Liputan6.com, Palembang - Pot-pot hitam yang ditumbuhi tanaman subur, berjejer rapi di bawah rerimbunan pohon rindang. Deretan tanaman ini menjadi pemandangan menyegarkan di halaman Pondok Herbal, di Desa Gajah Mati, Kecamatan Babat Supat, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel).
Berbagai jenis tanaman obat keluarga (toga) tumbuh segar dan terawat, meskipun beberapa jenis lainnya mengalami kekeringan di musim kemarau.
Bukan hanya sekedar penghias halaman rumah, puluhan tanaman ini, memberikan harapan hidup lebih baik bagi warga Desa Gajah Mati.
Advertisement
Pondok Herbal Kelompok Toga Kenaga yang merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari SKK Migas Wilayah Sumbagsel dan PT Medco E&P Indo – Rimau Aset ini, berperan penting dalam mengubah pola hidup warga sekitar.
Baca Juga
Kepala Desa Gajah Mati Suryana mengatakan, program ini sangat membantu masyarakat sekitar untuk mengetahui lebih banyak tentang pengobatan herbal, yang menjadi alternatif menyembuhkan berbagai penyakit.
"Kelompok Toga Kenanga sudah mandiri dengan mengembangkan produk olahan sejak tahun 2012. Banyak warga yang awalnya ketergantungan obat-obatan kimia, jadi beralih ke obat herbal yang lebih menyehatkan. Program ini mengubah mindset warga kami jadi hidup lebih sehat," ujarnya dalam acara Field Trip SKK Migas Wilayah Sumbagsel, Minggu (6/10/2019).
Awalnya para warganya di Kabupaten Musi Banyuasin Sumsel ini, tidak mengetahui banyak tanaman obat, yang hidup di hutan desa dan pekarangan rumah. Setelah mendapat bimbingan dari pembina Medco E&P, warganya langsung mengembangkan potensi toga ini untuk menjaga kesehatan dengan cara lebih ekonomis.
Bahkan, program ini turut membantu perekonomian anggota Kelompok Toga Kenanga. Dengan memproduksi dan menjual obat herbal, warganya yang biasanya hanya bertani dan menyadap karet, bisa mendapatkan penghasilan lebih.
"Ada beberapa warga kami yang menderita sakit parah dan merasa putus asa dengan penyakitnya. Setelah tahu apa khasiat dari toga ini, banyak yang sudah sembuh dengan obat-obatan herbal, tanpa takut ada efek samping seperti konsumsi obat-obatan kimia," katanya.
Para anggota kelompok yang sudah terlatih, bisa mengetahui jenis tanaman apa untuk mengobati berbagai penyakit, seperti diabetes, kanker, tumor, darah tinggi, kerusakan ginjal hingga menyuburkan rahim.
Menurut Yeni Lusmita, Koordinator Koperasi Wanita Herbal Bersatu Kabupaten Musi Banyuasin Sumsel, kegiatan ini bisa membantu perekonomian warga, terutama yang hanya mampu mengenyam pendidikan tingkat dasar.
"Kami sangat terbantu dengan program ini, bahkan semakin mengedukasi warga untuk bisa lebih tahu bagaimana cara mengobati berbagai penyakit ringan hingga berat. Tanpa harus cemas dengan biaya pengobatannya," ucapnya.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Sembuhkan Kanker Payudara
Ada 18 jenis tanaman obat yang sudah dibudidayakan, seperti Keladi Tikus, Batu Cina, Sirih Merah, Stevia, Kecubung, Kayu Secang, Temu Lawak, Kunir Putih dan lainnya.
Harapan hidup lebih baik dirasakan Usbayati (47), warga Desa Gajah Mati, yang juga anggota Kelompok Toga Kenanga.
Dirinya hampir putus asa mengurus anaknya Sini Susanti (20), yang didiagnosa mengidap penyakit kanker payudara. Apalagi tim medis menyarankan agar anaknya melakukan operasi pengangkatan sel kanker.
"Saya takut anak saya dioperasi, karena banyak operasi pengangkatan kanker payudara yang gagal. Jadi saya coba pakai obat herbal, seperti Keladi Tikus, Kunir Putih, Binahong, Sirih Merah dan minyak VCO," katanya.
Setelah rutin mengkonsumsi dan membalur racikan tanaman obat tersebut, anaknya akhirnya terbebas dari penyakit mematikan tersebut. Bahkan sudah tiga bulan ini, kondisi kesehatan anaknya semakin membaik.
Program Toga Kenanga ini juga membantu salah satu warga Desa Gajah Mati, yang kesulitan untuk mendapatkan keturunan.
Dengan rutin mengkonsumsi racikan tanaman Batu Cina, akhirnya warga tersebut mendapatkan anak setelah tiga tahun menikah.
"Ada juga warga kami yang sakit diabetes dan TBC parah. Setelah rutin meminum racikan obat herbal, kondisinya berangsur sehat. Kami merasa terbantu dengan program ini. Kalau dulu, kami tidak tahu apa saja manfaat tanaman obat yang banyak tumbuh di pekarangan rumah," ucapnya.
Advertisement
Bantu Pecandu Narkoba
Teknisi Program CSR PT Medco E&P Indo – Rimau Aset Hendri Prayana, merasakan banyak perubahan pola hidup, setelah program ini masuk ke Desa Gajah Mati Kabupaten Musi Banyuasin Sumsel.
Meskipun di awal pembinaan, banyak warga yang enggan turut serta dan ragu dengan khasiat toga, namun sekarang para warga Desa Gajah Mati merasa bersyukur dengan pembinaan toga ini.
"Kita mengedukasi para warga untuk lebih tahu ragam tanaman obat yang banyak khasiatnya. Bahkan dari Kelompok Toga Kenanga ini, banyak warga yang sakit dan kecanduan narkoba, bisa terobati," ujarnya.
Salah satu penanganan yaitu lima orang warga yang kecanduan narkoba akut, yang berdampak pada penurunan kesehatan, stres dan linglung.
Kelompok Toga Kenanga yang merupakan binaan PT Medco E&P Indo – Rimau Aset ini, memberi terapi obat herbal ke pecandu narkoba, menggunakan racikan tanaman Keladi Tikus yang sudah diproduksi dalam bentuk kapsul.
Setelah dibantu dengan terapi obat herbal selama tiga bulan terakhir, ada peningkatan daya ingat dan bisa terbebas dari kecanduan narkoba.
"Selain memberikan pelatihan, kami juga menyumbangkan alat produksi, seperti blender, cangkang kapsul dan oven. Produk herbalnya juga sudah banyak dipasarkan dan menambah income mereka, meskipun saat ini promosinya masih dari mulut ke mulut saja," katanya.
Mitra KKKS SKK Migas
Saat ini, mereka sedang mempelajari budidaya tanaman Stevia. Tanaman berdaun hijau ini, bisa digunakan sebagai pengganti gula pasir untuk penderita diabetes.
Selain kadar glukosa dalam tanaman Stevia ini tinggi, mengkonsumsi olahan toga ini juga diyakini tidak menimbulkan efek samping. Namun mereka masih mempelajari cara budidaya, pengembangan dan produksinya.
"Kita masih mempelajari dulu bagaimana mendapatkan saripati tanaman Stevia ini, apalagi budidayanya yang penting. Karena tanaman ini masih terbatas hidup di Desa Gajah Mati," ujarnya.
Diungkapkan Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumbagsel Adiyanto Agus Handoyo, mereka tidak hanya berkutat di sektor pertambangan migas saja, tapi juga pengembangan potensi daerah dan pembinaan warga. Terutama usaha Hulu Migas di daerah penghasil Migas oleh Kontraktor Kelompok Kerja Sama (KKKS).
"Ada sekitar 20 KKKS yang bermitra dengan Unit Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk pembinaan dan pengembangan warga sekitar. KKKS akan melihat apa yang menjadi keunggulan di desa mitranya, seperti di Desa Gajah Mati ini potensinya yaitu tanaman obat keluarga," ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement