Liputan6.com, Garut - Sejumlah orang tua siswa SMP Baitul Hikmah, Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat mendatangi sekolah meminta pertanggungjawaban atas perilaku kepala sekolah yang diduga melakukan penganiayaan.
Selvan Oktavian (14), siswa kelas 8 ini mengaku mengalami penganiayaan yang dilakukan Sultan Parad, oknum kepala sekolahnya, Jumat (4/1/2019) kemarin pagi, tanpa alasan yang jelas.
Saat itu, korban yang tengah melakukan Salat Duha bersama rekannya di masjid. Saat itu juga kepala sekolah datang dengan alasan ingin menghukum kedua rekannya yang bercanda di dalam masjid.
Advertisement
Baca Juga
"Kepala sekolah yang lihat lalu menggesek-gesekan kepala saya dan kepala teman-teman," kata Selvan, Sabtu 5 Januari 2019.
Selvan menderita luka lecet di pelipis kiri. Kepala Sekolah yang tidak ingin kelakuannya diketahui pihak lain, meminta korban tutup mulut. Termasuk saat ditanyakan orang tua.
Rian Gunawan (15), rekan Selvan yang mengaku menjadi korban penganiayaan oknum kepala sekolah itu, namun ia tidak sampai mengalami luka.
"Kalau nggak pakai peci di sekolah pasti dihukum, kadang push up, ditampar, terus suka lempar-lempar kursi," ungkap dia.
Pipit Anggraeni (46), orang tua Selvan, tak terima dengan perbuatan oknum kepala sekolah tempat anaknya belajar.
Pipit mengaku awalnya ia tidak curiga dengan luka yang dialami anaknya, namun setelah ditanya Selvan memilih bungkam hingga rekan korban memberi tahu jika luka anaknya disebabkan kelakuan oknum kepala sekolah. "Saya nggak terima makannya mau lanjut lapor ke polisi," ujarnya.
Bantahan Kepala Sekolah
Kepala SMP Baitul Hikmah, Sultan Parad mengaku memberikan hukuman kepada sejumlah siswa, meskipun mengandung aksi kekerasan.
Menurutnya, upaya itu dilakukan untuk menumbuhkan sikap disiplin dan efek jera kepada siswa yang melakukan kesalahan atau melanggar aturan.
"Saya memang suka memberikan hukuman bagi siswa yang bandel dan melanggar termasuk mereka yang tak membawa peci," ujarnya.
Sultan mengaku, dalam setiap hukuman yang ia berikan, semuanya masih dalam taraf wajar dan sesuai ajaran agama Islam.
"Kalaupun saya menampar siswa, ketiak saya tidak sampai terbuka, ini wajar dan sesuai dengan ajaram Islam," klaim dia.
Ihwal kekerasan yang dilakukannya terhadap Selvan, ia berkilah tidak ada unsur kesengajaan. Sebab pada prakteknya siswa tersebut tidak melakukan kesalahan apapun. Saat itu, posisi korban berada di tengah dua siswa yang tengah bercanda saat kegiatan shalawatan.
"Kemudian saya hampiri dan kepala keduanya saya rangkul sedangkan kepala Selvan berada di tengah saat itu," ujar dia menjelaskan.
Namun selang beberapa menit kemudian, ia kaget saat melihat pelipis sebelah kanan Selvan lecet dan berdarah. Sultan pun bertanya kepada Selvan, dan korban mengakui jika luka itu, akibat kelakukan dirinya.
"Saya kemudian menutupi luka di pelipis Selvan dengan Tensoplast," kata dia.
Awalnya Sultan meminta korban tidak membocorkan kejadian itu. Bahkan ia sempat meminta korban untuk mengatakan jika luka yang dialaminya disebabkan benturan dengan teman.
"Saya sadar kasus ini bisa menjadi besar jika Selvan sampai ngomong luka itu akibat perbuatan saya," ujar dia.
Dan benar saja, akibat desakan orang tua Selvan, akhirnya korban mengakui jika luka yang dideritanya akibat ulah jahil Sultan sang pengajar di sekolahnya.
Ia pun kini pasrah menghadapi gugatan orang tua siswa, terlebih pihak orang tua berencana melaporkan kejadian itu ke pihak berwajib.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement