Kovita Mati, Populasi Gajah di Rokan Hilir Akhirnya Punah

Gajah terakhir di Rokan Hilir ini akhirnya mati karena sakit setelah beberapa hari menjalani perawatan oleh BBKSDA Riau di PLG Sebanga.

oleh M Syukur diperbarui 25 Nov 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2020, 10:00 WIB
Gajah mati diduga akibat perburuan ilegal di Provinsi Riau.
Gajah mati diduga akibat perburuan ilegal di Provinsi Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Gajah Kovita yang dievakuasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dari Rokan Hilir pada Juli lalu akhirnya mati. Satwa berbelalai betina ini mengembuskan napas terakhir di Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebanga, Kabupaten Siak.

Kasus gajah mati ini membuat populasi satwa bongsor di Rokan Hilir itu punah. Pasalnya, Kovita merupakan gajah terakhir yang terpantau BBKSDA Riau di Negeri Seribu Kubah tersebut.

Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Riau Heru Sutmantoro menyebut kematian gajah ini karena menderita sakit. Pihaknya sudah maksimal merawat Kovita sejak beberapa pekan lalu.

"Sudah berulang kali tumbang lalu dibantu berdiri hingga akhirnya mati," kata Heru, Selasa petang, 24 November 2020.

Heru menerangkan, kondisi Kovita mulai memburuk sejak awal November. Kondisinya terus turun beberapa pekan belakangan hingga akhirnya mati pada 22 November 2020.

Medis BBKSDA Riau dengan PLG Sebanga sudah melakukan nekropsi terhadap Kovita. Hasil bedah bangkai memperlihatkan ada organ tubuh terluka dan benjolan kaki kanan.

"Kemudian ada benjolan pada lambung sebelah kiri," sebut Heru.

Setelah nekropsi, Heru menyebut bangkai gajah berumur 50 tahun itu langsung dikuburkan di PLG Sebanga.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Hindari Konflik

Gajah Kovita dievakuasi dari Desa Melayu Besar, Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, Kabupaten Rokan Hilir, dari tanggal 22 hingga 26 Juli 2020. Pemindahan dilakukan BBKSDA Riau bersama kepolisian dan Wildlife Conservation Indonesia.

Kovita disebut sebagai gajah terakhir di Rokan Hilir berdasarkan survei yang dilakukan BBKSDA Riau bersama instansi pecinta satwa lainnya sejak tahun 2018.

Evakuasi satwa berbobot 4 ton ini juga melibatkan Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo dan PLG. Dua gajah jinak dari PLG, Bakin dan Indah, diturunkan untuk menggiring gajah ini.

Pemindahan ke PLG Sebanga dilakukan karena BBKSDA Riau menilai peluang gajah ini untuk berkembang biak di alam liar sangat kecil. Evakuasi juga untuk menghentikan konflik dengan masyarakat sekitar.

BBKSDA Riau menamai gajah ini dengan Kovita karena proses pemindahannya berlangsung saat Riau dilanda pandemi Covid-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya