Berbagi Kebahagiaan Ramadan pada Hari Kenaikan Isa Almasih

Isa Almasih adalah sosok yang sama-sama dihormati oleh Islam dan Nasrani

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 02 Jun 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2019, 07:00 WIB
Komunitas Islam di Majenang, Cilacap, memberi ucapan selamat dalam peringatan Kenaikan Isa Almasih di Majenang, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Lesbumi/Muhamad Ridlo)
Komunitas Islam di Majenang, Cilacap, memberi ucapan selamat dalam peringatan Kenaikan Isa Almasih di Majenang, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Lesbumi/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Umat Islam meyakini, sepertiga akhir Ramadan adalah waktu-waktu yang paling banyak berkahnya. Bersamaan dengan itu, Kamis 30 Mei 2019, umat Nasrani memperingati hari Kenaikan Isa Al Masih.

Kelihatan sulit memang menghubungkan antara Ramadan dengan Kenaikan Isa Almasih secara langsung. Terkecuali, bahwa umat Islam dan Nasrani sama-sama berbahagia menyambut hari-hari besar dalam agamanya masing-masing.

Nah, itu lah yang terjadi di kota kecil sisi barat Kabupaten Cilacap, Majenang. Dua umat beda agama, Islam dan Nasrani berbagi kebahagiaan di hari Kenaikan Isa Almasih.

Kamis, 30 Mei 2019, sejumlah komunitas Muslim, yakni Gusdurian, Banser, Ansor dan Lesbumi Majenang bertandang ke Gereja Paroki Theresia, Majenang. Mereka turut berbahagia lantaran saudaranya tengah memperingati hari besarnya.

Sebenarnya, komunitas muslim di Majenang itu tak semata-mata memberikan ucapan selamat. Malam itu adalah hari pembubaran panitia sarasehan dan buka bersama kerukunan umat beragama yang dilaksanakan pada Selasa (28/5/2019).

Hanya saja waktu pembubaran kepanitiaan itu memang bersamaan dengan peringatan Kanaikan Isa Almasih. Kontan saja, pertemuan itu menjadi ajang saling mendoakan antar umat beragama.

“Kami datang bukan sewaktu peribadatan dalam Kenaikan Isa Almasih. Waktu kami tiba sebenarnya acara sudah selesai,” ucap Koordinator Gusdurian Majenang, Haji Murtadlo, Sabtu malam,1 Juni 2019.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kasih Isa Almasih

Komunitas Islam di Majenang, Cilacap, memberi ucapan selamat dalam peringatan Kenaikan Isa Almasih di Majenang, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Lesbumi/Muhamad Ridlo)
Komunitas Islam di Majenang, Cilacap, memberi ucapan selamat dalam peringatan Kenaikan Isa Almasih di Majenang, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Lesbumi/Muhamad Ridlo)

Bagi Murtadlo, kasih Isa Almasih atau dalam versi Islam berkah Nabi Isa tak semata milik umat Nasrani. Sebabnya, umat Muslim pun begitu memuliakan Nabi Isa.

Diyakini, Nabi Isa akan kembali pada akhir zaman. Ia bakal membimbing umat manusia pada hari-hari terakhir menjelang kiamat.

“Persoalan kemudian kepercayaan kita bahwa Nabi Isa adalah nabi dan bagi umat Nasrani Isa adalah Tuhan, itu persoalan beda. Tapi, Isa Almasih adalah sosok yang sama-sama dihormati oleh Islam dan Nasrani,” dia menjelaskan.

Dalam kesempatan itu, Murtadlo sempat berpidato di depan jemaat gereja. Ia dan rombongannya mengucapkan selamat kepada jemaat gereja yang tengah memperingati Kenaikan Isa Almasih.

Salah satu pesan yang selalu digaungkan adalah bahwa Indonesia berdasar Pancasila. Pancasila adalah bentuk kesepakatan para pendiri bangsa yang berasal dari berbagai golongan, suku, ras dan agama. Pancasila mengakomodir tiap kepentingan bangsa Indonesia.

Komunitas lintas agama hendak meneruskan tradisi Islam yang toleran dan perjuangan ulama, terutama Gus Dur yang memperjuangkan Islam inklusif atau Islam yang terbuka.

“Ini adalah warisan penduhulu kita. Para ulama, bahwa Islam adalah Rahmatan Lil ‘Alamiin (rahmat untuk semesta),” ujarnya.

 


Toleransi yang Dibangun Pendiri Negara

Komunitas Islam dan Nasrani berfoto bersama usai pembubaran panitia buka bersama kerukunan umat beragama yang bersamaan dengan hari peringatan Kenaikan Isa Almasih. (Foto: Liputan6.com/Lesbumi/Muhamad Ridlo)
Komunitas Islam dan Nasrani berfoto bersama usai pembubaran panitia buka bersama kerukunan umat beragama yang bersamaan dengan hari peringatan Kenaikan Isa Almasih. (Foto: Liputan6.com/Lesbumi/Muhamad Ridlo)

Menurut dia, para pendiri negara juga telah menyepakati dasar negara bukan berdasar agama, melainkan berazaskan agama. Pancasila dan UUD 1945, menurut dia adalah wujud kesepekatan antar umat beragama bahwa Indonesia didirikan untuk seluruh penganut agama, suku dan budaya berbeda.

“Kesepakatan itu dalam bentuk pancasila, agar kita tidak saling berkelahi. Ini sama artinya dengan kita saling menghormati. Bentuk dari negara ini, yang kemudian disepakati sebagai dasar negara, Pancasila dan UUD 1945,” dia menjelaskan.

Dia pun meminta agar seluruh umat beragama di tanah air saling menghormati dan menghargai. Lebih dari itu, sebagai sesama bangsa Indonesia, antar umat beragama harus saling melindungi. Dengan begitu, kerukunan akan terus terjalin di masa mendatang.

Ia melihat kerukunan antar umat beragama di Majenang masih sangat baik. Itu tak lepas dari upaya para ulama sepuh Majenang yang begitu menjaga kedamaian, kerukunan dan toleransi antar umat beragama di kota kecil ini.

Salah satunya yakni lewat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Lewat organisasi ini, para ulama dan pemuka agama menjalin komunikasi dan meneguhkan kerukunan lewat kegiatan-kegiatan positif.

“Kita melakukan apa yang dicontohkan oleh para ulama. Bagaimana menjaga kerukunan dan toleransi,” ucapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya