Pohon Pucung, Penyelamat Warga Banyumas dari Kekeringan

Warga menanam seribuan lebih pohon Pucung untuk menyelamatkan mata air. Pohon Pucung diyakini mampu menyimpan air tanah dalam jumlah besar

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 23 Jun 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2019, 11:00 WIB
Ilustrasi – Ritual pengambilan air di mata air atau Tuk Sikopyah, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, dalam Festival Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Pemkab PBG/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Ritual pengambilan air di mata air atau Tuk Sikopyah, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, dalam Festival Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Pemkab PBG/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Sungai mulai mengering seturut tibanya musim kemarau panjang. Mata air di jantung hutan sekalipun berkurang debit airnya. Pun dengan sumur-sumur warga yang nyaris kandas hingga dasarnya.

Bencana kekeringan dan krisis air bersih mulai melanda Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Pada akhir dasarian kedua Juni 2019, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mengirimkan bantuan air bersih ke enam desa.

Enam desa tersebut meliputi Desa Nusadadi, Kecamatan Sumpiuh, Karanganyar, Kecamatan Patikraja, Kediri Kecamatan Karanglewas, Banjarparakan Kecamatan Rawalo, Srowot Kecamatan Kalibagor, dan Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang.

Kepala BPBD Banyumas, Airono Purwanto mengatakan tahun ini, BPBD Banyumas mempersiapkan 1.000 tangki air bersih untuk bantuan darurat krisis air bersih pada kemarau 2019 yang diperkirakan lebih panjang. Pasalnya, kemarau 2019 tiba lebih cepat dari biasanya.

Diperkirakan permintaan bantuan air bersih akan semakin tinggi pada Juli dan mencapai puncaknya pada September dan Oktober 2019 mendatang. Menilik data 2018, desa yang mengalami krisis air bersih mencapai 60 desa di 18 kecamatan.

Namun, ada kemungkinan jumlah desa yang mengalami krisis air bersih bertambah pada 2019 karena kemarau tiba pada Mei. Tahun-tahun sebelumnya, kemarau terjadi pada Juni.

“Ya itu kan baru estimasi. Karena kita tidak tahu perubahan lingkungan, perubahan iklim saat ini. Apalagi saat ini mungkin kemarau lebih panjang, kemungkinan lebih banyak desa mengalami krisis air bersih,” dia menjelaskan, Selasa, 18 Juni 2019.

Penyelamatan Mata Air

Ritual pengambilan air di mata air atau Tuk Sikopyah, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, dalam Festival Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Pemkab PBG/Muhamad Ridlo)
Ritual pengambilan air di mata air atau Tuk Sikopyah, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, dalam Festival Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Pemkab PBG/Muhamad Ridlo)

Selain menyediakan 1.000 tangki bantuan air bersih, BPBD juga menggandeng lembaga lain untuk turut membantu wilayah terdampak krisis air bersih. Pasalnya, jumlah yang diperlukan diprediksi bakal lebih banyak dari tahun 2018. Tahun 2018, jumlah bantuan air bersih yang terkirim ke 60 desa adalah 1.300 tangki lebih.

Untuk mengirimkan bantuan air bersih BPBD hanya mengandalkan tiga tangki uzur. Karenanya, ia meminta agarwarga di wilayah yang mengalami krisis air bersih menyediakan penampungan agar proses droping air bersih berjalan cepat. Dengan begitu, armada bisa menjangkau lebih banyak desa.

Airono mengakui, bantuan air bersih adalah penanganan darurat jangka pendek. Karenanya, BPBD dan warga Banyumas mulai mengubah paradigma penanganan dampak kekeringan dan krisis air bersih dengan konsep penanganan jangka panjang.

Salah satu yang dilakukan adalah dengan penyelamatan mata air yang memang sudah tersedia di alam. Tahun 2019 ini, warga, BPBD dan relawan kebencanaan telah melakukan dua kali penanaman pohon dalam skala besar untuk penyelamatan mata air.

"Di Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh dan di Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok," dia menjelaskan.

Penyelamatan mata air di kedua desa ini penting mengingat vitalnya mata air tersebut. Di dua desa ini, terdapat sejumlah mata air yang dimanfaatkan oleh warga di beberapa desa sekitarnya. Mata air harus dirawat dengan penanaman pohon agar menjaga area resapan.

Di Desa Banjarpanepen, warga menanam seribuan lebih pohon Pucung untuk menyelamatkan mata air. Pohon Pucung diyakini mampu menyimpan air tanah dalam jumlah besar.

Pohon Pucung

Ilustrasi - Penanaman pohon untuk reboisasi dan menyelamatkan mata air oleh warga, Tagana Banyumas dan ralawan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Penanaman pohon untuk reboisasi dan menyelamatkan mata air oleh warga, Tagana Banyumas dan ralawan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Secara turun temurun, ada pula keyakinan bahwa pohon Pucung bisa menjaga mata air. Apalagi, di perbukitan Banjarpanepen ada sejumlah mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih dan pengairan pertanian oleh warga di empat desa sekitarnya.

"Kita dengan masyarakat setempat menyelamatkan beberapa mata air, dengan menanam bibit pohon pucung, 1.400 batang. Kemudian dari Tagana di Kecamatan Cilongok, Sambirata, kita juga melakukan penananam pohon," ucap dia.

Airono mengemukakan, penanganan tanggap darurat kekeringan berupa pengiriman air bersih jika tak diimbangi dengan upaya penyelamatan mata air dan penghijauan akan sia-sia. Bisa dipastikan, wilayah yang mengalami krisis akan semakin bertambah dari tahun ke tahun.

Selain penyelamatan mata air, BPBD dan relawan kebencanaan juga intensif mensosialisasikan gerakan hemat air dan penyelamatan daerah resapan. Yakni, dengan menanam kayu keras di lahan-lahan pertanian warga yang hanya ditanami tanaman musiman.

Mata air Banjarpanepen juga menjadi sumber air penting untuk wilayah Banyumas timur. Dari salah satu mata air di desa ini, BPBD mengambil air bersih untuk droping bantuan air bersih di wilayah Banyumas timur.

"Sekarang kita tidak hanya di penanganan darurat saja atau penanganan kejadian bencananya saja, tapi penanganan sumber-sumber mata air juga kita lakukan. Jadi sumber mata air kita selamatkan," dia menegaskan.

Simak video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya