Kreatif, Ibu-Ibu di Cikutra Bandung 'Sulap' Limbah Rumah Tangga Jadi Pupuk

Ibu-ibu rumah tangga ini melakukan demonstrasi membuat mikroorganisme dengan memanfaatkan sisa nasi atau limbah rumah tangga.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 28 Nov 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2020, 09:00 WIB
Mikroorganisme lokal
Mikroorganisme lokal (Mol) buatan ibu-ibu di lingkungan RW 06 Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Ada pemandangan yang berbeda di lingkungan RW 06 Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung. Ibu-ibu rumah tangga ini melakukan demonstrasi membuat mikroorganisme dengan memanfaatkan sisa nasi atau limbah rumah tangga.

Limbah rumah tangga seperti air cucian beras, kulit jeruk, dan kulit mangga dicampur dengan air kelapa serta gula merah ke dalam ember. Cairan tersebut rencananya didiamkan selama 15 hari.

Praktik pembuatan mikroorganisme lokal atau Mol itu merupakan salah satu dari sekian kurikulum Sekolah Kehidupan yang digagas pegiat lingkungan dari Yayasan Generasi Semangat Selalu Ikhlas (GSSI). Kegiatan pelatihan mengolah sampah yang dikerjasamakan dengan SITH ITB itu kurang lebih dua bulan lalu.

"Ibu-ibu di Sekolah Kehidupan ini mulai mengintegrasikan metode pengolahan sampah organik dengan menanam tanaman sayur organik di rumah masing-masing sejak dua bulan terakhir. Mol ini adalah salah satu hasil dari kegiatan mereka," kata Tini Martini Tapran dari GSSI ditemui Kamis (26/11/2020).

Pembuatan Mol, kata Tini, sangatlah sederhana. Namun kegiatan pengolahan sampah rumah tangga ini tetap dapat menghasilkan sesuatu yang sangat istimewa.

Adapun penggunaan Mol selain dapat menyuburkan lahan pertanian juga ramah lingkungan dan membuat tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

"Pembuatan Mol ini hanya menggunakan limbah sampah rumah tangga berupa air bekas cucian nasi yang biasanya dibuang secara percuma. Tetapi kini masyarakat bugangan belajar untuk membuat sesuatu yang tidak berguna menjadi lebih berharga," ujarnya.

Selain Mol, para ibu-ibu juga diberi pelatihan eco-enzyme dan melakukan pengomposan sampah. Mereka dengan semangat gotong royong sehari-hari dengan mengikuti kurikulum yang diberikan GSSI dan SITH ITB di Sekolah Kehidupan.

"Semoga apa yang dilakukan oleh ibu-ibu di Sekolah Kehidupan RW 06 Cikutra ini bisa membantu menyelesaikan masalah sampah kota dan membuat lingkungan menjadi lebih bersih dan nyaman untuk ditinggali," kata Tini.

Kegiatan pelatihan Sekolah Kehidupan ini diikuti sekitar 30 ibu rumah tangga. Mengingat masih masa pandemi Covid-19, mereka selalu menerapkan protokol 3M dalam melaksanakan kegiatan.

Tini berharap, dengan pelatihan ini masyarakat RW 06 Cikutra tidak lagi membuang sampah tanpa memilah dan mengolah. Sebab, Kota Bandung merupakan salah satu kota yang telah menerapkan konsep Kang Pisman, yaitu gerakan untuk mengurangi sampah dengan tiga langkah sederhana yaitu kurangi, pisahkan dan manfaatkan sampah mirip dengan konsep 3R (reduce-reuse-recycle).

"Masyarakat masih menggunakan metode lama yaitu kumpul, angkut, buang dan mengandalkan semua masalah sampah hanya pada petugas kebersihan RT saja. Alhamdulillah, mulai sejak 8 September 2020, ibu-ibu RW 06 Cikutra dengan semangat gotong royong memulai hari-harinya dengan mengikuti kurikulum di Sekolah Kehidupan ini," kata Tini.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya