Detik-Detik Pendaki Asal Bogor Disapu Badai Hujan Es di Puncak Gunung Slamet

Sepanjang pengalaman mendaki gunung, baru kali ini mereka bertemu hujan es, yakni di Gunung Slamet

oleh Rudal Afgani Dirgantara diperbarui 23 Nov 2020, 22:30 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2020, 22:30 WIB
Hujan es di puncak Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani Dirgantara)
Hujan es di puncak Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani Dirgantara)

Liputan6.com, Purbalingga - Komunitas pendaki gunung Dataran Tinggi bertolak dari puncak gunung Slamet (3.428 Mdpl), Minggu sore (22/11/2020). Dari Pos 9, cuaca masih cerah. Namun di pos 7, perjalanan turun 20 anggota komunitas pendaki asal Ciomas, Bogor, Jawa Barat itu bertemu badai dan hujan es kelereng.

Sepanjang pengalaman mendaki gunung, baru kali ini mereka bertemu hujan es. Bagi mereka, pendakian ini menjadi pengalaman yang langka.

"Jarang sekali, ini hal yang sulit ditemui," ungkap Aji, ketua Dataran Tinggi ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (23/11/2020).

Di Pos 7, mereka sempat berlindung dengan mengembangkan bivak. Aji bahkan sempat mengabadikan momen langka itu dalam bentuk video berdurasi 18 detik.

Hujan es berlangsung sekitar satu jam. Setelah itu yang tersisa hanya hujan biasa. Mereka pun memutuskan meneruskan perjalanan beberapa menit kemudian. Mereka merencanakan berhenti di lokasi camping di Pos 5.

Di Pos 7 mereka sempat berpapasan dengan tim SAR yang hendak mengevakuasi pendaki dari kelompok lain. Tim SAR mengevakuasi dua pendaki perempuan asal Bandung yang mengalami hipotermia.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Penjelasan BMKG Soal Hujan Es di Puncak Gunung Slamet

Hujan es di puncak Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani Dirgantara)
Hujan es di puncak Gunung Slamet. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani Dirgantara)

"Anggota kami ada yang luka ringan satu, kepleset tangannya luka," kata Aji.

Pukul 17.00 WIB mereka sampai di pos 5. Setelah menyempatkan diri beristirahat, mereka meneruskan peejalanan ke pos Bambangan. Mereka tiba si pos Bambangan pukul 20.00 WIB.

Gempita Icky Dzikrillah, Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, menjelaskan, hujan es terbentuk dari uap air akibat penguapan yang terkondensasi di atas lapisan beku (freezing level). Kondensasi adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat.

Dari proses kondensasi tersebut, terbentuk kristal es yang ukurannya bervariasi. Pada kasus hujan es, biasanya es yang terbentuk akibat proses kondensasi berukuran besar.

Ketika es tadi turun ke arah yang lebih rendah (menuju ke permukaan), butir-butir es tadi akan mencair karena terkena suhu yang lebih hangat. Es yang mencair itu biasa disebut hujan.

"Namun untuk es yang berukuran besar, ada kemungkinan untuk tidak cair secara keseluruhan sehingga akan masih berbentuk es saat jatuh ke tanah," ujar dia melalui aplikasi perpesanan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya