Liputan6.com, Blora - Sejumlah karyawan Pabrik Briket CV Krambil Jawadwipa Nusantara di Desa Tempellemahbang, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora akhirnya meminta maaf kepada warga yang terdampak aktivitas pabrik.
Pabrik tersebut terpantau jauh dari standar karena debunya beterbangan dan membuat seisi rumah warga sekitar lokasi pabrik jadi kotor dan penghuninya pun sesak napas.
"Kita mohon maaf, dulu nggak papa tapi sekarang kok kayak begini," ujar Teguh selaku Kepala Sumber Daya Manusia (SDM) Pabrik Briket itu saat berkunjung ke rumah Zumrotun (35), Kamis (30/7/2020).
Advertisement
Teguh mengungkapkan, pihaknya akan berusaha sebisa mungkin untuk memperbaiki kondisi pabrik agar tidak kembali mencemari lingkungan.
Baca Juga
"Kita tidak mungkin membiarkan, kasihan juga melihat kondisi anaknya seperti kemarin," katanya kepada Zumrotun.
Teguh lantas menanyai Zumrotun terkait apa saja yang terdampak atas peristiwa yang terjadi. Saat ini pihaknya sudah mempersiapkan kebutuhan agar kesalahan tidak kembali terulang.
"Nanti akan dibelikan alat lagi biar tidak mengganggu. Sekali lagi kita minta maaf," kata Teguh.
Sementara itu Zumrotun mengaku, seisi rumahnya sejak sebulanan ini sering kotor semua. Selain itu dirinya maupun anaknya menjadi sesak nafas.
Bahkan saat dirinya membuat sayur untuk kebutuhan makan pun sering terkena debu dari arang pembuatan briket yang berasal dari pabrik briket tersebut.
"Seisi rumah, baik pakaian, bantal, guling, kasur jadi kotor semuanya. Saya tiap bikin sayur kena debu hitam juga," katanya.
"Itu bisa dilihat sendiri, kemarin debunya sering parah jika pas pabrik lembur sampai malam," imbuh Zumrotun.
Diketahui, kedatangan pihak pabrik briket di kediaman Zumrotun diwakili oleh 6 orang karyawan. Mereka datang menunjukkan itikad baik setelah keberadaan pabrik yang mencemari lingkungan menjadi viral. Pemiliknya tidak bisa datang sendiri karena domisilinya Jakarta.
Terpisah, Kepala Bidang Tata Lingkungan DLH Kabupaten Blora, Istadi Rusmanto mengatakan, keberadaan pabrik briket yang di ekspor ke negara timur tengah ini sudah mengurus izin.
"Izinnya itu sudah ada lengkap," ujar Istadi.
Hanya saja terkait adanya pencemaran tersebut pihaknya tak memiliki wewenang. Karena dirinya hanya mengurus soal izin. Dia bilang, soal penindakan ada dibidang lain.
"Tapi saat ini lagi ke Yogjakarta Mas," katanya.