Cerita Punggawa Dodol 'Picnic' Garut, Wujudkan Cita-Cita Mulia dari Merawat Tradisi

Merek Picnic sudah menempel dengan kuliner khas Garut, yakni dodol.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 25 Mar 2019, 01:02 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2019, 01:02 WIB
Sikap kalem dan humoris yang dari Ato Hermanto, menjadikannya sosok populer di masyarakat Garut
Sikap kalem dan humoris yang dari Ato Hermanto, menjadikannya sosok populer di masyarakat Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut Jika Cirebon mendapat julukan kota udang, Malang kota Apel, maka Garut, Jawa Barat sejak lama mendapat predikat kota dodol. Penganan legit nan manis dari beras ketan dan gula aren itu, merupakan sedikit dari brand lokal Indonesia, yang mampu bersaing di pentas perdagangan global saat ini.

"Kita tetap fokus dengan kualitas awal yang kita ciptakan, sehingga mampu bertahan hingga kini," ujar Ato Hermanto (58), Direktur Eksekutif sekaligus pemilik PT Herlinah Cipta Pratama, perusahaan yang menaungi dodol bermerek Picnic, saat berbicang dengan Liputan6.com, di pabriknya, Jalan Pasundan, Garut, Rabu, 20 Maret 2019 lalu.

Menggunakan setelan kemeja biru dan celana panjang hitam, Ato Hermanto, pewaris generasi kedua perusahaan dodol Picnic itu, tampak bungah di tengah anak buahnya yang tengah melinting atau istilah lain membungkus potongan kecil dodol.

Sesekali tangannya tak segan ikut berbaur dengan pegawai untuk membungkus dodol, sebuah suasana akrab penuh kekeluargaan yang menjadi kekuatan perusahaan itu, sejak lama hingga kini.

"Buat kami keberadaan mereka (pegawai) merupakan aset penting keluarga, sehingga perlu dirawat dengan baik," ujar Ato mengakui pentingnya peran pegawai.

Ato menyatakan, dodol Picnic Garut seolah berjodoh untuk berkembang di Garut. Melimpahnya bahan dasar dodol seperti beras ketan, gula aren, dan kelapa, semakin memudahkan mereka memproduksi cemilan ini.

"Saya bersyukur kualitas beras ketan dan gula aren Garut itu masih terbaik hingga kini," ujar dia memuji produk lokal asal Garut itu.

Tak ayal dalam perkembangan selanjutnya, produk dodol Picnic seolah menjadi magnet tersendiri bagi siapa pun yang akan berwisata ke Garut untuk membeli oleh-oleh. "Motto kami itu bagaimana produk lokal tetapi rasa global," ujarnya.

Tidak berlebih, Ato mengakui produk dodol Picnic memang berkualitas. Meskipun produk lokal dengan bahan lokal pula, tetapi penganan manis itu memiliki konsumen fanatik hingga kini.

"Semoga kami tetap memberikan produk berkualitas bagi masyarakat Indonesia," ujarnya.

 

 

Sejarah Dodol Garut

Nampak Ato Hermanto, pemilik dodol terngah berbaur dengan ratusan pegawai dodol Picnic, Garut
Nampak Ato Hermanto, pemilik dodol terngah berbaur dengan ratusan pegawai dodol Picnic, Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Bagi masyarakat Garut, dodol Picnic adalah kebanggaan lokal yang mampu mengerek citra daerah sebagai tujuan wisata hingga kini. "Memang sejak awal kami memiliki prinsip, bagaimana menjadikan dodol ini agar menjadi kebanggaan masyarakat, kami enggak muluk-muluk," ujar dia dengan ramah.

Ato mengenang, berdasarkan cerita orangtua, produk dodol Garut pertama kali diproduksi sekitar tahun 1920-an saat masa kolonial Belanda. Saat itu, beberapa warga sudah mulai memproduksi dodol untuk skala rumahan.

"Karena memang bahan dasarnya banyak dan melimpah di Garut," kata dia.

Namun, seiring berjalanya waktu, tepatnya setelah Indonesia merdeka tahun 1945, menjelang berakhirnya dekade 1940-an, beberapa perusahaan dodol lokal, mulai muncul ke permukaan, sebut saja toko dodol Khadijah, Jamilah, Halimah, hingga Fatimah.

"Biasanya nama toko itu diambil dari nama istri pemiliknya atau anak kesayangan," ujar dia sambil tersenyum.

Khusus dua nama terakhir, ujar dia, merupakan toko dodol milik keluarganya. Bedanya, jika Halimah dijalankan Iton Damiri, yang merupakan pamannya, sementara toko Fatimah, langsung dijalankan Aam Mawardi, yang tak lain ayah kandungnya.

"Awalnya Halimah dulu yang berdiri tahun 1947, kemudian Fatimah keduanya berada di sekitar Garut Kota," dia mengenang.

Tidak ada persaingan sengit kedua toko milik kakak-beradik itu, tetapi cara membidik segmentasi pasar mulai berubah di antara keduanya.

"Jika Halimah untuk lokal Garut, nah ayah yang menjalankan Fatimah mulai berpikir, bagaimana kalau dodol jangan hanya jago kandang, tetapi sukses juga ke luar," ujarnya menerangkan kedua toko yang kelak menjadi cikal bakal dodol Picnic hinga kini.

Akhirnya mulai awal 1950-an, kota Bandung yang terbilang dekat dengan wilayah Garut, dipilih menjadi kota pertama, untuk memasarkan produk dodol Garut yang mulai melakukan ekspansi tersebut.

"Kebetulan di jalan Pasir Koja Bandung, ada toko grosir kelontongan besar bernama 'Picnic', sangat terkenal yang menjual barang-barang logistik impor seperti cokelat, susu, keju untuk kalangan ekspatriat dan kaum bangsawan lokal," kata dia.

Dari situlah Aam mulai memberanikan diri menawarkan produk dodol, agar masuk di toko kelontongan terkenal saat itu. "Itu mungkin sebuah tantangan bagi Ayah, bagaimana bisa tembus ke sana," kata dia.

 

Inovasi Kemasan dan Produk

Beberapa inovasi pengemasan dodol Picnic Garut
Beberapa inovasi pengemasan dodol Picnic Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Ato mengakui, perjuangan menembus toko Picnic bukanlah perkara mudah. Selain produk berkualitas yang terbilang mewah, pengemasannya juga sudah terlihat modern pada zamannya. "Bapak tak abis akal dan menawarkan diri agar dodol masuk dengan nama Picnic," kata dia.

Namun, hal itu merupakan cambuk yang harus dilalui Aam dalam membesarkan Picnic saat itu. Meskipun informasi, teknologi, bahkan jejaring sosial belum secanggih saat ini, tetapi dodol Picnic sudah memulai teknik pemasaran agar pasarnya meluas.

"Saat itu bapak sudah berpikir bagaimana agar kemasan dodol menarik seperti sekarang ini," kata dia menunjuk kemasan dodol dalam versi mini layaknya produk permen.

Akhirnya, Aam mengubah total pengemasannya. Dodol yang awalnya hanya dibungkus dengan kemasan sederhana dari kertas telur, berangsur membaik dengan sentuhan teknologi terbaru saat itu. "Semuanya dilakukan seorang diri, sebab memang jaringan Bapak belum luas," kata dia memuji dengan bangga.

Gayung pun bersambut, sang pemilik toko kepunyaan China itu, akhirnya mengizinkan jika nama toko miliknya, digunakan sebagai merk dodol asal Garut tersebut. "Kita bersyukur langsung laku dan mereka terus meminta, kalau sekarang istilahnya franchise lah," ujarnya.

Untuk menghindari jiplakan pihak lain, mulai tahun 1957 nama merek itu langsung dipatenkan menjadi merek tersendiri. "Pihak toko Picnic tidak mempersoalkan, justu malah mendukung dan berharap kami terus maju," kata dia.

Ato mengakui kedua sosok paman dan ayah itu, memiliki jasa penting dalam perjalanan dodol Picnic, hingga berkembang pesat seperti ini.

"Sebenarnya ayah saya yang awalnya berguru ke Pak Haji Iton, namun setelah menikah dengan Ibu, meminta ingin mandiri dan langsung didukung," kata dia, tanpa segan membocorkan sedikit rahasia awal mula kedua kakak-beradik itu berkolaborasi.

Meskipun berbeda dalam hal keseharian, tetapi semangat dan idealisme keduanya, dalam memajukan dodol Picnic sangat berpengaruh. "Istilahnya kalau Pak Haji Iton low profile tidak mau dikenal, nah ayah saya sebaliknya senang berinovasi," kata dia.

Puncaknya, pada beberapa kesempatan, dodol Picnic pernah menjadi penganan oleh-oleh penumpang di pesawat Garuda, untuk melayani perjalanan ibadah haji jemaah Indonesia ke tanah suci Makkah. "Kalau ekspor ke luar negeri sejak tahun 1970 juga sudah dimulai," kata dia.  

Saat ini, produk dodol yang awalnya hanya tiga varian rasa, sudah berubah menjadi belasan rasa, dengan kemasan yang cukup ciamik dan menarik. "Saya ingin agar dodol itu jangan hanya di Garut tetapi di kota lain yang punya potensi lokal melimpah," kata dia.

Dedikasi untuk Negeri

Ato Hermanto, tengah berpose di depan pabrik dodol Picnic di jalan Pasundan, Garut
Ato Hermanto, tengah berpose di depan pabrik dodol Picnic di jalan Pasundan, Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Ato menyatakan, seiring terus berkembangnya perusahaan, dia tak segan untuk terus mengepakkan sayap usaha perusahaan menjadi lebih besar.

"Salah satunya ya kita mendukung pemerintah dalam berbagai hal. Saya sejak 1980-an hingga 2004 tidak pernah absen mensponsori kejuaraan olahraga nasional," ujarnya.

Memiliki darah yang hobi berolahraga dan traveling, memang memudahkan Ato untuk ikut berkecimpung di dunia olahraga secara nasional, beberapa jabatan penting di Komite Olahraga Nasional Indonesia atau KONI pun, pernah ia sandang hingga level provinsi Jawa Barat.

"Paling banyak memang di dunia balap sepeda, sebab memang itu hobi saja juga," ujar dia sambil berkelekar.

Ato mengakui, dukungan perusahaan dodol Picnic dalam kemajuan olahraga nasional bukan urusan untung semata, bahkan tak sedikit banyak dukungan yang diberikan, justru berakhir tragis.

"Jangan hitung untung dulu, justru kalau buat olahraga lebih banyak buntungnya," ujar dia bercanda.

Namun, dengan pola dukungan tanpa 'itungan' tersebut, justru merek dagang Picnic semakin dikenal masyarakat luas. "Mereka kan lihat Picnic-nya, biarkan saja kerugian tidak seberapa, tetapi omzet penjualan justru meningkat," kata dia bangga.

Tak sedikit beberapa atlet nasional seperti mantan pembalap sepeda nasional, Tonton Susanto pernah merasakan tangan dingin dirinya, untuk selanjutnya berkiprah di level dunia.

"Kebetulan dulu kan ada tour de Java hingga Pangandaran, nah kita sponsor utamanya," kata dia.

Selain pola dukungan melalui ajang olahraga, dedikasi lain adalah banyak warga sekitar Garut yang telah menjadi pegawainya. "Total ada 400 lebih pegawai tetap yang kami pekerjakan hingga kini," ujarnya.

Menurutnya, merekrut warga lokal untuk berkiprah di pabrik miliknya, merupakan perkara mulia yang harus dipertahankan perusahaan ke depan.

"Semua karyawan seolah seperti keluarga saya sendiri, lihat saja bagaimana dekatnya mereka dengan kami selaku direksi," ujarnya.

Dedikasi lainnya yang mulai ia berikan yakni untuk sektor pendidikan, kehadiran Taman Kanak (TK) Prima Insani menjadi salah satu contoh. Bahkan dalam perjalanan selanjutnya, keberadaan TK itu seolah magnet baru di dunia pendidikan usia dini di Garut, untuk menyekolahkan anaknya di sana. 

Mimpi Memajukan Pariwisata Garut

Potensi wisata alam terbuka Garut saat kejuaraan offroad beberapa waktu lalu
Potensi wisata alam terbuka Garut saat kejuaraan offroad beberapa waktu lalu (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Ato menambahkan, sebagian kawasan konservasi hutan negara, wilayah Garut memiliki potensi wisata yang cukup menjanjikan. Ragam wisata mulai darat, laut, hingga kuliner kota intan, cukup lengkap menjadi destinasi baru wisata nasional.

"Kami hadirkan Pujasega (Rumah Makan khas Sunda milik dodok Picnic) juga untuk menjawab keinginan pengunjung akan kenikmatan makanan khas Garut," ujarnya.

Menurutnya, kreasi dan terobosan yang dilakukan pemerintah Garut, sangat penting dalam memajukan sektor usaha Garut. "Namun tentu dukungan kalangan swasta seperti kami jelas tidak bisa dianggap enteng," ujar Ato, menerangkan pentingnya kolaborasi dengan pengusaha lokal.

Ia mencontohkan, kehadiran dodol Picnic sejak lama telah menjadi perekat bagi semua pengunjung dan tamu yang datang untuk mencicipi dodol ini. "Kami tetap berupaya bagaimana agar seluruh hidangan di ruang tamu itu, makanan pembukanya adalah dodol," ujar dia.

Kini searah perputaran zaman, perjalanan dodol Picnic Garut masih tetap eksis. Ragam rasa dan inovasi kemasan pun terus dilakukan perusahaan, agar mampu memanjakan konsumen yang datang.

Bahkan, dalam perjalan selanjutnya, meskipun kehadiran dodol lokal merek lain semakin menjamur, tetapi dodol 'Picnic' adalah pengecualian. Perusahaan dodol lawas nan legendaris bagi masyarakat Garut dan Indonesia itu, masih tetap eksis di usianya yang sudah memasuki tujuh dekade tersebut.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya