4 Batik Klasik Simbol Kebijakan Luar Negeri RI

Motif-motif batik cocok dengan prioritas politik luar negeri Indonesia.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 02 Agu 2019, 05:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2019, 05:00 WIB
Batik Perdamaian
Presiden Jokowi dan ibu negara turut membatik di kain 74 meter (Foto: Setpres)

Liputan6.com, Jakarta - Motif batik-batik nusantara bukan sekadar hiasan. Motif batik mengandung nilai-nilai luhur perancangnya. Filosofi batik juga menjiwai sendi-sendi kehidupan bernegara.

Pada salah satu sektor, empat prioritas kebijakan luar negeri Republik Indonesia bisa disimbolkan dengan motif batik, yang sering dipakai oleh para diplomat.

"Ternyata motif-motif batik bisa kita cocokkan dengan prioritas politik luar negeri Indonesia," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada awal 2019 lalu di sela-sela "Pameran Capaian 4 Tahun Politik Luar Negeri RI" di Jakarta, dilansir Antara.

Prioritas pertama yakni menjaga kedaulatan NKRI disimbolkan dengan motif parang. Motif dasar yang paling tua dari Jawa ini melambangkan usaha yang tidak pernah lelah, ibarat ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak.

Prioritas kedua adalah meningkatkan perlindungan WNI, dapat dilihat dari motif truntum yang melambangkan perhatian. Diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana yang merupakan permaisuri Sunan Paku Buwana III, truntum memiliki makna cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa tumbuh berkembang.

Sementara prioritas ketiga yakni meningkatkan diplomasi ekonomi dapat dilambangkan dengan motif sidomukti yang menyimbolkan pengharapan dan doa.

Sido berasal dari bahasa Jawa yang berarti benar-benar terjadi atau terkabul keinginannya, sedangkan "mukti" bermakna kebahagiaan, berkuasa, disegani, dan tidak kekurangan sesuatu.

Prioritas keempat yaitu peran aktif Indonesia untuk kawasan dan dunia digambarkan oleh motif sekar jagad, yang melambangkan ungkapan cinta dan perdamaian. Inti dari makna yang disampaikan corak sekar jagad adalah keanekaragaman, baik yang terdapat di Indonesia maupun dunia.

Ke depannya, menurut Menlu, bukan tidak mungkin kain tradisional dari daerah lain akan diangkat juga.

"Kami akan dalami dulu satu per satu filosofinya. Kalau batik, kan dalam pembuatannya ada filosofi di baliknya. Setelah kami riset ternyata pas dengan empat prioritas politik luar negeri RI," ungkap Retno.

 

Batik Garuda Nusantara

Presiden Jokowi dan ibu negara turut membatik di kain 74 meter (Foto: Dok Satpres)
Presiden Jokowi dan ibu negara turut membatik di kain 74 meter (Foto: Dok Satpres)

Pada Kamis pagi Agustus 2019, Presiden Joko Widodo bersama dengan Ibu Negara Iriana membatik motif "Garuda Nusantara" sebagai dalam perayaan rangkaian peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-74.

"Ini memasuki bulan kemerdekaan, bulan Agustus. Di pagi hari ini 1 Agustus 2019 ini kita memulai untuk membatik sepanjang 74 meter yang sesuai dengan dirgahayu kemerdekaan kita yang ke-74," kata Presiden Joko Widodo di stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta.

Presiden Joko Widodo ditemani Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno staf khusus Presiden Sukardi Rinakit dan pejabat terkait lainnya.

Presiden dan rombongan tiba di stasiun MRT Bunderan HI sekitar pukul 08.42. Di stasiun tersebut telah berjejer 74 orang perajin batik yang sedang mengerjakan batik sepanjang 74 meter dengan berbagai motif dari seluruh Indonesia.

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara juga sempat menggoreskan batik dengan motif "Gurdo" alias "Garuda Nusantara" yang merupakan representasi Garuda Pancasila, dasar NKRI.

"Kita berharap warisan pusaka batik nusantara ini yang sudah tercatat di UNESCO bisa menjadi sebuah 'brand' Indonesia di kancah internasional," kata Presiden.

Presiden juga berharap ada regenerasi para pembatik di Indonesia.

"Kita harapkan juga regenerasi pembatik-pembatik, dari angkatan dewasa, ke angkatan remaja, ke angkatan anak-anak, semua teregenerasi dengan baik sehingga kita harapkan batik semakin bisa dikembangkan sebagai sebuah 'brand' Indonesia," tambah Presiden.

Ia mengaku saat membatik tidak mengalami kesulitan namun mengakui bahwa membantik perlu ketenangan.

"Ya biasa lah. Tapi kalau hanya lima menit suruh membatik bagus bagaimana? Membatik itu harus sabar, pikirannya dingin, 'menep', pelan-pelan, dihayati, dinikmati, bukan dilihat orang banyak kayak gitu," ungkap Presiden sambil menunjuk wartawan.

Presiden juga menilai Ibu Negara Iriana Joko Widodo lebih luwes dalam membatik. "Ya lebih luwes (Ibu) benar, putri pasti lebih luwes dari laki-laki. Garuda nusantara, 'gurdo', 'gurdo' itu garuda, garuda nusantara," kata Presiden.

 

Batik Perdamaian

Ilustrasi Batik Perdamaian
Ilustrasi Batik Perdamaian (Foto: Yayasan Tjanting Batik Nusantara)

Yayasan Tjanting Batik Nusantara intensif mempersiapkan pembuatan Batik Perdamaian Dunia. Program ini diniatkan sebagai kontribusi Indonesia bagi perdamaian dunia melalui bahasa batik yang bertepatan dengan 10 tahun batik menjadi warisan budaya tak benda UNESCO dan kehadiran Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada 2019 ini.

Ketua Yayasan Tjanting Batik Nusantara Bonny Widjoseno menjelaskan tahun ini ada dua momen besar berskala internasional terkait Batik Perdamaian Dunia, yakni peringatan 10 tahun batik sebagai warisan budaya tak benda UNESCO dan peran Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Batik Perdamaian Dunia dirancang dalam 74 meter kain, melambangkan 74 tahun kemerdekaan Indonesia, yang diisi dengan motif bermakna perdamaian, persahabatan, kemanusiaan, keberagaman, dan nilai-nilai luhur lainnya. Pada peringatan Hari Batik tanggal 2 Oktober 2019 diharapkan dapat dipresentasikan video mapping proses pembuatan Batik Perdamaian Dunia di Ground Zero, New York.

Batik Perdamaian Dunia memang bukan sebatas seremonial peringatan, tetapi merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia sangat menghargai nilai-nilai luhur termasuk yang termaktub dalam batik. Untuk itu, Batik Perdamaian Dunia juga memiliki pesan bahwa pelestarian batik tidak akan terjadi bila tidak ada pelestarian hulu batik secara berkelanjutan.

"Pembuat canting, regenerasi pembatik, dan pelaku-pelaku hulu batik lainnya, selama ini kurang memperoleh perhatian," kata Bonny. "Kehadiran negara dalam pelestarian hulu batik, sangat penting," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya