Upaya Warga Kalikudi Lindungi Situs Batu Bata Kuno dari Pemburu Harta Karun

Sayup terdengar, ada yang menduga terdapat harta karun di sekitar lokasi penemuan situs batu bata raksasa kuno di Kalikudi, Cilacap.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 02 Okt 2018, 07:32 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2018, 07:32 WIB
Warga memasang garis pengaman di situs batu bata raksasa kuno di Kalikudi, Adipala, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Nakam SW/Muhamad Ridlo)
Warga memasang garis pengaman di situs batu bata raksasa kuno di Kalikudi, Adipala, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Nakam SW/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Penemuan artefak kuno nyaris selalu dibuntuti berbagai spekulasi, mulai yang logis hingga tak logis. Salah satunya, dugaan tersimpannya harta karun di tempat penemuan artefak ini.

Ini pula yang terjadi usai ditemukannya tumpukan batu bata raksasa kuno di Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Berbagai dugaan yang masuk akal hingga supranatural yang sulit diterima nalar pun bermunculan.

Dalam kondisi ini, tentu situs temuan menjadi terancam vandalisme hingga pencurian. Memang harus diakui, di tengah perkembangan teknologi yang semakin masif, ada saja anggota masyarakat yang masih begitu mempercayai klenik.

Ketua Paguyuban Adat Tradisi Anak Putu atau ATAP Kalikudi, Nakam S Wibowo, mengakui sejak ditemukannya artefak kuno berupa puluhan batu bata berukuran 35x25 sentimeter dengan ketebalan 10 sentimeter ini, banyak spekulasi yang berkembang.

Sebagian meyakini, batu bata ini adalah sisa produksi batu bata pada zaman kolonial Belanda. Batu bata ini adalah material yang dikirimkan ke Cilacap kota untuk membangun Benteng Pendem dan kantor pemerintahan waktu itu.

Di sisi lain, ada pula yang menganggap tumpukan batu bata yang terpendam kurang lebih 50 sentimeter di bawah tanah ini adalah situs kuno. Sayup terdengar, ada yang menduga terdapat harta karun di sekitarnya.

"Memang, ada yang seperti itu. Banyak yang menduga-duga," katanya, kepada Liputan6.com, Senin malam, 1 Oktober 2018.

Spekulasi lainnya, artefak kuno yang ditemukan ini adalah makam orang keramat. Dikhawatirkan ada yang mengambil batu bata yang masih tersisa di dalam tanah.

Sebab itu, Senin ini, warga dan pemerintah desa membuat pagar pengaman agar lokasi ditemukannya situs kuno ini bisa steril dari semua kegiatan, terkecuali atas izin Pemdes dan paguyuban ATAP.

"Kalau mau melakukan ritual ya jangan dekat-dekat. Kalau dari 100 meter boleh. Itu juga harus izin kepada warga," dia menegaskan.

Warga khawatir, situs kuno ini rusak atau dicuri oleh orang yang tak bertanggung jawab. Terutama, setelah sayup terdengar ada yang menduganya sebagai situs harta karun.

Menyingkap Tabir Situs Batu Bata Raksasa Kuno

Warga memindah sekitar 50 batu bata raksasa kuno yang ditemukan di perawahan ke permukiman untuk mengantisipasi vandalisme atau pencurian. (Foto: Liputan6.com/Nakam SW/Muhamad Ridlo)
Warga memindah sekitar 50 batu bata raksasa kuno yang ditemukan di perawahan ke permukiman untuk mengantisipasi vandalisme atau pencurian. (Foto: Liputan6.com/Nakam SW/Muhamad Ridlo)

Karenanya, warga lantas memindah batu bata raksasa yang sudah diangkat ini ke permukiman warga. Namun, lantaran tak ada yang mau dititipi, sementara waktu ini batu bata diletakkan di dekat pos ronda.

Dipastikan, tiap malam ada yang menjaga sekitar 50 batu bata raksasa yang sudah diangkat ini. Warga pun menjamin, batu bata akan aman.

"Kalau warga sini sudah jaminan menjaga. Yang dikhawatirkan itu yang berasal dari luar," dia menerangkan.

Nakam yang juga seorang aparat desa juga sudah meminta agar warga di sekitar kompleks persawahan Ketanggung, lokasi penemuan batu bata kuno ini, intensif memantau keberadaan situs saat meronda. Dikhawatirkan masih ada yang hendak mengambil atau merusak artefak yang masih tersisa.

Dia pun mengimbau agar masyarakat tak terpengaruh oleh informasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Meski begitu, ia meyakini situs ini akan bermanfaat untuk menyingkap sejarah Cilacap, khususnya Desa Kalikudi.

Sedianya, Senin ini Pemerintah Desa Kalikudi melaporkan temuan ini ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cilacap. Namun, lantaran mati lampu dan surat tak bisa dicetak, laporan rencananya akan dikirimkan Selasa (2/10/2018).

Meski begitu, secara lisan, paguban Atap dan warga sudah melaporkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Salah seorang pejabat dinas pun sudah turun ke lokasi.

"Yang jelas nanti kejelasan mengenai batu bata ini akan diteliti oleh Balai Pelestari Cagar Budaya Jawa Tengah," dia menambahkan.

  

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya