Cerita Penarik Bentor di Gorontalo, Lebih Takut Mati Kelaparan Ketimbang Virus Corona

Tak ada pilihan lain, para pengemudi bentor harus tetap bergerak untuk tetap bisa bertahan hidup.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 31 Mar 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2020, 18:00 WIB
Pengemudi bentor
Ahmad Lahua, seorang pengemudi bentor yang ditemui Liputan6.com di persimpangan Jalan Citimall Kota Gorontalo (Liputan6.com/ Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Pemerintah Indonesia telah memberlakukan status Pembatasan Skala Besar untuk menghentikan penyebaran wabah virus corona (Covid-19). Orang-orang di berbagai daerah bahkan sejak lama telah diperintahkan untuk tetap tinggal di dalam rumah.

Jika pekerja kantoran punya kemewahan bisa memindahkan kantor mereka ke rumah, tidak demikian dengan pekerja informal dab buruh harian. Mereka harus tetap keluar rumah meski hujan badai menerjang sekali pun. Seperti yang dirasakan oleh para pengemudi becak motor (bentor) di Gorontalo.

Ahmad Lahua, seorang pengemudi bentor yang ditemui Liputan6.com di persimpangan Jalan Citimall Kota Gorontalo mengatakan, dirinya terpaksa tetap keluar rumah, bukan ingin melanggar instruksi pemerintah untuk tetap di rumah, namun memang itu satu-satunya cara untuk bisa bertahan hidup. 

Cobaan yang diterima rakyat kecil seperti Ahmad Lahua bukan hanya ancaman virus corona yang sewaktu-waktu bisa saja hinggap, tapi juga kondisi jalan yang semakin sepi, sehingga penumpang sulit dicari.

"Pendapatan saya berkurang, penumpang kurang, sekolah libur dama pegawai yang biasa jadi langganan, itu semua bekerja di rumah," katanya.

Lahua mengaku, sebelum ramai-ramai virus corona dirinya bisa mendapatkan hingga 15 penumpang per hari. Sekarang, 6 orang penumpang saja per hari sangat sulit didapatnya.

"Dapat 5 penumpang saja sehari itu sudah terhitung mujur," kata bapak dua anak itu.

Meski mengaku takut denga virus corona, Ahmad Lahua dan para pengemudi bentor lainnya tak punya cara lain untuk tetap bisa menafkahi keluarga. Lahua mengaku, jika pemerintah mau menjamin kebutuhan hidup selama intruksi tetap di rumah, dia dan teman pengemudi bentor lainnya tentu akan menjalani instruksi pemerintah.

"Kami lebih takut kelaparan dari pada takut corona," katanya dengan wajah gusar.

Tak jauh berbeda dengan Lahua, Yusuf seorang pengemudi ojek online juga mengaku penumpangnya makiin sepi sejak Senin kemarin. 

"Saya cuma dapat tiga orderan, itu dari jam enam sampai jam delapan malam," katanya.

Padahal hari-hari biasanya, Yusuf bahkan bisa mendapat penumpang hingga 20 orang per hari, dengan pendapatan bersih Rp200 ribuan.

"Sekarang dapat uang 50 ribu saja sangat susah," katanya.

Mereka para pekerja informal yang pendapatannya harian, hanya berharap pandemi virus corona (Covid-19) segera berakhir. Sehingga orang-orang kembali bisa mencari uang demi menafkahi keluarga.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya