Seleksi Ukiran Menuju Pesta Budaya Asmat 2018 Dimulai

Perhelatan Pesta Budaya Asmat 2018 telah dimulai dengan tahapan seleksi tingkat distrik.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Agu 2018, 15:38 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2018, 15:38 WIB
Ukiran Asmat
Ratusan hasil karya pengukir Asmat digelar. (Liputan6.com/Loop/John Ohoiwirin)

Liputan6.com, Jakarta Perhelatan Pesta Budaya Asmat 2018 telah dimulai dengan tahapan seleksi tingkat distrik. Tim yang diketuai Kurator Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat Erick Sarkol pada 12 Agustus lalu telah melakukan seleksi pertama di Distrik Safan, distrik terjauh di Pantai Asmat. Pengukir dan penganyam dari 15 kampung (Distrik Safan dan Kopay) berpartisipasi dalam seleksi ini.

Dalam pengantarnya, Ketua Seleksi mengajak para seniman untuk tetap merawat adat-istiadat di kampung. "Semarak Pesta Budaya yang kita selenggarakan tiap tahun akan bermanfaat jika kegiatan budaya di kampung-kampung tetap dilakukan,"imbau Erick Sarkol. Dari 120 ukiran dan lebih dari 200 kerajinan tangan mama-mama, akhirnya 31 ukiran terbaik dan 10 anyaman dinominasi untuk meramaikan Pesta Budaya Asmat Ke-33 di Agats, 4-9 Oktober 2018 nanti.

Pada 13 Agustus, tim seleksi kembali melanjutkan perjalanan mengarungi Laut Arafura dengan perahu motor menuju Basim ibukota Distrik Fayit. Esok harinya, warga mulai memadati lapangan papan kayu besi milik pemerintah setempat. Salah satu peserta, Philipus Pake mengatakan dia bersama saudara-saudaranya telah tiba di Basim dua hari sebelumnya dan mendirikan bivak, pondok sementara sebagai tempat tinggal. "Saya tidak punya perahu motor sehingga harus mendayung perahu untuk sampai di sini,"ujar Pake Wowipits, pengukir Asmat asal Kampung Bakyor.

Di tengah lapangan panggung berbahan kayu besi, lebih dari 500 seniman asal Distrik Fayit dan Aswi memajangkan karyanya menurut kampung masing-masing untuk dinilai tim seleksi. Wajahnya Philipus Pake tampak harap-harap cemas menanti keputusan tim. Tak lama terdengar tangisan. Sambil memegang kepalanya, Pake melangkah ke tengah lapangan dan mengambil nomor ukiran yang diletakkan Erick Sarkol di karyanya. Pake memeluk Yipai (pakaian roh) yang dibuatnya penuh isak tangis.

"Yipai ini awalnya dibuat oleh kakak saya Nelis Tar tapi kemudian dia sakit. Sesaat sebelum meninggal, Kakak Nelis meminta saya untuk menyelesaikannya. Saya terharu dan sedih sekali mengenang kakak sehingga saya menangis,"ujar Pake. Yipai adalah pakaian roh yang lazim digunakan dalam ritual khusus untuk menghadirkan arwah sanak keluarga yang telah meninggal.

Proses seleksi akan berlangsung di berbagai distrik Kabupaten Asmat sampai akhir Agustus nanti. Tim menargetkan nominasi sebanyak 200 ukiran dan 60 kerajinan tangan ibu-ibu yang akan dipamerkan dan dilelang kepada pengunjung dalam Pesta Budaya Asmat ke-33 tanggal 4-9 Oktober 2018. Untuk karya para seniman-seniwati yang tidak lolos seleksi, panitia akan mengakomodir dalam festival "Lumpur Asmat" sehingga bisa disaksikan dan dibeli pengunjung. (John Ohoiwirin)

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Ukiran asmat, Philipus Pake
Philipus Pake (kanan) senang ukirannya masuk dalam nominasi untuk dipajang. (Liputan6.com/Loop/John Ohoiwirin)
Para pengukir dari Suku Asmat
Para pengukir dari Suku Asmat, Papua. (Liputan6.com/Loop/John Ohoiwirin)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya