Ketika Petani Banyumas Kewalahan Hadapi Serangan Monyet Nakal

Monyet keramat juga sudah mulai menyerang tanaman yang jauh dari hutan Cikakak, Banyumas.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 01 Jul 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2019, 11:00 WIB
Sekawanan monyet di jalan sekitar Masjid Saka Tunggal, Cikakak, Wangon, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Sekawanan monyet di jalan sekitar Masjid Saka Tunggal, Cikakak, Wangon, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Konon ceritanya, pada satu masa, sekawanan santri di pinggiran hutan Desa Cikakak, Wangon, Banyumas, berbuat nakal. Oleh sang kiai, mereka dikutuk jadi monyet.

Legenda itu diceritakan turun-temurun hingga saat ini. Makanya, tak ada satu pun warga di Cikakak yang berani mengganggu monyet-monyet ini. Bahkan, monyet ini dikeramatkan.

Warga menganggap bahwa monyet-monyet ini bagian tak terpisahkan dari masyarakat Cikakak masa silam. Utamanya, yang tinggal di sekitar Masjid Saka Tunggal.

Lazim ditemui, sekawanan monyet keramat berlarian di jalan. Pada lain waktu, mereka memorakporandakan genteng warga, bikin ambrol kelapa muda, atau bahkan merusak tanaman di sekitar hutan.

Zaman berganti, masa pun berubah. Namun, monyet-monyet keramat ini tetap menghuni kawasan hutan Cikakak. Bahkan, bertambah hari, jumlahnya semakin banyak.

Lantaran makanan di alam semakin menipis, monyet menyerang tanaman warga. Belakangan, serangan kawanan monyet semakin meluas saja.

Seorang petani Desa Cikakak, Sulam mengatakan tiap tanaman petani di Desa Cikakak yang berdekatan dengan hutan praktis habis tidak tersisa. Monyet keramat juga sudah mulai menyerang tanaman yang jauh dari hutan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Petani Kewalahan Mengantisipasi Serangan Monyet

Rwanda Bojana, ritual budaya dan wisata yang dikembangkan untuk melindungi monyet liar di sekitar Desa Cikakak. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Rwanda Bojana, ritual budaya dan wisata yang dikembangkan untuk melindungi monyet liar di sekitar Desa Cikakak. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

"Pencegahannya paling diusir, kembali lagi, ya kalah, ya habis tanamannya paling," kata Sulam, yang juga Imam Masjid Saka Tunggal.

Serangan monyet dilaporkan sudah meluas ke desa-desa sekitar Cikakak, baik yang masuk di Kecamatan Wangon maupun Lumbir. Diduga, kawanan monyet yang sebelumnya hanya ada di sekitar Cikakak sudah membentuk koloni baru di wilayah lainnya.

"Sudah menyeberang ke daerah lain, Canduk, Jurangbahas, Cirahab itu juga sudah masuk. Wilayah utara timur, Sawangan, Windunegara, Wlahar, Jambu, juga masuk," dia mengungkapkan.

Tak ada tanaman pertanian yang luput dari serangan monyet. Saat kawanan monyet menyerang, hampir semua tanaman petani rusak.

"Seperti ubi, kacang, kelapa juga tidak berbuah. Apa saja lah bentuk-bentuk tanaman," ucapnya, beberapa waktu lalu.

Menurut Sulam, populasi monyet yang berada di sekitar hutan kompleks Masjid Saka Tunggal berjumlah sekitar 500 ekor. Namun, ia menyebut ada kawanan lain yang tinggal bukan di sekitar hutan Cikakak.

Karenanya, monyet bertambah ganas saja. Terlebih, saat ini adalah musim kemarau sehingga bahan makanan di hutan semakin menipis.

Sulam menuturkan, warga sudah mengusir kawanan monyet dengan berbagai cara. Namun, monyet tetap kembali menyerang dan merusak tanaman.

"Beberapa kali ada yang menemukan bangkai monyet di hutan. Mungkin diracun, atau berkelahi," dia mengungkapkan.

Pemerintah telah memberi jatah makanan untuk monyet berupa jagung pipilan. Namun, jumlahnya tak cukup sehingga monyet tetap menyerang lahan pertanian warga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya