pakualaman. Untuk rel lori sudah hilang. Di atas terowongan sudah berdiri bangunan rumah dan untuk perlintasan jalan raya.

”Tempat seperti ini sudah menarik untuk tujuan wisata sejarah, pendidikan maupun wisata umum. Masyarakat tinggal mengatur dan merapikan menjadi tempat wisata yang menarik,” ujar Dr Ir Singgih Saptono MT, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UPN Veteran Yogyakarta.

Menurutnya, melihat jenis batuan yang ada di dalam terowongan aman untuk dikunjungi sebagai tempat wisata. Meskipun demikian pihak UPN akan melakukan pemetaan terowongan terhadap topografi di wilayah eks tambang mangaan Kliripan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya