Liputan6.com, Denpasar - Puluhan penumpang maskapai penerbangan JetStar JQ-36 tujuan Melbourne, Australia, diturunkan paksa. Insiden itu terjadi pada pada Minggu malam, 3 November 2019. Insiden itu disebut-sebut berbau SARA.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Liputan6.com, sejumlah penumpang diturunkan dari pesawat dikaitkan dengan isu agama tertentu. Isu itu dibantah.
Communication and Legal Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim menjelaskan, diturunkannya sejumlah penumpang dari pesawat tersebut murni karena alasan keamanan dan keselamatan penerbangan yang melibatkan penumpang (unruly passenger), serta tidak ada kaitannya dengan isu SARA.
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, ada 21 orang penumpang yang diturunkan dari maskapai pada insiden itu. Awalnya, dua orang penumpang tak mau mengenakan sabuk pengaman saat pesawat lepas landas. Setelah ditegur oleh pramugari, dua orang penumpang yang terbang bersama 19 orang temannya itu tak mau juga menurut. Pilot akhirnya memutuskan kembali ke landasan Bandara Ngurah Rai untuk menurunkan kedua orang tersebut.
"Istilahnya, penumpang ini adalah unruly passenger. Penumpang yang tidak mengindahkan instruksi keselamatan berpotensi membahayakan diri sendiri, penumpang lain, serta penerbangan itu sendiri," kata Arie, Rabu (13/11/2019). Begitu kedua orang itu diturunkan paksa, teman-temannya protes. Mereka akhirnya ikut diturunkan juga.
"Jadi penurunan penumpang itu tak ada kaitannya dengan isu SARA yang melibatkan agama tertentu. Ini murni soal keamanan penerbangan. Insiden ini sesungguhnya sudah selesai di Australia. Tapi di Indonesia kami perlu mengklarifikasi karena berkembang isu yang tak sesuai fakta," tutur dia.
Arie menjelaskan kronologi insiden yang membuat pesawat harus kembali ke landasan Bandara Ngurah Rai sesaat setelah take off. Pesawat JetStar dengan nomor penerbangan JQ-36 yang sedang melakukan pushback di area apron menuju taxiway untuk segera lepas landas.
Dalam situasi ini, demi keselamatan dan keamanan penerbangan, seluruh penumpang dan awak kabin pesawat diharuskan untuk duduk di kursi masing-masing dengan mengencangkan sabuk pengaman.
"Namun, terdapat dua penumpang yang tidak mengindahkan instruksi dari awak kabin untuk duduk dan mengencangkan sabuk pengaman," kata Arie.
Awalnya, seorang penumpang mengeluhkan fasilitas layar monitor (in-flight entertainment) di depan kursinya yang tidak menyala kepada awak kabin. Awak kabin kemudian mengatakan akan menindaklanjuti setelah pesawat mengudara, serta saat lampu tanda sabuk pengaman telah dipadamkan.
Penumpang yang bersangkutan tetap bersikeras untuk tetap berdiri serta tidak mengindahkan instruksi awak kabin pesawat.
"Setelah peringatan tidak diindahkan oleh penumpang yang bersangkutan, awak kabin kemudian melaporkan insiden ini kepada pilot. Pilot kemudian memutuskan untuk kembali ke parking stand nomor 25 Bandara Ngurah Rai dan selanjutnya kedua penumpang ini diturunkan dari pesawat karena tidak mengindahkan instruksi keselamatan penerbangan dari awak kabin," ujar Arie.
Diprotes Rekannya
Selama proses penurunan kedua penumpang tersebut, sebanyak 19 penumpang lain yang merupakan satu rombongan dengan kedua penumpang tersebut turut serta melakukan protes kepada awak kabin, sehingga pilot memutuskan untuk menurunkan 19 penumpang lain yang melakukan protes tersebut.
"Setelah kejadian tersebut, pilot memutuskan untuk kembali ke parking stand untuk meminta bantuan kepada personel Aviation Security bandar udara. Namun, pada saat kedua penumpang tersebut dalam proses penurunan, 19 penumpang lain turut melakukan protes, sehingga turut serta diturunkan dari pesawat. Dalam penerbangan, keamanan dan keselamatan adalah hal paling utama. Namun demikian, kejadian ini tidak mengganggu operasional penerbangan dan operasional bandar udara secara umum,” lanjut Arie.
Sejumlah penumpang yang terpaksa diturunkan dari penerbangan JQ-36 tersebut akhirnya diberangkatkan kembali ke Melbourne pada Senin Senin malam (4/11/2019).
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement