Membedah Kidung Keramat "Rumeksa Ing Wengi" Warisan Sunan Kalijaga

Lagu "Rumeksa Ing Wengi" sering dikenal sebagai "Lingsir Wengi" yang menjadi musik latar sebuah film horor. Lagu ini sesungguhnya doa keramat namun oleh masyarakat dianggap pengundang makhluk halus. Ternyata ada lirik yang dimodifikasi sehingga doa berubah mantera

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 23 Nov 2018, 01:00 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2018, 01:00 WIB
wengi
Salah satu adegan film "Wengi Anak Mayit" yang menggunakan musik latar gubahan Sunan Kalijaga (Foto : Liputan6.com / dok.andi arsyil/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - "Ana kidung rumekso ing wengi

Teguh hayu luputa ing lara

luputa bilahi kabeh

jim setan datan purun

paneluhan tan ana wani

niwah panggawe ala

gunaning wong luput

geni atemahan tirta

maling adoh tan ana ngarah ing mami

guna duduk pan sirno"

Sebuah suara perempuan membelah sepi malam di pesisir kecamatan Bonang Kabupaten Demak Jawa Tengah. Lantunan tembang itu seperti lagu pengantar tidur bagi seorang bayi yang ada di gendongannya.

Peristiwa ini terjadi sudah beberapa tahun yang lalu. Saat itu, lantunan kidung atau tembang "Rumeksa Ing Wengi" gubahan Raden Mas Said atau Sunan Kalijaga. Berisi doa permohonan kepada Tuhan agar dijauhkan dari segala gangguan dan godaan.

Dalam terjemahan bebas, lagu ini bermakna "Ada lagu yang dikumandangkan tengah malam / Yang menjadikan kuat selamat / terbebas dari semua penyakit / Terbebas dari segala petaka / Jin dan setanpun tidak mau / Segala jenis sihir tidak berani / Apalagi perbuatan jahat / guna-guna tersingkir / Api menjadi air / Pencuripun menjauh dariku / Segala bahaya akan lenyap."

Winarti, salah satu warga Bonang bercerita, sudah lama tak lagi mendengar orang kekidungan warisan Sunan Kalijaga untuk mengantar tidur sang anak. Saat ini semua sudah mulai diganti televisi dan gawai.

"Pun dangu mboten wonten. (Sudah lama nggak ada)," kata Winarti kepada Liputan6.com.

Belakangan lagu "Rumeksa Ing Wengi" muncul dalam versi berbeda. Ia menjadi musik latar sebuah film horor. Roh lagu yang semula memohon perlindungan Tuhan menjadi seperti mantera pemanggil makhluk halus. Dipastikan itu bukan lagu gubahan Sunan Kalijaga.

Simak video tentang lagu Rumeksa Ing Wengi berikut ini:

Modifikasi Lirik = Mengubah Fungsi

wengi
Film "Wengi Anak Mayit" menempatkan lagu Sunan Kalijaga sebagai doa penolak bala dan kepasrahan kepada Tuhan. (foto: Liputan6.com / dok.Andi Arsyil / edhie prayitno ige)

Lirik yang berubah menjadi sebab. Ada pilihan kata yang menyebutkan bahwa jin menjadi utusan si pelantun tembang. Lagu ini lalu dikenal dengan judul Lingsir Wengi.

Lingsir wengi sliramu tumeking sirno [Menjelang malam, dirimu(bayangmu) mulai sirna]

Ojo Tangi nggonmu guling [Jangan terbangun dari tidurmu]

awas jo ngetoro (Awas, jangan terlihat (memperlihatkan diri)]

aku lagi bang wingo wingo [Aku sedang marah dan gelisah]

jin setan kang tak utusi  [Jin setan ku perintahkan]

dadyo sebarang [Jadilah apapun juga]

Wojo lelayu sebet [Namun jangan membawa maut]

Dari pemilihan kata saja sudah sangat jelas berbeda. Lagu ini sering dianggap sebagai mantera memanggil lelembut. Kesalahpahaman ini ternyata meluas.

"Oh Lingsir wengi kan lagu yang kalau dinyanyikan bisa mengundang makhluk halus itu kan?" kata Hendra, mahasiswa Undip saat ditanya Liputan6.com apakah ia mengetahui lagu itu.

Jawaban serupa juga masih banyak. Ini tak bisa dilepaskan karena lagu yang bukan gubahan Sunan Kalijaga itu dijadikan lagu latar sebuah film horor.

Wengi, Mengubah Mantera Jadi Doa

wengi
Poster film "Wengi Anak Mayit", tak jauh dari thema horor meskipun memberi pencerahan. (foto: Liputan6.com /dok.andi arsyil/edhie prayitno ige)

Belakangan lagu "Rumeksa Ing Wengi" dengan lirik lagu yang benar digunakan untuk musik latar sebuah film yang launching pada Kamis, 22 November 2018. Film yang bergenre horor ini diproduseri Andy Arsil. Judulnya tak main-main "Wengi Anak Mayit".

Mengisahkan seorang istri yang membawa anaknya lari dari sang suami. Dalam pelariannya itu berbagai horor mulai dari jeritan, tangisan, suara-suara, hingga teriakan gaib dieksplorasi.

Film "Wengi Anak Mayit" akan resmi beredar di bioskop tanggal 29 November 2018, dengan pelakon Sara Wijayanto, Demian, Jajang Pamoentjak C Noer dan masih banyak lagi.

Dalam lagu ini, musik latar seakan hendak mematahkan citra bahwa lagu gubahan Sunan Kalijaga adalah lagu pemanggil makhluk halus.

"Kami akan konsisten mengeksplorasi budaya asli Indonesia. Kami pernah mengeksplore budaya Sulawesi. Kali ini Jawa, kebetulan dengan musik latar gubahan Sunan Kalijaga. Semoga membawa manfaat," kata Andy Asril.

Sunan Kalijaga sendiri memiliki banyak nama populer. Mulai dari nama kecilnya Raden Said namun juga dikenal dengan nama Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.

Nama Kalijaga diperoleh karena beliau menyukai berendam di sungai pada saat beliau berada di Cirebon. Namun menurut pengamat lainnya, menyatakan bahwa kata Kalijaga berasala dari bahasa arab yaitu “Qadli Dzaqa” yang berarti penghulu suci kesultanan.

Lagu Rumeksa Ing Wengi adalah doa yang dilagukan agar mudah diterima masyarakat.

Kidung "Rumeksa Ing Wengi" ini merupakan tembang macapat, yakni Durma. Lagu-lagu yang memakai pakem Durma harus mencerminkan suasana yang keras, sangar, suram, kesedihan, bahkan bisa mengungkapkan sesuatu yang mengerikan dalam kehidupan. Oleh sebab itu, lagu "Rumeksa Ing Wengi" juga dilantunkan dengan lembut, bertempo lambat dan sangat menyayat hati.

Doa ampuh berupa tembang ini biasanya dilantunkan Sunan Kalijaga setelah salat malam. Fungsinya untuk menolak bala atau mencegah perbuatan makhluk gaib yang ingin mengganggu. Film "Wengi Anak Mayit" sukses mengembalikan kidung keramat Sunan Kalijaga ini menjadi doa. Bukan pemanggil makhluk halus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya