Liputan6.com, Palembang - Ramah dan periang. Seperti itulah gambaran sosok Tri Sinarum (37), Kepala Puskesmas Balai Agung Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel).
Di tengah aktivitas yang padat dan profesional, Arum, sapaan akrabnya masih tetap menunjukkan pribadi humoris dan sangat ramah ke seluruh petugas medis hingga warga sekitar.
Advertisement
Baca Juga
Dokter umum ini juga menjadi salah satu tenaga medis andalan Dinas Kesehatan (Dinkes) Musi Banyuasin. Pasalnya, Arum menjadi satu-satunya dokter yang mengikuti pelatihan Polumerase Chain Reaction (PCR) di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang.
Karena telah mengikuti pelatihan tersebut, Arum ditunjuk Dinkes Musi Banyuasin untuk menangani screening awal Covid-19, seperti Rapid Test Antibody, Rapid Test Antigen hingga Swab Test di Puskesmas Balai Agung.
Bahkan, Arum juga ditunjuk sebagai penanggungjawab Rumah Sehat di Rusunawa Musi Banyuasin Sumsel.
Selama pandemi Covid-19, Arum juga harus merelakan waktu liburnya untuk menangani para pasiennya yang akan tracking Covid-19.
“Kalau setiap hari dari pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB, saya harus mengecek pasien yang diduga terpapar Covid-19. Bahkan pernah melonjak sebanyak 180 orang pasien yang dicek di puskesmas,” ucapnya kepada Liputan6.com, Jumat (20/11/2020).
Tak jarang, dia menjadi pelampiasan para pasiennya yang tidak terima jika hasil screening awal menunjukkan reaktif Covid-19.
Terlebih setelah menggunakan Rapid Test Antigen, yang biasanya jika hasilnya reaktif, kemungkinan besar menunjukkan positif Covid-19 jika dicek di alat PCR.
“Banyak yang marah ke saya, karena mereka tidak terima dengan hasil reaktif Covid-19. Ada yang bahkan maunya ke Palembang untuk tes, karena tidak percaya dengan hasil tes di puskesmas,” ujarnya di Musi Banyuasin.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Berpisah Dengan Anak
Namun Arum tetap menanggapi dengan ramah dan terus mengedukasi para pasiennya, agar langsung melakukan isolasi mandiri di rumah selama menunggu hasil laboratorium.
Karena kesibukannya yang padat, Arum juga harus merelakan waktunya untuk berkumpul dengan kedua buah hatinya.
“Kedua anak saya dibawa ke Kediri oleh orangtua saya. Karena saya sibuk menangani pasien, suami saya juga bekerja,” ujarnya.
Sudah tiga bulan terakhir, Arum harus berpisah dengan anak-anaknya. Rasa rindu pun kerap menggelayuti perasaan Arum.
Advertisement
Suka Duka Selama Covid-19
Alumni Pascasarjana Kedokteran Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang Jawa Timur (Jatim) ini harus menerima kondisi ini, agar anak-anaknya tidak kekurangan kasih sayang dari keluarga.
“Tunggu wabah Covid-19 ini usai, mungkin saya bawa anak-anak kembali ke sini. Tapi sekarang belumlah, biar mereka di sana dulu, bersekolah di sana,” katanya.
Namun di tengah tantangan berkarir sebagai dokter pelaksana screening Covid-19 di Musi Banyuasin, Arum juga menikmati profesinya. Terlebih dia bisa bertemu dengan para warga dari berbagai profesi dan kalangan.
“Saya jadi semakin banyak bergaul dengan berbagai kalangan masyarakat. Ada dari kalangan atas hingga bawah. Bagi saya, semuanya sama dalam komunikasi dan pelayanan. Saya suka jika banyak berkenalan dengan orang luas,” ujarnya.