Liputan6.com, Pekanbaru - Pijatan lembut dan rayuan layanan mesum ke pelanggan mendadak berubah menjadi kepanikan serta isak tangis. Kalimat permohonan supaya tak dimasukkan ke truk oleh Satuan Polisi Pamong Praja juga terdengar dari puluhan wanita cantik ini.
Mereka baru saja tertangkap basah melakukan prostitusi berkedok panti pijat sehat ini. Satpol PP menjaring mereka dari sejumlah panti pijat yang menawarkan jasa esek-esek di Kota Pekanbaru, Kamis 26 Juli 2018 petang.
Tak semuanya diamankan ketika lagi memberi layanan plus. Ada juga yang tengah duduk berrcengkerama dengan rekan seprofesi sambil menunggu kedatangan tamu lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Setelah dibawa ke Kantor Satpol PP, satu persatu didata. Semua yang terjaring tak berasal dari Pulau Sumatera, ada juga dari Bandung, Jakarta, dan Indramayu. Usia mereka juga masih relatif muda, rata-rata sekitar 18 tahun
Menurut Kepala Satpol PP Pekanbaru Agus Pramono, untuk menjaring 50 pemijat ini pihaknya membuat tiga tim. Setiap tim menyusuri sejumlah lokasi yang dicurigai menawarkan pijat plus-plus.
"Ada juga tamu yang diamankan," kata Agus.
Dia menerangkan, razia sempat berlangsung dramatis, bahkan dari salah satu panti pijit di Jalan Nangka, sejumlah terapis sempat berteriak- teriak dan menangis saat petugas akan membawanya ke dalam truk operasional Satpol.
"Begitu juga yang terjadi di panti pijat di Jalan Arjuna. Sedangkan di panti pijat lain di Jalan Kartama, Soekarno Hatta dan lainnnya, para terapis hanya bisa pasrah," kata Agus.
Menurut Agus, apa yang dilakukannya bertujuan menegakkan peraturan daerah di Pekanbaru yang punya visi madani. Artinya, setiap tindakan prostitusi tidak diperbolehkan.
"Juga atas perintah wali kota Pekanbaru. Kita menginginkan kota ini bersih dari ajang prostitusi," tegas Agus.
Agus menyatakan, semua kegiatan yang berbau prostitusi berikut lokasinya sudah dikantongi, hanya menunggu giliran untuk ditertibkan.
Rencananya, kata Agus, mereka yang terjaring akan diserahkan ke Dinas Sosial Kota Pekanbaru untuk diberikan keterampilan atau kerajinan tangan. Harapannya mereka tidak kembali lagi berbuat prostitusi dan mengarah ke perbuatan positif.
"Mereka akan diberikan keterampilan khusus, pencerahan agama dan sebagainya. Nantinya keluarnya semoga mendapatkan tawaran kerja yang bermanfaat dan positif," terang Agus.