Liputan6.com, Palu - Perayaan hari-hari besar di Indonesia, seperti Natal, kerap dibarengi dengan sajian khas tradisional di tiap daerah. tidak terkecuali di Kota Palu dengan kuliner khasnya: Nasi Bambu.
Seperti namanya, makanan khas kota Palu ini salah satunya menggunakan bambu. Bambu digunakan sebagai media memasaknya, sedangkan bahan dasarnya terdiri dari beras pulut atau beras ketan, bawang merah, jahe, daun pandan, dan santan kelapa.
Advertisement
Baca Juga
Proses membuat hingga memasak makanan yang sohor saat Natal ini pun terbilang mudah. Awalnya bawang merah dan jahe dibersihkan, kemudian dihaluskan dan ditumis. Bumbu tersebut kemudian dicampur bersama santan kelapa dan air daun pandan.
Proses berikutnya beras ketan yang telah dibersihkan lalu dicampur dengan bumbu yang telah dibuat di awal. Proses ketiga yakni memasukkan beras ketan yang telah tercampur bumbu ke dalam bambu. Bambu untuk nasi bambu lazimnya menggunakan ukuran panjang 70 cm. Pada proses ini, takarlah secara seimbang antara beras dan air bumbu, pastikan isian beras yang ada dalam bambu telah padat sebelum ke proses selanjutnya.
Proses selanjutnya boleh dibilang merupakan inti dari pembuatan nasi bambu ini, yakni pembakaran. Mulailah dengan menyiapkan perapian dan sandaran bambu. Perapian yang dibuat sebaiknya disesuaikan dengan tinggi bambu. Ini akan membuat beras ketan yang ada di dalamnya matang merata.
Biarkan proses pembakaran selama sekitar tiga jam. Jangan lupa sesekali memutar-mutar bambu selama pembakaran agar diperoleh nasi bambu yang baik.
Biasanya nasi bambu saat Natal akan dihidangkan dengan bermacam lauk-pauk mulai dari sayur, ikan hingga daging.
Jadi Sumber Pendapatan Musiman Warga
Bagi yang tak mau repot membuat nasi bambu tidak perlu khawatir karena kuliner khas ini juga telah menjadi mata pencaharian musiman bagi sebagian warga Kota Palu saat menjelang Natal. Seperti yang dilakoni Pricilia Nelwan (24) yang tahun ini mulai membuat dan menjual nasi bambu pada satu hari jelang Natal 25 Desember.
Pricilia si pembuat nasi bambu ini bercerita, sejak jauh hari sebelumnya telah mulai memesan batang-batang bambu dari Kabupaten Sigi mengingat bambu kini jarang ditemukan di Kota Palu.
Meski tidak menyebut keuntungan pasti, perempuan yang akrab dengan sapaan Pricil itu mengaku mendapat keuntungan yang lumayan dari menjual nasi bambu ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, pada hari pertamanya menjual nasi bambu, ia telah mendapat pesanan sebanyak 100 nasi bambu dengan harga Rp50 ribu per ruas bambunya.
Untuk memenuhi pesanan Pricil yang membuka usaha musimannya di Jalan Bali, Kota Palu ini dibantu oleh anggota keluarganya. Peningkatan pembeli nasi bambu sendiri biasanya terjadi pada tanggal 24 Desember atau sehari sebelum perayaan Natal.
"Setiap tahun jelang hari Natal pesanan selalu ramai. Sehari bisa sampai ratusan yang pesan," jelas Pricil di lokasi jualannya, Senin, 23 Desember 2019, malam.
Nasi bambu laris saat Natal salah satunya karena rasa yang khas, yakni perpaduan gurih dan manis. Teksturnya yang padat membuat makanan ini cocok dimakan saat lapar.
Selain itu, nasi bambu juga bisa bertahan hingga 3 hari sebelum dikonsumsi. Keistimewaan itulah yang membuat nasi bambu menjadi kuliner "wajib" yang dihidangkan saat kepada tamu yang bersilaturahmi kala perayaan Natal di Kota Palu.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement