Stroke? Jangan di Rumah Saja Meski Sedang Pandemi Corona

Ingat stroke ingat FAST. Pasien stroke harus dibawa ke rumah sakit meski di era pandemi Corona Covid-19.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 31 Agu 2020, 09:54 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2020, 01:30 WIB
Ilustrasi Stroke 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Stroke 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit stroke tidak saja berisiko menimbulkan cacat pada tubuh, namun juga mengancam nyawa. Mengetahui adanya gejala stroke pada tubuh namun tidak melakukan tindakan pencegahan karena adanya Pandemi Covid-19 bukanlah keputusan yang tepat.

Saat ini rumah sakit telah menetapkan protokol kesehatan yang ketat yang diberlakukan tidak saja kepada pengunjung maupun pasien namun secara menyeluruh termasuk kepada petugas kesehatan. Tindakan mencegah atau tindakan pengobatan stroke sebaiknya dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

Dokter Spesialis Neurologi/Saraf RS Siloam Sentosa Bekasi dr Angelina Juwita Wibowo menyebut stroke banyak yang menyebabkan kecacatan dan kematian. Bahkan, WHO mencatat sejak 2005 dalam setiap menitnya setidaknya ada 10 orang yang meninggal akibat stroke. Dengan menunjukkan gejala sesuai dengan lokasi otak yang terkena stroke menduduki tempat ketiga di dunia setelah penyakit jantung dan kanker.

Banyak yang menganggap stroke itu kelemahan anggota gerak. Secara spesifik stroke adalah penyakit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi mendadak.

“Orang awam hanya mengenal stroke ringan dan berat. Padahal, stroke itu dibagi atas stroke perdarahan dan sumbatan,” ungkap dr Angel di sela Health Talk Siloam Hospitals Sentosa dengan tema Stroke, Jangan di Rumah Aja, Kamis (27/8/2020).

Menurut dr Angel, gejala klinis yang sering terjadi pada saat terjadinya stroke adalah merasa pusing berlebihan diikuti pandangan dobel, tidak sadar, bicara menjadi pelo dan tidak jelas, kesulitan menelan, kesemutan, kelemahan. Seseorang yang mengalami stroke membutuhkan penanganan yang secepat mungkin agar tidak menimbulkan kecacatan atau bahkan mengancam jiwa penderitanya.

Dokter Angelina Juwita Wibowo menyarankan pasien segera dibawa ke rumah sakit

"Saat ini rumah sakit telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat, sehingga tidak perlu takut untuk ke rumah sakit. Diam di rumah dengan gejala stroke bukan keputusan yang tepat," katanya.

 

Saksikan Video Ini


Ingat Stroke Ingat FAST

Langkah deteksi dan penanganan dini gejala stroke adalah dengan metode FAST. Dia menjelaskan, F adalah face drooping (wajah tampak terkulai) ketika menemukan sebelah sisi wajah yang tampak tidak normal, tidak simetris, atau dikeluhkan terasa baal sesisi wajah, maka kecurigaan stroke meningkat.

A, lanjut dia, adalah arm weakness atau kelemahan lengan. Hal ini terjadi bila sebelah tangan tampak tertinggal atau tidak mampu mencapai level yang sama dengan tangan satunya, kemungkinan telah terjadi stroke.

Selanjutnya adalah S atau speech difficulty (kesulitan berbicara). Gangguan bicara yang terjadi mendadak adalah salah satu gejala paling khas dari stroke. Bila suspek penderita tiba-tiba tidak mampu berbicara dengan lancar dan terbata-bata, atau bahkan berbicara pelo.

Sedangkan terakhir adalah T atau time, saatnya memanggil bantuan.

“Dengan segera menghubungi puskesmas atau RS. Siloam Sentosa Bekasi. Jangan di rumah saja. Hal itu untuk segera ditemukan masalah yang terjadinya stroke, dengan melakukan CT Scan, MRI, pemeriksaan laboratorium. Demi menghindari adanya kecacatan atau bahkan kematian akibat stroke,” tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya