Gaji Tak Seberapa Dianiaya Wali Murid, Begini Potret Nestapa Guru Honorer di Aceh

Lima hari menjelang Hari Guru Nasional (HGN) 2019, Rahmah yang telah mengabdi belasan tahun menjadi guru honorer dianiaya wali murid. Simak kisahnya.

oleh Rino Abonita diperbarui 26 Nov 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2019, 15:00 WIB
Ilustrasi (Liputan6.com/Rino Abonita)
Ilustrasi (Liputan6.com/Rino Abonita)

Liputan6.com, Aceh - Sudah hononer dianiaya pula. Dua hal tersebut terjadi pada Rahmah (35), guru SDN Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh.

Guru yang telah mengabdi selama belasan tahun itu dianiaya salah satu wali murid pada Rabu (20/11/2019). Tepatnya, lima hari menjelang peringatan Hari Guru Nasional (HGN).

Rahmah baru mengambil daftar absen yang tertinggal di rumah saat dicegat di depan pagar sekolah. Sesaat bercakap-cakap, wali murid tersebut tiba-tiba menyerang Rahmah secara membabi buta.

Pengakuan Rahmah, ia dianiaya di muka umum, di mana tak satu pun orang melerai. Pelaku menampar, menjambak, dan mencubit, sehingga korban mengalami memar dan luka cubitan di bagian kepala.

Rahmah syok, memilih tak mengajar selama beberapa saat karena merasa diteror. Kalau pun ke sekolah, ia harus ditemani, takut-takut wali murid tersebut kembali datang dan menyerang.

"Tiga kali saya ditampar, ada dicubit juga," ujar Rahmah kepada Liputan6.com, Selasa (26/11/2019).

Penganiayaan itu berawal perkelahian sesama murid pada Oktober di ruang mana Rahmah jadi wali kelas. Kendati masalah telah selesai, salah satu wali murid tidak terima.

Sepekan usai kejadian, wali murid sempat menyambangi ruang kelas saat belajar mengajar sedang berlangsung. Di situ ia mencak-mencak, menuding Rahmah telah abai sebagai guru.

Ia tak senang anaknya yang disebut-sebut sebagai anak disiplin bisa berkelahi di dalam pengawasan sekolah —usut punya usut, yang memulai perkelahian ialah anak yang bersangkutan. Status guru honorer Rahmah pun ikut disinggung-singgung.

Masalah ini larut tanpa penyelesaian karena wali murid tetap tidak mau menunjukkan iktikad untuk menyelesaikannya dengan baik-baik. Upaya mencari titik temu pun sampai-sampai melibatkan muspika setempat namun wali murid tetap kukuh.

"Orangnya memang enggak mau juga," imbuh Rahmah.

Hingga Senin (25/11/2019), tercatat dua kali Rahmah mendatangi kantor kepolisian sejak melapor satu hari usai kejadian. Kali ini, Rahmah pula yang kukuh ingin memberi efek jera kepada pelaku.

"Kami bukan tidak mau damai," ucapnya.

 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Bingkisan di Hari Guru

Viralnya kasus yang menimpa Rahmah membuat berang banyak orang. Tidak sedikit yang menyentil betapa gaji guru abdi yang mengajar selama 14 tahun itu tak sebanding dengan jerihnya.

Rahmah mengabdi di SDN Jambi Baru sejak 2005 hingga 2016, dan terdaftar sebagai guru honorer pada 2017. Ia tak berpeluang jadi PNS via jalur umum lantaran usia.

"Kami sangat menyesalkannya. Seharusnya tidak mesti terjadi," ujar Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Rachmat Fitri dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com.

Sementara itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Subulussalam memutuskan memberi bingkisan 'spesial' kepada Rahmah. Bingkisan itu diberikan pada peringatan HGN, Senin kemarin.

"Kita memberikan sedikit penghargaan di hari guru," kata Kadisdikbud Kota Subulussalam, Sairun, kepada Liputan6.com.

Rahmah diprioritaskan dalam seleksi guru kontrak tahun 2020. Ia juga boleh memilih apakah tetap mengajar di sekolah kejadian atau di tempat lain.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya