Liputan6.com, Pekanbaru - Kemunculan harimau sumatra di Jalan Guru, Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, yang ditandai dengan temuan jejak membuat masyarakat khawatir. Hal ini wajar karena kemunculannya dekat dengan permukiman.
Berita jejak harimau sumatra ini begitu cepat beredar di media sosial. Tak lama kemudian, menyusul pula pesan berantai beredar di WhatsApp yang menyebut si datuk belang tengah mengarah ke Kota Pekanbaru.
Advertisement
Baca Juga
Hal serupa juga beredar di Facebook yang menyebut harimau sudah berada di batas kota, tepatnya di Perumahan Sibam Damai. Tidak hanya seekor, pesan itu menyebut ada tiga individu harimau yang terdiri dari dua dewasa dan satu anak.
Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono menyatakan pesan atau kabar yang sudah viral di media sosial itu hoaks. Dia menyebut harimau sudah menjauh untuk kembali ke habitatnya.
"Jejak terbaru yang ditemukan ada di Jalan Garuda Sakti kilometer 8, sebelumnya di kilometer 6. Artinya tidak benar ada kabar harimau masuk ke Pekanbaru," tegas Suharyono, Selasa malam, 3 Desember 2019.
Menurut Suharyono, kilometer 8 tak jauh dari taman hutan raya (tahura) Sultan Syarif Kasim di Minas. Lokasi itu dikenal sebagai salah satu habitat harimau sumatra di Riau.
Suharyono juga tidak bisa memastikan jumlah harimau di tahura itu. Yang jelas, tegas Suharyono, harimau sumatra yang menghuni lokasi dimaksud lebih dari satu ekor.
"Jadi saya tidak bisa membenarkan jumlahnya, apalagi kabar yang menyebut harimau yang muncul di dekat permukiman itu ada tiga," tegas Suharyono.
Hoaks Korban Terkaman Harimau
Suharyono juga membantah adanya warga di perbatasan Kampar-Pekanbaru tewas mengenaskan karena diterkam harimau sumatra. Bantahan juga dialamatkan terhadap beredarnya foto jenazah korban terkaman harimau.
"Itu foto memang ada, tapi itu korban harimau di daerah lain, sudah lama. Hingga kini belum ada laporan manusia diserang harimau di Kampar," tegas Suharyono.
Suharyono mengimbau kepada masyarakat agar tidak ikut menyebarkan kabar hoaks. Hal ini bisa berdampak luas karena bisa menimbulkan ketakutan bagi warga untuk beraktivitas di luar.
"Sebarkan informasi yang menenangkan, jangan membuat masyarakat panik," terang Suharyono.
Saat ini, ada dua tim BBKSDA Riau ke Desa Karya Indah. Satu tim melacak keberadaan harimau dan mencocokkan antara satu jejak dengan jejak lain di lokasi berbeda.
"Jejak terbaru belum ada, bisa jadi tersapu air hujan. Dari jejak terbaru, harimau itu kian dekat ke habitatnya di tahura," tegas Suharyono.
Sementara tim kedua, tambah Suharyono, punya tugas bersosialisasi ke masyarakat setempat. Tujuannya agar masyarakat paham tentang keberadaan harimau yang dilindungi negara dan termasuk satwa hampir punah.
"Masyarakat yang dekat dengan lokasi jejak tetap meningkatkan kewaspadaan, segera melapor kalau melihat harimau, jangan bertindak sendiri," terang Suharyono.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement