Liputan6.com, Kuningan - Titi (60) warga Desa Ciherang, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat terlihat menikmati hari-harinya melipat tumpukan kertas rongsok.
Tumpukan kertas tersebut dilipatnya untuk dijadikan bungkus gorengan. Aktivitas Titi tersebut tak hanya sekedar mengisi waktu senggang.
Hasil dari melipat kertas menjadi bungkus gorengan tersebut diserahkan kepada bos nya. Titi terbilang cukup lama menjadi perajin bungkus gorengan di desanya.
Advertisement
Baca Juga
"Maksimal tiga ikat kertas pembungkus gorengan sehari dan saya dibayar Rp5.000 untuk satu ikat kertas berukuran kecil dan sedang. Kalau ukuran besar Rp7.000 per ikat," kata Titi, Jumat (13/11/2020).
Titi mengaku hampir seluruh warga di desanya bekerja sebagai pembungkus kertas gorengan. Pekerjaan mereka dilakukan di rumah masing-masing.
Dia menyebutkan, kertas tersebut disuplai dari pengusaha bungkus gorengan ke Titi dan warga sekitar. Kemudian, kertas tersebut dilipat dan hasilnya diserahkan kembali kepada pengusaha.
"Hitung-hitung mengisi aktivitas saja ada pemasukan tambahan," kata dia.
Seorang pengusaha bungkus gorengan Desa Ciherang Kabupaten Kuningan Agus Somantri mengatakan, usaha yang digelutinya tersebut merupakan turun temurun dari orang tua.
Dia menyebutkan, usaha yang diwarisinya itu berdiri sejak tahun 1950 an. Agus mendistribusikan kertas kepada warga sekitar untuk mendapat penghasilan dari melipat kertas sebagai pembungkus gorengan.
Kertas pembungkus gorengan juga memiliki ukuran yang bervariasi. Warga yang bekerja melipat kertas akan mendapat bayaran sesuai jumlah bungkus gorengan yang dihasilkan.
"Kalau saya sudah lima tahun meneruskan usaha warisan orang tua saya," kata dia.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Penghasilan Tambahan
Bahan baku kertas didapatkan Agus dari tukang rongsok, kantor dan sekolah. Dia menyebutkan, hampir seluruh warga di enam desa Kecamatan Kadugede menjadi mitra Agus sebagai pelipat kertas.
Desa tersebut yakni Desa Puncak, Karangsari, Jambar, Ciherang, Cikadu dan Linggar.
"Bahan kertas dikirim ke rumah warga, dilipat kalau sudah selesai dikembalikan lagi," kata Agus.
Kertas pembungkus gorengan yang sudah selesai dilipat dikirim ke pasar hingga pengepul yang ada di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bekasi dan Bandung.
Untuk satu ikat kertas yang berisi 1.000 lembar ukuran kecil dijual Rp30 ribu. Sedangkan kertas ukuran sedang Rp40 ribu dan yang besar Rp60 ribu.
Dalam sebulan, Agus mampu mengirim empat sampai lima mobil box kertas pembungkus gorengan. Satu mobilnya berisi 400 ikat kertas pembungkus gorengan. Namun di masa pandemi ini, Agus hanya bisa mengirim maksimal dua mobil dalam satu bulan.
Kepala Desa Ciherang Mardja mengatakan, usaha pengrajin kertas pembungkus gorengan ini menjadi salah satu penyumbang penghasilan warga di desa. Mardja menyebutkan, jumlah penduduk lebih dari 3.800 jiwa.
Di saat banyak sektor usaha tidak berjalan pada masa pandemi, usaha kertas pembungkus gorengan di Desa Ciherang tetap eksis meski sedikit terkena dampak pandemi covid-19.
"Usaha ini sudah jadi sambilan para ibu-ibu di Desa Ciherang. Ya alhamdulillah bisa menyumbang penghasilan bagi warga Ciherang," sebut Kepala Desa Ciherang Mardja.
Advertisement