Liputan6.com, Cirebon - Melalui mekanisme sidang Isbat, pemerintah menetapkan hari raya Idulfitri jatuh pada Rabu, 5 Mei 2019. Namun, sebagian umat muslim di Indonesia merayakan Idulfitri terlebih dahulu.
Seperti yang dilakukan sebagian warga Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Ratusan umat muslim di Majalengka melaksanakan salat Idulfitri yang digelar oleh Jamaah Ukhuwah Islamiyyah di Masjid Taqiyyudin, Kutamanggu, Majalengka Selasa, 4 Juni 2019.
Advertisement
Baca Juga
Mereka merayakan Lebaran lebih awal karena mengikuti patokan Rukyat secara global. Jika di sejumlah negara muslim telah terlihat hilal maka berlaku untuk negara muslim lain.
"Iya kami lebaran lebih dulu karena tidak mengikuti rukyat lokal disini," kata ketua panitia Salat Idulfitri Jamaah Ukhuwah Islamiyah Majalengka Amas.
Amas menjelaskan, penetapan Salat Ied lebih awal karena penentuan bulan Qomariyah berdasarkan Rukyat Hilalbi'ain. Atau dengan kata lain rukyat hilal dengan mata.
Oleh karena itu, jika ada satu negeri melihat hilal maka berlaku untuk semua kaum muslim di seluruh dunia. Dia menyatakan, penetapan Idulfitri dengan metode rukyat hilal tersebut tidak ada yang berbeda.
"Tidak ada bedanya juga antara penduduk hijaz dengan di Syam," ujar dia.
Amas mengatakan, perbedaan bulan Qomariah dianggap persoalan yang kompleks untuk dibahas. Seperti persoalan ilmu fiqih antara rukyat global dan lokal.
Selain itu, persoalan astronomi serta penentuan orang yang berhak memutusan kapan awal dan akhir ramadan. Usai mengikuti Salat Id, Jamaah Ukhuwah Islamiyah Majalengka saling bersalaman.
Â
Khotbah
Sementara itu, Khotbah Idulfitri pun disampaikan Kh Aa Facrurrazi. Dia menjelaskan, buah dari umat muslim menjalankan ibadah puasa yakni takwa.
"Hakikat takwa mengutip penjelasan Sayidina Ali RA adalah takut kepada zat yang maha agung," jelas dia.
Oleh karena itu, umat muslim diwajibkan untuk melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah. Perintah tersebut untuk bekal umat muslim di hari akhir salah satunya dengan berpuasa.
Dia juga mengatkan, di hari Idulfitri identik dengan hari kemenangan. Umat muslim yang berhasil menjalankan ibadah puasa sebulan penuh akan merasakan kemenangan.
"Menang melawan hawa nafsu melawan setan melawan setiap kecenderungan dan perilaku menyimpang dan lainnya termasuk keadilan," kata dia.
Menang melawan hawa nafsu. Menang melawan syetan. Menang melawan setiap kecendurangan dan perilaku penyimpang.Menang melawan keadilan. Bahkan menang melawan gembong kekufuran.
"Hari raya yang penuh dengan kemenangan semacam ini yang sepantasnya dirayakan" kata dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:Â
Advertisement