Menuju Kampung Sonraen Berseri-seri

Desa Sonraen merupakan tempat asa dan harapan bertumbuh. Sebuah tempat yang tengah dibina PT Astra International tbk di bawah program Kampung Berseri Astra (KBA).

oleh Ola Keda diperbarui 30 Des 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 30 Des 2019, 15:00 WIB
Desa Astra Sonraen NTT
Melalui program wirausaha, kelompok tenun ibu-ibu dan gadis muda mulai terbentuk. Berkat binaan Astra, banyak perempuan desa yang putus sekolah memilih bergabung di kelompok tenun. (Liputan6.com/ Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Setelah menempuh proses perjalanan panjang hampir selama tiga jam dengan beragam tantangan serta hambatan, akhirnya kami berhasil menginjakkan kaki di Desa Sonraen, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tak mudah mencapai desa tersebut. Sebab selain butuh kesabaran yang lebih untuk melintasi hutan, infrastuktur jalan yang tak terlalu mulus menjadi tantangan tersendiri. Data menunjukkan, desa tersebut merupakan salah satu desa dengan tingkat kemiskinan, putus sekolah hingga gizi buruk/stunting yang cukup tinggi di NTT.

Sonraen termasuk dalam Kecamatan Amarasi selatan dan sekaligus sebagai kota kecamatan. Sonraen adalah salah satu kelurahan yang sebelumnya berstatus desa. Kelurahan Sonraen baru dimulai sekitar awal tahun 2000-an. Sonraen berbatasan langsung dengan Kelurahan Buraen, Desa Retraen, Kelurahan Kotabes, Desa Tunbaun, kawasan hutan lindung dan Desa To'oBaun.

Desa Sonraen merupakan tempat asa dan harapan bertumbuh. Sebuah tempat yang tengah dibina PT Astra International Tbk di bawah program Kampung Berseri Astra (KBA). Di tempat ini, Astra memberi harapan baru bagi warga desa dengan program empat pilarnya yakni, pendidikan, kesehatan, wirausaha, dan lingkungan.

Di bidang pendidikan, upaya Astra membangun Desa Berseri tak hanya dilakukan dengan cara mendirikan bangunan fisik sekolah semata. Namun juga dilakukan dengan cara memberikan pelatihan pada siswa dan guru yang ada di beberapa sekolah binaan di desa tersebut. Salah satu sekolah yang dibina adalah SDN Sonraen. Pembinaan berupa dikirimkannya beberapa siswa dan guru untuk belajar selama dua bulan di Jakarta.

"Intervensi Astra sangat luar biasa. Pada 9 September 2017, Astra merenovasi gedung sekolah dengan standar nasional," ujar Ketua Kampung Berseri Astra (KBA) Sonraen, Wilmesden Nepa Bureni, kepada wartawan, Senin (23/12/2019).

Rupanya, fokus di pendidikan bukan satu-satunya yang diberikan Astra di Desa Sonraen. Sebab, dalam praktiknya Astra turut membina ibu-ibu setempat untuk dapat menghasilkan hasil tenun yang mumpuni. Selain itu, Astra juga memberikan sapi dan sumur untuk irigasi warga setempat.

Sementara di bidang kesehatan, Astra juga membangun fasilitas Posyandu, melatih kader-kader Posyandu hingga pemberian makanan tambahan bagi anak-anak gizi buruk.

Melalui program wirausaha, kelompok tenun ibu-ibu dan gadis muda mulai terbentuk. Berkat binaan Astra, banyak perempuan desa yang putus sekolah memilih bergabung di kelompok tenun. Dari belajar menenun, kini mereka perempuan mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Saat ini Astra telah memfasilitasi lima kelompok tenun, dengan total lebih dari 60 anggota. Selain kelompok tenun, Astra juga bekerjasama dengan pihak kelurahan dan dinas pariwisata mengembangkan pelatihan teknik pewarnaan kain.

"Di kelompok ini saya sebagai mentornya. Astra yang beri kami benang dan peralatan, kami hanya menenun. Sudah hampir dua tahun jadi mentor, hasil didikan, sekarang anak-anak muda mampu menenun sendiri. Hasilnya dijual dan bisa mendapat uang sendiri," kata Ulfi Ton (31), ketua kelompok tenun Bioni Sonraen.

Dalam kelompok tenun ini, salah satu anggota yang masih belia adalah, Sindi Marani (11). Siswi kelas 5 SD ini mengaku awalnya belajar otodidak dari ibunya yang terlebih dahulu bergabung di kelompok tenun binaan Astra.

Hidup tanpa ayah, membuat Sindi memilih bergabung bersama kelompok tenun. Di kelompok ini, ilmu soal menenun semakin dikuasainya. Usai jam sekolah, bersama anak-anak lainnya, mereka menenun, dari selendang hingga sarung yang harga jualnya mencapai Rp500 ribu hingga Rp1 juta. Bahkan, hasil tenunnya pernah dibeli dan dipajang dalam pameran nasional di Jakarta.

"Kalau selendang sehari saja sudah selesai. Tetapi kalau sarung bisa seminggu. Hasil jualannya bisa bantu orangtua biayai sekolah saya dan biaya kuliah kakak," katanya.

 

Desa Astra Sonraen NTT
Desa Sonraen merupakan tempat asa dan harapan bertumbuh. Sebuah tempat yang tengah dibina PT Astra International tbk di bawah program Kampung Berseri Astra (KBA). (Liputan6.com/ Ola Keda)

Simak juga video pilihan berikut ini:

Program Bedah Rumah

Desa Astra Sonraen NTT
Selain empat pilar, pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan, Astra juga memiliki program bedah rumah dan perbaikan MCK bagi warga Sonraen yang berpenghasilan rendah. (Liputan6.com/ Ola Keda)

Selain empat pilar, pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan, Astra juga memiliki program bedah rumah dan perbaikan MCK bagi warga Sonraen yang berpenghasilan rendah.

Sampai saat ini sudah empat unit rumah dari 20 rumah yang telah disurvei dengan status tidak layak huni di Kecamatan Amarasi Selatan yang direnovasi oleh Astra.

Ibu Deci Thon (41) salah satu warga yang mendapat program bedah rumah dari Astra meneteskan air mata saat wartawan mendatangi rumahnya.

Ibu Deci adalah seorang janda yang menghidupi tiga orang anak semenjak ditinggal pergi oleh suami. Ibu Deci merupakan petani dengan penghasilan yang tidak menentu. Bahkan, untuk kebutuhan sehari-hari pun tidak cukup.

"Kondisi rumahnya sangat memprihatinkan. Lantai tanah dan atap dari daun lontar, dan juga tidak memiliki MCK. Setelah saya komunikasikan dengan pihak Astra, Ibu Deci menjadi salah satu warga yang diprioritaskan dalam program bedah rumah," ujar Ketua Kampung Berseri Astra (KBA) Sonraen, Wilmesden Nepa Bureni.

 

Desa Astra Sonraen NTT
Ketua Kampung Berseri Astra (KBA) Sonraen, Wilmesden Nepa Bureni. (Liputan6.com/ Ola Keda)

Setelah direnovasi, kini, ibu Deci sudah bisa bernaung dalam hunian yang layak dan lebih bersemangat menjalani hidupnya.

"Terimakasih Astra, terimakasih sudah membangun rumah saya," kata Ibu Deci.

Nasib yang sama dialami nenek Orpa Taneo (63). Gubuk reotnya yang dibangun sejak tahun 1980 menjadi sasaran program bedah rumah Astra.

Sejak kematian suaminya pada tahun 1998, nenek Orpa harus membanting tulang sebagai petani untuk menghidupi tiga orang anak dan seorang cucu.

Hidup di desa dengan keadaan ekonomi semakin memburuk, membuat salah satu anaknya memutuskan merantau ke Malaysia, yang hingga kini tak kunjung kemballi. Rumah yang sudah termakan usiapun kian reot dilalap rayap. Beberapa atapnya yang bocor membuat isi rumahnya kebanjiran saat hujan.

Berkat koordinasi Astra bersama pemerintah kelurahan Sonraen, rumah nenek Orpa akhirnya dibedah.

"Saya hanya bisa ucap terimakasih, karna rumah saya sudah layak huni dan sudah dilengkapi MCK yang bersih dan parmanen. Semoga Tuhan memberkati orang-orang yang sudah menolong saya," ucap nenek Orpa. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya